Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Catatan Kemenangan Tun Mahathir di Pemilihan Umum Malaysia Ke-14

10 Mei 2018   19:47 Diperbarui: 10 Mei 2018   20:10 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beberapa diantaranya dipecat karena memiliki pandangan berbeda. Seperti Muhyiddin Yasin didepak dari posisi Timbalan Perdana Menteri yang akhirnya mendirikan partai bersama Tun Mahathir. Begitu juga, Shafie Afdhal yang membentuk Partai Warisan di Sabah. Terakhir, menjelang pemungutan suara Tun Daim dan Tun Rafidah, dikeluarkan dari UMNO karena dianggap mendukung Tun Mahathir. 

Kesemuanya itu kemudian melemahkan kekuatan UMNO yang menjadi pilar utama Barisan Nasional. Sementara pemilihan umum ke-13 sebelumnya sudah membuktikan bahwa dukungan Barisan Nasional dari pihak China dan India tidak lagi memadai.

Kedua, ada pemaafan dan rekonsiliasi. Datuk Seri Anwar Ibrahim terdepak dari kursi Timbalan Perdana Mentri yang saat itu justru diprediksi menjadi Perdana Mentri dengan alasan korupsi. Bahkan, dijebloskan ke penjara diawali tuduhan sodomi. Namun, justru partai yang diririkan Datuk Seri Anwar Ibrahim-lah yang kemudian menjadi bagian untuk mengantar Tun Mahathir kembali ke panggung politik.

Datuk Seri Anwar Ibrahim dari balik jeruji memberikan pernyataan untuk melupakan masa lalu. Setelahnya, istri Datuk Seri Anwar Ibrahim yang terjun ke politik sejak suaminya dilengserkan dari jabatan Timbalan Perdana Mentri bahu membahu dengan Tun Mahathir untuk mendulang suara dalam pemilihan umum. 

Seluruh perangkat Partai Keadilan Rakyat tidak lagi mengungkap masa lalu itu. Padahal, mereka berjuang tidak saja di parlemen, juga di jalanan ketika perdana mentri kala itu masih Tun Mahathir.

Dalam konteks yang berbeda namun juga bisa dipotret menggunakan aspek ini, kemenangan Anies Baswedan, dan juga Nelson Mandella di Afrika Selatan, keduanya memenangkan pertarungan politik karena kesediaan untuk memaafkan tindakan-tindakan masa lalu. 

Ketika Anies Baswedan menjadi bagian tim kampanye Joko Widodo, tentu dalam beberapa kasus melukai perasaan calon presiden Prabowo Subianto. Hanya saja, baik Prabowo maupun Anies bersedia melupakan itu dan bekerja sama untuk menggapai kursi gubernur DKI. Demikian pula, 

Nelson Mandella yang pernah dipenjara oleh rezim di Afrika Selatan. Berdamai dan menerima keadaan itu, dan kemudian ini bisa melapangkan jalan menuju kursi presiden.

Dalam politik praktis, ketersinggungan tidak bisa diabadikan. Ini akan menghambat jalan-jalan menuju kemenangan. Sebuah lagu dangdut dengan satu penggalan "masa lalu biarlah masa lalu". Ini sejalan juga dengan tindakan-tindakan politik praktis. Jangan sampai hanya hal-hal kecil kemudian menjadi jalan bagi hilangnya kekuasaan.

Tearkhir, usia bukanlah soal penting dalam politik praktis. Dengan umur hampir mencapai 100 tahun, Tun Mahathir masih saja mampu meraih kursi perdana mentri. 

Apatah lagi Datuk Seri Anwar Ibrahim. Jabat tangan, sudah dilakukan. Begitu pula campur tangan sudah digerakkan. Saat ini, menunggu garis tangan saja. Untuk menyaksikan apakah Datuk Seri Anwar Ibrahim memiliki taqdir untuk menjadi perdana mentri?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun