Mohon tunggu...
Iswan Kinsank
Iswan Kinsank Mohon Tunggu... profesional -

Saya selalu mengatakan ini pada diri saya setiap saya bercermin”Bro..!!! berdiri jangan takut pada Tumbang,berlari jangan takut pada bayang,Naik Jangan Menginjak Lawan, Hebat Jangan Numpang Kawan,Bangkit dengan Pendirian Pribadi ,Maju Dengan Kemampuan Sendiri”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paranoid Android

28 November 2016   14:10 Diperbarui: 28 November 2016   14:58 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bolak Depan Google"][/caption] Jika  anda penikmat musik mungkin anda kenal band tenar asal Denmark yang satu ini. Radiohead, cobalah anda putar Lagunya yang berjudul "Paranoid Android".Jika belum punya koleksinya berarti selera musik anda masih rendah.Hehehe.. Maaf.

Lagu itu bercerita tentang ketakutan akut yang terjadi ketika Malaikat maut datang bertamu saat sakaratul maut.Maka teringatlah semua dosa dan kejadian masa lalu kita yang kemudian menimbulkan kepanikan tersendiri.Si pencipta lagu  percaya bahwa setiap perbuatan yang telah kita lakukan akan mendapat ganjaran dialam kubur.Begitulah makna lirik lagu yang saya temukan.(Hasil Googling).

Tapi tulisan ini bukan untuk berbagi info ataupun pengetahuan soal musik.Lagu ini Sudah menginspirasi saya untuk menyimpulkan apa yang terjadi hari ini dinegeri kita. Meskipun pemaknaan saya tentang lagu  ini berbeda dengan pencipta lagunya.Karena memang sangat sulit untuk menyamakan persepsi tentang karya sastra termasuk tentang selera musik.

Melalui lagu "Paranoid Android" Saya menyimpulkan ada ketakutan/kepanikan yang masif menjangkiti hampir setiap orang di Indonesia.Saya menyebutnya "Paranoid Android".

Ketakutan itu berakar dari carut marut kondisi politik dan isu penistaan Agama yang dilakukan oleh oknum dari etnis dan agama minoritas dinegeri ini.Isu melebar kemana-mana, saling hujat, saling membela diri bahkan ada menebar fitnah seolah tak terkontrol lagi.

Gelombang protes muncak bulan lalu dipusat Ibukota Negara, aksi protes yang populer disebut aksi 411 ini datang dari kelompok yang menamakan diri Pembela Alquran dan Islam. Meskipun sudah ada respon positif dari penegak hukum atas tuntutan para demonstran saat itu dengan tersangkanya oknum Penista agama pasca aksi massa 411 ,rupanya berbagai pihak menilai belum puas atas kinerja pemerintah dalam hal ini penegak hukum. Hal ini ditandai dengan  berhembusnya info akan ada aksi susulan yang akan menggerakkan massa jauh lebih besar dari aksi sebelumnya. Entahlah ini ancaman ataukah memang akan terbukti pada waktunya. Ada 2 versi soal jadwal aksi susulan itu. Versi pertama tanggal 2/12 dan ada juga yang bilang tanggal 25/12 2016.

Polemik melebar bergulir menyasar bak bola salju.Entah siapa yang melempar bola salju itu.Saling tuding terjadi.Presiden sibuk konsolidasi kemana mana.
Militer dan kepolisian sibuk melakukan kontrol dan penetrasi issu. Tokoh agama sibuk klarifikasi, saling menasehati, saling klaim Kebenaran berdasarkan penafsiran ayat ayat suci yang mereka pahami masing masing.Nasionalis sibuk kampanye anti intoleransi.Disaat yang bersamaan publik dunia maya sibuk melakukan hal yang sama.Sebagai orang awam tentu ini bukan pemandangan yang lazim terjadi di Indonesia.Sejak saya lahir hingga saat ini, kondisi seperti sekarang adalah hal yang baru bagi saya.

Mungkin kondisi inilah menimbulkan ketakutan /kepanikan tersendiri seolah akan ada kejadian luar biasa yang akan terjadi di negeri ini.Sebagai orang awam Menenangkan diri sambil dengar musik itulah caraku.Pilihan saya adalah dengar lagu Radoihead.Salah satunya adalah lagi yang berjudul "Paranoid Android".

Setelah mendengarkan lagu yang cukup mengispirasi ini.Sejenak saya merenungkan atas apa yang terjadi dinegeri ini.Apa yang mereka takutkan? Saya mengawali perenungan ini dengan pertanyaan sebagai orang awam.Orang yang tidak mengerti apa apa.

Pendapat saya, ketakutan itu hanya terjadi didunia maya.Dunia pengguna android.Saling ancam, hujat dan saling menyalahkan sampai mendiskreditkan Agama dan etnis tertentu sebagai sebagai pelampiasan kemarahan hanya terjadi didunia maya.Ya, mungkin karena info yang mereka liat itupun hanya bersumber dari dunia maya.Bukan berangkat dari kesedaran intelektual dan moralitas yang tinggi.Di alam realiatas keakraban dan romantisme antara satu dengan yang lainnya masih terpampang nyata.

Lihatlah Indonesia masih dan tetap damai. Mereka yang pakai Sorban masih beli paku dan bahan bangunan ditoko milik etnis yang mereka benci untuk kebutuhan bangun mesjid. Mereka menolak, menghina dan bahkan membenci ideologi China tepatnya etnis tersangka penista agama tetapi  masih saja menggunakan produk asal China. Bahkan pemerintah Indonesia malah membangun kerjasama ekonomi yang semakin erat dengan Pemerintah ataupun pengusaha China Tiongkok.

Sudahlah, mari kita jujur jujuran, buka-bukaan saja bahwa hampir setiap suksesi kepemimpinan di Indonesia baik tingkat lokal sampai level Nasional masih selalu mendapat suntikan dana dari pengusaha yang berlatar belakang Etnis China. Apakah itu secara sukarela ataupun sebagai sebuah skema dalam frame politik simbiosis.
Lalu kebencian dan ketakutan apa yang sedang terjadi kini. Jangan-jangan ketakutan itu sudah meningkat menjadi kemunafikan massal.

Lihatlah apa yang terjadi hari ini. Di Televisi, media cetak/online di akun akun sosmed pribadi anda. Banyak orang nampak ketakutan. Ketakutan yang berlebihan. "Paranoid".

Beredar kabar bahwa unjuk rasa 2/12 nanti tidak dibolehkan baik melalui himbauan lisan maupun tertulis. Takut disusupi teroris, provokator dst. Disaat yang bersamaan di belahan bumi indonesia lainnya, tiba-tiba ada aksi penurunan bendera dan nama-nama jalan yang identik dengan negeri Tiongkok. Wow ada apa ini?

Saya jadi merasa ngeri jangan-jangan akan ada aksi yang sama disini, ditempat saya bermukim.Memang tak ada bendera yang berkibar disini.Hanya ada nama pelabuhan, perusahaan, toko bangunan dan Orangnya.Ketakutan saya terlalu jauh " bagaimana ketika itu ditutup".Bisa jadi kiamat kecil terjadi ditempat saya, Nunukan Kalimantan Utara. Sekedar info Di Nunukan tapal batas Indonesia memiliki pelabuhan bernama Liem hie djung. Pelabuhan Lintas batas Internasional yang menggunakan nama tokoh Tionghoa. Menurut cerita Liem Hie Djung di masanya sangat memiliki peran penting dalam membangun Nunukan hingga berkembang pesat seperti saat ini. Ini mungkin hanyalah ketakutan Rakyat Indonesia yang berlebihan dan belum tahu cara bagaimana mengatasinya.

Sebagai penutup tulisan ini saya mau mengatakan bahwa ndonesia akan gagal kita temui ketika kita takut akan perbedaan dan kontradiksi warna, takut pada fenomena chaos.Kemajuan atau kesuksesan sebagai bangsa yang besar akan sulit kita jumpai ketika kita paranoid pada keragaman. Mengapa tidak kita sederhanakan saja cara pandang kita bahwa kontradiksi dalam kacamata Indonesia adalah kontradiksi yang saling menguatkan satu dengan yang lain.

Indonesia hingga hari ini ada karena campur tangan banyak orang, banyak perbedaan Agama, etnis,Budaya, Ideologi, bahkan kepentingan.S aya percaya Indonesia hanya akan semakin kuat jika keberagaman itu tetap ada. Kami Tidak Takut!

Iswan Kinsank  (Rimba Raya Institute)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun