Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LOMBAPK] Mencari Wajah Indonesia dalam Layar Lebar

12 September 2016   00:12 Diperbarui: 12 September 2016   00:32 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Tiga Dara (dokumentasi kompasiana.com/planetkenthir)

Salah satu hal yang cukup menarik untuk dicermati disini menurut saya diantaranya adalah karakter Nunung. Nunung ditampilkan sebagai sosok perempuan yang pemalu, gemar memasak, dan sering mengenakan baju kebaya. Dibalik kesederhanaannya tadi, ternyata Nunung juga mempunyai bakat yang cukup tinggi dalam hal seni, yaitu bermain piano dan bernyanyi.

Dalam karakter Nunung ini citra seorang perempuan yang tradisional dipadupadankan dengan semangat modernisasi, dengan simbolisasi kemampuan bermain piano. Pada tahun 1950-an tentu piano bukanlah alat musik yang dapat dikuasai oleh kebanyakan orang. Hal ini seolah-olah sebagai simbol Indonesia yang belum lama merdeka, yang beranjak dari bangsa yang tradisional menuju bangsa yang lebih modern. Sesuatu yang ingin ditonjolkan oleh Bung Karno saat itu yaitu National Character Building.

Masa Depan Film Indonesia

Semangat kebangkitan film Indonesia selayaknya tidak hanya berhenti pada proses restorasi film-film lama semata. Memunculkan karakter Indonesia sebagaimana yang tersirat dalam film Tiga Dara tadi selayaknya senantiasa digali dan direproduksi terus menerus. Sehingga pada akhirnya, masyarakat Indonesia dapat mendapatkan suguhan tontonan yang sekaligus menjadi tuntunan, mempunyai nilai sejarah, dan meresap kedalam kepribadian bangsa.

Hal ini tentu membutuhkan kolaborasi banyak pihak guna membangun aspek kebudayaan nasional, dalam hal ini melalui film. Tampaknya sudah cukup bangsa ini disuguhi film dengan tema hantu berbumbu erotisme yang tidak jelas akan makna apa yang diusungnya. Negara dan pihak yang terkait jelas mempunyai sumbangsih besar dalam rangka mendorong kreativitas sineas-sineas local dalam menggali keunikan budaya Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sehingga suatu hari nanti, kita dapat melihat wajah Indonesia secara lebih jelas dalam layar lebar dan film nasional dapat menjadi raja di negeri sendiri. Semoga.

Referensi:

1. Seno GumiraAjidharma. Soekarno: MembongkarSisi-SisiHidup Putra Sang Fajar. PenerbitBukuKompas. Jakarta. 2013. hal.225

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun