Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hikayat Sate Merah dari Jogja

27 Agustus 2018   05:11 Diperbarui: 27 Agustus 2018   07:32 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah dari mana mulanya, semasa kecil saya merasa bahwa sate ayam adalah obat paling mujarab di dunia untuk menyembuhkan aneka macam penyakit.

Hal ini mungkin disebabkan pengaruh dari almarhum bapak saya. Biasanya kalau makan sate mood saya jadi baik, jadi kondisi tubuh pun ikut membaik. Alhasil, jika sedang demam ringan, ayah saya cukup membelikan seporsi sate dan tubuh saya akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu harus meminum obat. 

Tentu saja saya menyukai cara ini. Lagipula, saya kira tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang senang menelan obat dengan rasa pahit itu. Dan saya salah satunya.

Tentu hal ini bukan terkait kepercayaan mistis dan sebagainya. Saya pikir ini hanya sugesti pribadi saja dan tanpa efek samping tentunya. 

Sampai hari ini, jika mood saya memburuk, seporsi sate selalu bisa menjadi jalan keluar. Cita rasa sate ini tidak semua sama. Sebagai pengamat sate amatir, saya beberapa kali mencoba menganalisa beberapa jenis sate yang pernah saya cicipi. 

Di dekat rumah saya, ada warung sate Madura yang cukup menjadi favorit saya. Selain karena harganya murah, bumbu dan tekstur dagingnya terasa pas di lidah. Semula saya berpikir bahwa sate yang enak ditentukan dari ukuran potongan dagingnya. Teryata apa yang saya pikirkan itu, salah besar. Saya pernah mencicipi sate di tempat lain dengan potongan yang cukup besar, tapi rasanya kurang kuat, bumbunya tidak cukup meresap ke daging. Jadinya sate menjadi sedikit hambar. 

Setelah saya amati, rasa yang berbeda dari tiap sate ditentukan pada racikan bumbu. Di warung langganan saya, potongan dagingnya tidak terlalu besar, tapi komposisi bumbunya rasanya begitu pas. 

Nah, dari sini saya berkesimpulan bahwa bumbu dan pengolahan daging saat di bakar menjadi faktor penting dalam menyajikan sate. Potongan daging berukuran besar jika diolah tidak secara tepat, hanya akan menjadikan daging itu hambar.

Suasana kedai Sate Ratu Jogja - dokpri
Suasana kedai Sate Ratu Jogja - dokpri
Sang Pendongkrak Mood 

Ternyata asumsi saya soal sate sebagai "obat" saat sakit (fisik maupun psikis) tadi benar adanya. Sekalipun makanan pendongkrak suasana hati tidak hanya melulu sate. Sate yang berbahan dasar daging unggas (biasanya ayam) ternyata mempunyai banyak kandungan gizi. 

Daging unggas seperti ayam, kalkun, dan lainnya mengandung triptofan dalam jumlah tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan kadar serotonin. Di samping hal itu, daging unggas ternyata juga kaya akan tirosin, yaitu asam amino yang berguna bagi tubuh untuk meredakan stres.

Tirosin adalah zat yang mengandung norepinefrin dan dopamin serta mampu mempengaruhi suasana hati. Dengan kata lain, konsumsi tirosin secara cukup dapat memperbaiki mood serta menangkal depresi secara efektif. 

Ternyata mengkonsumsi olahan daging unggas (misalnya sate) bukan hanya menyelamatkan perut dari ancaman kelaparan, tapi juga menyelamatkan mental dari ancaman depresi yang mengintai. Ternyata depresi bisa diatasi dengan cara yang mudah dan enak, yaitu mengkonsumsi sate. 

Duh enake, Dab ...*

Sate Merah sebelum dibakar - dokpri
Sate Merah sebelum dibakar - dokpri
Eksotisme Sate Merah

Nah, bicara soal sate, baru-baru ini saya mencoba mencicipi menu baru bernama Sate Merah. Sate Merah adalah salah satu menu unggulan yang disajikan di kedai Sate Ratu yang berada di Jogja Paradise Food Court, Jalan Magelang KM. 6, Sleman, Yogyakarta.

Nama Sate Merah kemungkinan diambil dari racikan bumbu dengan limpahan cabai segar berwarna merah menyala, sehingga warna daging ayam yang diolesi bumbu sebelum dibakar menjadi merah. 

Soal rasa tak perlu diragukan lagi. Racikan bumbu rahasia dalam olahan Sate Merah ini sanggup meresap ke dalam daging yang berukuran cukup tebal. Saat digigit, Sate Merah mengeluarkan kombinasi cita rasa pedas, manis, dan gurih dengan tekstur daging yang empuk. Semua rasa lumer di mulut, menimbulkan sensasi nikmat yang tak terkira. 

Keunikan rasa Sate Ratu ini juga sebagai bukti kepiawaian sang koki dalam mengolah daging ayam dengan potongan besar, sehingga sate tidak terasa hambar. Kata sempurna adalah yang paling tepat disematkan untuk Sate Merah ini. 

Membakar sate - dokpri
Membakar sate - dokpri
"Hingga saat ini, setidaknya ada wisatawan dari 63 negara yang pernah mencicipi Sate Merah. Kebanyakan berkomentar satenya cukup pedas, tapi masih bisa diterima oleh lidah mereka," ujar pendiri Sate Ratu, Budi Seputro di lokasi pada hari Sabtu (18/8/2018) yang lalu.

Diantara beragam sajian kuliner yang ada di kota Jogja, Sate Merah rasanya tidak akan mudah untuk dilupakan. Sensasi yang timbul di lidah saat menikmati Sate Merah, masih terbayang di benak saya sampai saat ini. Terima kasih untuk Sate Ratu karena telah membuat saya mengenal Sate Merah yang dahsyat sekaligus memperpanjang ingatan akan nikmatnya bersantap bersama Ayah.

Bravo Sate Ratu!

Budi Seputro - dokpri
Budi Seputro - dokpri
*Terjemahan dari bahasa Jawa:

Duh, enaknya Mas 

Referensi:

https://sateratu.id

www.tipscaramanfaat.com/makanan-yang-dapat-meningkatkan-mood-763.html/amp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun