Setelah petualangan berbahaya berburu babi hutan bersama Tauke Besar yang nyaris merenggut nyawanya, secara perlahan Bujang remaja mulai memasuki petualangan-petualangan baru yang pada akhirnya membuat membentuk mental dan karakter Bujang saat dewasa. Petualangan Bujang tidak berjalan dengan mudah, karena ia harus meninggalkan kedua orang tua dan sahabat-sahabatnya di kampung, dan memulai kehidupan yang baru bersama Tauke Besar di kota.
Dunia yang dimasuki oleh Bujang pun bukanlah dunia yang ramah untuk orang kebanyakan. Tauke Besar ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah pemimpin keluarga Tong, penguasa shadow economy di Indonesia, dan kemudian hari menjadi penguasa baru di level Asia. Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan dalam ruang gelap dan di bawah meja. Orang-orang juga mengenalnya dengan istilah black market atau underground economy.
Shadow economy bukan hanya tentang narkoba, prostitusi, judi, dsb. Hari ini, shadow economy telah menaikkan levelnya dengan menguasai pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, tambang, pasar modal, dan segala aspek terkait ekonomi maupun politik. Jangan bayangkan organisasi shadow economy ini seperti Yakuza, Mafia, maupun Triad, karena ia lebih besar, terstruktur, rapi, dan tentu saja terselubung sekaligus mengerikan. Itulah dunia yang kemudian membesarkan si Bujang kecil menjadi sosok yang sangat berbahaya. Bujang yang lugu dan polos, tumbuh menjadi tokoh dunia hitam yang disegani dan mendapat julukan “Si Babi Hutan”.
Anda bisa bayangkan sendiri kisah hidup dan petualangan seperti apa selanjutnya yang akan dialami Bujang dalam dunia seperti itu. Ada kalanya kisah itu berjalan manis, namun ada saatnya rasa sedih, kecewa, dan benci menjadi kenyataan yang tidak bisa dihindari. Bujang harus melalui berbagai peristiwa dan kepahitan hidup, sebelum menemukan jalannya untuk pulang.
***
Keunikan tema cerita inilah salah satu kekuatan dari novel Pulang. Ditambah dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dibaca, membuat pembaca tidak ingin melewatkan waktunya tanpa menyelami setiap lembar cerita yang ada. Alur maju-mundur yang dipakai penulis, membuat cerita semakin terasa menarik sekaligus penuh teka-teki. Tanpa terasa pembaca akan melahap empat ratus halaman cerita tanpa merasa lelah, lantas merasa semakin dahaga akan kisah petualangan dari sang tokoh, Bujang yang mungkin akan diteruskan dalam karya Tere Liye selanjutnya. Semoga.
Kalau toh ada sedikit ganjalan, mungkin ada pada masalah kemasan. Cover berwarna hijau tosca dengan desain berupa kertas yang dirobek dan menampilkan gambar matahari terbit di belakangnya, sebenarnya cukup menarik dan memancing tanda tanya. Hanya saja, setelah membaca isi novel tersebut, saya merasa seolah-olah gambaran pada sampul novel ini tidak cukup “menempel” dengan isi cerita yang ditulis.
Andaikata novel ini dikemas dengan menggunakan warna hitam (sesuai tema shadow economy), ditambah dengan grafis berupa pistol, peluru, atau mungkin pisau, mungkin secara visual akan memperkuat daya tarik novel ini serta tidak membuat pembaca yang awam seperti saya salah duga, dan mengiranya sebagai novel roman. Namun, toh itu semua masalah selera.
Secara keseluruhan, novel ini sangat menarik untuk dibaca sekaligus menyimpan inspirasi yang sangat berharga. Andaikata diibaratkan melihat film, saya seperti melihat sekuel film “The Raid 2”, namun dalam wujud dan alur yang berbeda. Tapi emosi dan imajinasi yang muncul saat membaca novel ini, tak ubahnya seperti melihat film thriller yang selalu membuat jantung berdegup lebih kencang, dan anda ingin mengulanginya berkali-kali tanpa sedikitpun merasa bosan.