Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabar Terakhir dari Bangkok

15 Januari 2014   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok oposisi Thailand menduduki Bangkok sejak ahad malam (12/1). Mereka mencanangkan aksi “Shutdown Bangkok” untuk menuju “Restart Thailand”. Kaos kuning yang dimotori oleh Partai Demokrat dengan pemimpin aksinya Suthep berusaha menggagalkan agenda pemilu yang akan dilaksanakan Perdana Menteri Yingluck. Perseteruan politik ini merupakan lanjutan dari aksi yang dimulai sejak masih November tahun lalu. Apalagi di ulang tahun Raja Thailand, tidak ada pernyataan apapun yang menjadi acuan kedua belah pihak, sehingga mereka kemudian tetap saja masih-masih kukuh dengan pandangan masing-masing.

Adapun Sabtu (11/1) militer sudah dikerahkan untuk mengamankan Bangkok. Sementara di samping peralatan pengamanan, ada pula pedagang-pedagang kaos yang menggelar jualan berupa atribut untuk demonstrasi. Mulai dari pernak-pernik seperti peluit, ikat kepala, kaos kuning. Namun di antara pedagang itu juga menyertakan kaos putih. Demonstrasi kaos kuning mendapatkan perlawanan dari kaos merah, hanya saja tidak dengan menggunakan warna merah untuk menghindari bentrokan. Mereka justru menggunakan kaos putih sebagai lambang ketidakberpihakan.

Dua hari sebelum aksi kaos kuning dimulai, kaos putih sudah mengadakan aksi di sudut-sudut kota. Menjelang malam mereka berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka menyalakan lilin dan berjalan dalam diam. Ini menjadi simbol ketika kaos kuning berkeinginan mematikan kehidupan yang ada di kota Bangkok justru mereka hadir dengan membawa harapan walaupun harus membakar dirinya sendiri. Aksi damai ini berlangsung sampai larut malam. Masing-masing pihak menempati area yang berbeda. Militer yang masih menunjukkan netralitas dari pertentangan ini hanya berjaga-jaga. Sekaligus menyediakan tenda-tenda dan juga melengkapi tempat berkumpul itu dengan mobil yang dilengkapi dengan toilet.

Walaupun ada kekhawatiran beberapa pihak seperti dengan membatalkan penerbangan, tetapi arus wisatawan tetap saja mengalir. Seperti dari sebuah perusahaan Indonesia yang justru mengadakan kegiatan berlibur bagi agennya dengan mengirimkan 1.000 orang. Ancaman demo ini tidak mengurangi minat orang untuk tetap berkunjung. Walau beberapa jalan utama diblokir dan dialihkan, sehingga perjalanan akan lebih panjang.

Ada beberapa orang yang terluka akibat penembakan di kawasan Khaosan Road yang menjadi pusat wisatawan “backpacker” asing, Sabtu (11/1). Tetapi antusiasme pengunjung dalam festival yang berlangsung di sisi Chao Praya selama dua hari Sabtu sampai Ahad tidak berkurang. Bahkan berbaur dengan penduduk lokal Bangkok, mereka bersama-sama menonton film yang dibuat dengan ala layar tancap di bagian lain festival. Panggung utama yang disediakan untuk pertujukan tari, sementara panggung tambahan yang diisi oleh murid-murid sekolah dasar, semuanya tetap sesak dan menarik perhatian pengunjung.

Sepertinya urusan politik tetap menjadi urusan politisi dan para pendukungnya. Walaupun peringatan bagi warga asing sudah dikeluarkan masing-masing kedutaan termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok, tetapi kegiatan keseharian tetap saja berlangsung sebagaimana biasanya. Bagi mahasiswa di Mahidol University yang sementara menempuh ujian kualifikasi dalam pendidikan doktor dapat mengirimkan tugas-tugas melalui surat eletronik. Bersamaan dengan selesainya perkuliahan untuk beberapa materi, kampus juga meliburkan mahasiswa dalam beberapa hari. Ini bukan karena berkaitan dengan demonstrasi tetapi karena jeda materi kuliah yang dilaksanakan dengan sistem blok memang sudah terjadwal seperti itu.

Sementara kampus dengan agenda perkuliahan yang memerlukan tatap muka tetap berlangsung sesuai dengan jadwal. Mahasiswa Indonesia di Kasetsart tetap mengikuti perkuliahan yang dijadwalkan. Sama sekali tidak terpengaruh pada aksi demonstrasi yang hanya mengambil tempat di tempat-tempat tertentu seperti Victory Monument, Taman Lumpini, dan empat tempat lainnya.

Sudah beberapa dekade, kudeta dan demo selalu menjadi bagian politik Thailand. Sementara monarki yang ada diatur juga dengan undang-undang. Kesemuanya menyatu dalam bagian masing-masing sehingga membentuk pola yang sesuai dengan iklim Thailand sendiri. Walaupun begitu, antusiasme warga dari negara lain tetap saja timbul untuk mengunjungi Thailand. Di tengah dinamisme politik itu, justru wisatawan menjadi bagian yang menyemarakkan bagian-bagian kota Bangkok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun