Penerbangan langsung dari Indonesia ke Thailand bertambah, tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga sudah mencapai Denpasar dan Surabaya. Garuda Indonesia melayani dari Jakarta, sementara Air Asia menjangkau Surabaya dan Bali. Begitu pula Mandala dengan kelompok Tiger juga melayani Jakarta. Sementara Thai Airways juga meningkatkan penerbangan dari Jakarta.
Bertambahnya frekuensi penerbangan ini menunjukkan arus penumpang diantara kedua negara semakin bertambah. Di samping Thailand sebagai destinasi utama pariwisata, sebagian wisatawan mancanegara melanjutkan perjalanan ke Indonesia, bertambah pula minat wisatawan Indonesia yang melancong ke Thailand. Walaupun keluhan utama warga Indonesia tentang Thailand relatif sama yaitu interaksi dengan warga Thailand mengalami hambatan karena ketidakmampuan mereka berbahasa Inggris, namun minat orang Indonesia tidak berkurang juga.
Tentu akan muncul pertanyaan, kenapa pariwisata Thailand populer?. Banyak alasan untuk mengunjungi Thailand, mungkin satu diantara jawaban ini atau bahkan juga semuanya. Pertama, beragamnya pilihan wisata. Tidak hanya urusan pantai seperti Pattaya, Phuket, ataupun Krabi. Tetapi juga ada pasar malam yang tersedia di setiap kota. Sementara pegunungan, ada di Chiang Mai, Chiang Rai, dan kawasan utara lainnya. Atraksi hiburan yang tersediapun cukup beragam. Bukan saja bebasnya kehidupan malam, tetapi aktivitas yang berorientasi pada pendidikan dan budaya juga tersedia. Seminar, konferensi, dan simposium juga menjadi daya tarik tersendiri. Universitas yang ada di Thailand juga berada di deretan perguruan tinggi terkemuka dunia. Kelas memasak ala hidangan Thailand tersedia dalam daftar tawaran kunjungan. Serupa dengan Nanta yang ada di Korea Selatan, Thailand juga menyediakan aktivitas kursus memasak dan pentas masak dengan sajian musik dan tarian.
Kedua, keramahtamahan penduduk Thailand. Mereka dengan senang hati membantu kesulitan pendatang. Walaupun mengalami keterbatasan bahasa, tetapi tetap saja mereka membantu dengan sepenuh hati. Seperti ketika bertanya tentang arah, bukan saja menunjukkan arah yang ditanyakan tetapi mengantar sampai ke tujuan. Sejak awal masih di bandara saja, beberapa petugas ditempatkan di kawasan imigrasi untuk mengarahkan pendatang menuju pintu imigrasi tanpa perlu mengantri terlalu lama. Begitu juga dengan adanya petugas yang membagikan kartu imigrasi, sekaligus menyediakan pulpen bagi wisatawan yang tidak membawanya. Mungkin inilah sebab kadang Thailand disebut dengan “land of smile”. Senyum dan keramahan mereka senantiasa menyertai setiap pertemuan.
Ketiga, kebersihan. Walaupun pedagang kaki lima merupakan pemandangan yang jamak tetapi sampah dan kotoran bukanlah pemandangan yang umum. Walaupun tempat sampah yang juga jarang tersedia, namun trotoar yang bersih dan juga jalanan tidak dipenuhi dengan kotoran. Padahal, trotoar harus berbagi dengan pedagang kaki lima. Namun, pedagang-pedagang itu turut menjaga kebersihan, dan usai berjualan di malam hari mereka bersama-sama membersihkan kawasan berjualan mereka sebelum ditinggalkan.
Keempat, polusi. Kalau berkunjung ke kota-kota di China, maka langit selalu diselimuti dengan kabut tebal. Ini karena polusi menjadi salah satu masalah utama China hari ini. Berbeda dengan Thailand yang mmapu mengendalikan tingkat polusi. Salah satunya dengan penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan. Bukan dengan menggunakan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil. Sehingga polutan yang dihasilkan dari gas sangat minim atau mungkin saja nihil. Sehingga langit di seentaro Thailand tetap saja bersih, maka keceriaan wisatawan bertambah dengan kesempatan untuk mengambil gambar dengan latar belakang yang bersih. Bukan terselimuti oleh kabut.
Kelima, buah-buahan. Atau mungkin ini yang utama. Penjaja buah-buahan tersedia dimana-mana. Dengan harga yang relatif murah, hanya dengan 20 Bath, maka sekantong buah yang siap disantap sudah dalam genggaman. Kebersihan penyajian buah ini dapat disaksikan dengan penggunaan kaos tangan selama pelayanan. Begitu pula buah yang tertutup rapi dalam kaca, sehingga debu tidak ikut tersaji bersama dengan makanan.
Keenam, sajian makanan yang selalu menggoda selera. Tom Yam diantaranya menjadi makanan yang populer. Penyajian makanan dan juga minuman yang sehat dengan pengolahan minyak yang minim. Sementara harganya juga relatif murah. Untuk semangkuk tom yam cukup dengan 40 Bath, setara dengan Rp. 16.000 jika menggunakan kurs Rp. 400.
Namun makanan ini tidak menjadi penyebab banyaknya penduduk yang mengalami obesitas. Ini semata-mata karena adanya kebijakan dan promosi kesehatan yang berkelanjutan. Penduduk Thailand menikmati fasilitas untuk aktivitas fisik yang memadai. Lingkungan tempat tinggal selalu disertai dengan taman untuk berolahraga. Begitu pula dengan pemanfaatan halte bis yang memadai, sehingga penduduk harus berjalan kaki menuju ke halte. Kesemuanya menjadikan penduduk yang menderita obesitas dapat diatasi.
Itu hanya alasan-alasan yang diobservasi secara singkat. Tetapi bagi setiap orang, ada saja alasan yang berbeda untuk datang ke Thailand seperti wisata belanja yang murah meriah, atraksi budaya yang unik, begitu juga dengan hiburan malam bagi yang memilihnya, serta kesempatan untuk menimba ilmu tentang pertanian dan kesehatan yang memadai.
Kesemuanya tentu mendorong lebih banyak orang yang datang. Angka kunjungan dalam setahun bisa mencapai angka 24 juta orang. Termasuk di dalamnya orang Indonesia yang menjadikan Thailand sebagai kunjungan rutin. Untuk Asia Tenggara, Thailandlah yang menjadi destinasi utama bagi wisatawan mancanegara dari penjuru dunia. Kesemuanya menyatu dalam sambutan disertai senyum indah warga Thailand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H