Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HUT RTC] Kuliah

7 Maret 2016   23:23 Diperbarui: 7 Maret 2016   23:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber ilustrasi: akihikoyuuri.wordpress.com"][/caption]

Minggu pertama: terinspirasi puisi

Panas terik tak menyurutkan hasratku. Sepenuh tenaga kukayuh sepedaku, menembus hamparan sawah yang mengurung desaku ini. Udara di desaku bersih, pepohonan tumbuh di sepanjang jalan. Peluhku menetes sebesar bulir jagung. Kuberhenti sejenak, dan minum air kali di tepi jalan. Sungai di desaku mengalir jernih. Seringkali para pejalan kaki dan petani minum langsung dari sungai tersebut, tanpa harus khawatir akan mengalami sakit perut.

Segar sekali air yang mengalir melalui kerongkonganku, seolah tak ada satupun minuman ringan di dunia ini yang mampu menandinginya. Tak perlu berlama-lama, segera kukayuh sepedaku kembali. Tinggal sebentar lagi, aku akan sampai di rumah. Berita ini harus segera kusampaikan ke orang tuaku. Harus hari ini, saat ini.  Bapak mungkin belum pulang dari sawah, tapi masih ada simbok di rumah. Ini adalah berita yang akan mengubah nasib keluargaku, bahkan kampungku.

“Mbok, simbok…”, teriakku. Kemana gerangan perginya ibuku itu?

“Ono opo, Le? Kok bengok-bengok?”,* jawab simbok.

“Aku lulus Mbok..Lulus!”, teriakku girang. Kusodorkan surat kabar nasional yang memuat pengumuman seleksi perguruan tinggi itu. Dengan bangga kutunjukkan namaku diantara barisan nama yang lulus mengikuti seleksi. Simbok memeluk tubuhku, bahagia.

“Terus, berapa biaya masuknya, Le?”, tanya Simbok.

“Sepuluh juta, Mbok”, jawabku kemudian.

Simbok terdiam, senyum di wajahnya hilang, berganti dengan raut wajah kebingungan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun