Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Agar Google Jatuh Hati Padamu

5 Agustus 2018   12:44 Diperbarui: 6 Agustus 2018   19:49 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siap atau tidak, mau atau tidak mau, manusia akan memasuki gelombang besar bernama dunia digital. Gelombang ini secara langsung maupun tidak akan memaksa manusia hari ini untuk mengenal teknologi. Bagi generasi yang lahir di era digital, jamak dikenal dengan generasi milenial, adaptasi dengan teknologi terbaru mungkin akan lebih cepat. Lantas bagaimana generasi selain milenial sanggup beradaptasi sebagaimana yang dilakukan generasi milenial ini?

Pemahaman akan teknologi baru tampaknya akan menjadi tantangan baru bagi setiap manusia yang hidup di era sekarang, entah itu generasi milenial maupun bukan. Untungnya, selain menyuguhkan hiburan aneka rupa, dunia digital juga memuat harta karun informasi untuk lebih mengenal siapa dirinya. Harta karun itu berupa literasi, atau yang lebih populer disebut literasi digital. Literasi digital memungkinkan setiap lapis manusia dari latar belakang apapun untuk mendapatkan akses informasi yang adil dan merata.

Hal ini mungkin menjadi salah satu jalan keluar dari literasi konvensional melalui pendidikan formal dan proses tatap muka secara fisik dengan sumber informasi. Jarak dan cakupan geografis tentu bukan perkara berarti bagi perkembangan dunia digital. Namun jangan lupa, eksistensi dunia digital sangat ditopang oleh ketersediaan akses terhadap teknologi dan jaringan internet yang memadai. Tanpa keduanya, literasi digital hanya akan menemui jalan buntu belaka.

 

Ilustasi keyword, doc. Didik Arwinsyah
Ilustasi keyword, doc. Didik Arwinsyah

Homo Informationis

Ketergantungan pada teknologi mengakibatkan manusia-manusia yang seakan tidak dapat terlepas dari konten digital.

"Abad informasi-digital tidak saja menghasilkan sebuah kebudayaan yang dibangun oleh determinisme teknologis yang sangat kuat, akan tetapi juga individu-individu yang seakan-akan tak dapat hidup tanpa informasi: mereka adalah homo informationis,” ujar Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Dunia yang Berlari.

Kebutuhan manusia atas informasi nyaris seperti kebutuhan pokok, yakni sandang, pangan, dan papan. Dalam dunia digital, semua orang berlomba-lomba menjadi yang terdepan, salah satunya terdepan dalam mengetahui informasi terbaru. Meluapnya sumber informasi yang kadangkala tidak disertai filter yang memadai, bisa berakibat fatal dalam pola berpikir dan pengambilan sikap masyarakat. Jika sudah seperti itu, masyarakat akan berada dalam situasi yang kaotik dan rapuh nalar serta ikatan sosialnya.

Oleh karena itu, penting kiranya bagi setiap individu untuk memahami dan memfilter berbagai informasi yang dikunyahnya. Setiap orang perlu untuk menggali lebih dalam apa esensi teknologi informasi.

"Esensi teknologi informasi tidak terletak pada manifestasi fisik-material teknologi itu sendiri--yaitu cara kerja teknis instrumentalnya--tetapi pada bagaimana ia mengubah cara manusia menjalankan dunia kehidupan dan membangun makna eksistensial di dalamnya. Teknologi adalah cara penyingkapan (revealing), yaitu penyingkapan sebuah dunia.” (Martin Heidegger dalam Piliang: 2017, hlm. 125).

Teknologi informasi menjadi bermakna manakala ia ditopang oleh ilmu pengetahuan dan soliditas data menuju pola kehidupan yang setingkat lebih baik. Bila tidak, maka yang hadir hanyalah simulakra atau realitas bentukan media yang tidak akan mewujud dan berkontribusi pada kehidupan sosial secara nyata.

Teknologi komunikasi dan informasi dapat dipandang sebagai sebuah 'wadah' (container), 'rumah', 'ruang', atau Umwelt, tempat seseorang mendefinisikan keberadaan dirinya dalam relasinya dengan dunia di sekitarnya, tempat ia dapat membangun identitas dan makna kehidupan. Umwelt adalah 'tempat' di mana orang dapat menemukan rasa aman (security) tetapi sekaligus kecemasan (apprehension) terhadap ancaman dunia luar. (Piliang: 2017, hlm. 159).

Teknologi mampu menghadirkan keterbukaan, kemajuan dan kebebasan, sekaligus dapat memunculkan ketakutan, ketidakpuasan dan keberjarakan.

Di titik ini, literasi digital menjadi harga mati atau taruhannya jiwa manusia yang akan mati ditelan gemuruh arus informasi dan kesimpangsiuran fakta yang tak jelas ujung pangkalnya. Setiap manusia harus membaca informasi dengan kedalaman yang cukup serta membuat filter atas informasi yang ada, sehingga yang diterimanya adalah fakta dan pengetahuan baru, bukan bualan atau informasi yang menyesatkan.

Didik Arwinsyah, doc. instagram @dismonimo
Didik Arwinsyah, doc. instagram @dismonimo
Logika Google dan SEO

Hasrat akan informasi yang tak pernah surut membutuhkan dukungan mesin pencarian yang tangguh dan terpercaya di dunia maya. Salah satu mesin pencari yang cukup besar dan dikenal luas adalah Google.

Sebagaimana peta, google dapat menyajikan berbagai data yang dibutuhkan seseorang agar tak tersesat di belantara digital. Agar informasi yang ditulis terbaca bahkan "dicintai" Google, kita perlu mengenal logika yang dipakai Google itu sendiri. Pengetahuan seputar hal ini sering dikenal dengan nama Search Engine Optimizer (SEO).

SEO punya beberapa prinsip yang penting diketahui oleh bloger maupun konten kreator lainnya, diantaranya adalah Riset, Onpage, Link Building, Pondasi dan Evaluation, seperti yang diutarakan praktisi internet marketing, Didik Arwinsyah dalam diskusi “Ngobrolin SEO Revolution” bersama AT Caravan di hotel Horaios Malioboro, Jogja pada hari Sabtu (28/07/2018) yang lalu.

Kali ini saya ingin mengupas seputar Riset Kata Kunci (Keyword) dan seputar penulisan artikel.  Keywords adalah kata atau rangkaian kata yang ditulis di mesin pencari untuk menemukan data atau informasi yang diinginkan. Keyword ini diantaranya dapat dibagi menjadi Short Tail Keyword dan Long Tail Keyword.

Short Tail Keyword adalah kata kunci yang terdiri dari dua kata saja, misalnya: Rental Mobil, Sewa Rumah, dsb. Sedangkan Long Tail Keyword adalah kata kunci yang terdiri lebih dari dua kata. Contohnya: Rental Mobil Jogja, Sewa Rumah Jakarta, dsb. Pertarungan Short Tail Keyword lebih kuat daripada Long Tail Keyword. Oleh karena itu, Didik memberikan tips bagi pemula untuk bermain di Long tail Keywords terlebih dahulu. Selain itu, Didik juga memberi kiat agar kata kunci yang kita buat “dicintai” Google dan sanggup bertengger di halamn pertama adalah:

  • Kata Kuncinya Unik (produknya unik)
  • Kompetitornya Sedikit
  • Mempunyai Pasar (ada orang yang mencari)

Selain kata kunci yang unik, konten yang kita buat juga harus kuat, menarik dan orisinil. Untuk membuat konten yang kuat dapat dilakukan dengan mencari data yang valid dari berbagai literatur yang ada. Selain itu penentuan tema konten tentu menjadi titik penting. Setelah mencari bahan bacaan dan data yang mencukupi, langkah selanjutnya adalah membuat konten maupun artikel yang menarik dengan gaya bahasa yang kita sukai.

Ingat, jangan pernah berpikir untuk menjadi PLAGIAT! Google sangat mengharamkan tindakan tersebut dan berakibat buruk pada nama baik maupun situs yang kita miliki. Buatlah artikel dengan gaya bahasa yang mudah dipahami dan menawarkan ide baru dari tema yang diusung. Hal ini akan berdampak pada kenyamanan pembaca saat mengunjungi web kita.

Beberapa prinsip dalam menulis konten yang baik diantaranya:

  • Orisinal
  • Panjang artikel minimal 5000 karakter
  • Membuat penyelesaian dari permasalahan pengunjung
  • Buat artikel yang benar benar berbeda pembahasannya (tidak mirip dengan yang lain)

Hidup Serba Mudah di Era Digital

Dunia digital menyediakan berbagai kemudahan dan peluang jika kita cermat dalam menggunakannya. Kita dapat belajar mengenai SEO dan banyak hal lainnya dengan mengunjungi berbagai web yang ada, menonton video di Youtube, maupun berinteraksi langsung dengan praktisi internet lewat media sosial.

Selain kemudahan dalam mencari informasi, dunia perbankan saat ini juga telah memasuki ranah digital. Kita tidak perlu repot lagi jauh-jauh pergi ke bank untuk transfer maupun melakukan transaksi pembayaran Semua transaksi keuangan kini bisa dilakukan dari handphone kamu melalui aplikasi Digibank. Dengan Digibank kita bisa melakukan aktivitas perbankan sehari-hari, seperti: pembayaran belanja e-commerce; transfer dana ke rekening tabungan atau rekening ponsel; beli pulsa PLN dan nomor ponsel prabayar, isi ulang uang elektronik; serta bayar tagihan nomor ponsel, televisi berlangganan dan internet.

Jadi, tunggu apalagi? Segera install aplikasi Digibank di handphone-mu dan temukan berbagai kemudahannya.   

Ilustrasi Digibank, doc. DBS.com
Ilustrasi Digibank, doc. DBS.com
Referensi:

Piliang, Yasraf Amir. 2017. Dunia yang Berlari. Yogyakarta: Cantrik Pustaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun