Mohon tunggu...
Iswan Kinsank
Iswan Kinsank Mohon Tunggu... profesional -

Saya selalu mengatakan ini pada diri saya setiap saya bercermin”Bro..!!! berdiri jangan takut pada Tumbang,berlari jangan takut pada bayang,Naik Jangan Menginjak Lawan, Hebat Jangan Numpang Kawan,Bangkit dengan Pendirian Pribadi ,Maju Dengan Kemampuan Sendiri”

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pohon Penguras Air (Stop Tanam Sawit)

25 Maret 2016   07:40 Diperbarui: 25 Maret 2016   09:04 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KRISIS AIR SALAH SIAPA ?

Terhitung Sejak November Nunukan mengalami krisi air. Dampak nyata adalah publik mengeluh karena kebutuhan air yang menjadi kebutuhan mendasar tidak terpenuhi.Polemik berkembang, Sasaran kritik tertuju kepada PDAM sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam mengelola kebutuhan Air Masyarakat.Penjelasan  PDAM masih saja  persoalan teknis oleh publik luas dianggap klasik.

Perbincangan  pro kontra diruang ruang diskusi  baik melalui sosial media maupun  coffe break menunjukan trend positif karena kritik tendensius yang mengesampingkan realitas (LOW Analisis)ternyata tidak merubah keadaan,disaat yang bersamaan tubuh semakin gerah karena belum mandi seharian karena Air tidak mengalir.Hal yang menarik kondisi ini akhirnya mengantarkan publik Nunukan Menjadi sedikit lebih Rasional melalui aksi sosial Aktivis lingkungan ,Mahasiswa,LSM,dan elemen masyarakat lainnya dengan kesadaran penuh turut menghibahkan pikiran dan tenaganya untuk memecahkan masalah. (SALUT).

Aksi nyata dengan melakukan eksplorasi, bersih bersih sungai maupun kegiatan konservasi sumber daya air menghasilkan kesimpulan bahwa Selain karena kondisi sungai yang tercemar,badan sungai sebagai saluran yang terdegrasi/Tidak normal melalui aksi nyata itu menjelaskan bahwa penyebab utama terjadinya krisis air adalah karena ketersediaan air permukaan (Hujan /Cadangan Air tanah) mengalami defisit Yang luar biasa.Terbukti Waduk,embun DAM (Bendungan)
sebagai Wadah kontrol dan pengelolaan Air menjadi kering.

Realitas ini oleh semua stake Holder (Pemerintah maupun Non pemerintah) tentunya menjadi persoalan yang Serius (Luar biasa).Jika perlu biarlah Fenomena krisis air khususnya di Nunukan ini menjadi sebuah keresahan sistemik sehingga menjadi pelajaran penting bagi kita semua bahwa Kita perlu bijak memperlakukan Alam agar Alam pun bersahabat dengan Kita.

Menyikapi persoalan Krisis Air dan dampaknya maka kita memerlukan waktu untuk melakukan pengkajian yang mendalam .Bahwa diera Industrialisasi dewasa ini sebagai bagian dari pembangunan maka Krisis Lingkungan yang diikuti oleh Krisis Air,tanah,udara dll adalah sebuah Labirin kemorosotan Ekologi yang harus siap dihadapi (Sangat sulit dihindari).Sebagai penulis  beberapa hal yang harus menjadi bahan renungan bersama adalah:

KAJI ULANG PROSPEK INDUSTRI SAWIT
Tuntutan utama dari Agenda reformasi adalah Pemerataan Pembangunan agar rakyat sejahtera.Atas dasar tuntutan tersebut maka Percepatan agenda Pembangunan diseluruh daerah digenjot dengan mengandalkan potensi sumber daya Alam masing masing.Nunukan setelah Resmi membentuk pemerintahan sendiri 15 tahun yang lalu, dalam waktu yang relatif singkat berbenah diri membangun daerah.Sebagai pondasi Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas.Akan tetapi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat maka menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk membangunan sektor ekonomi.Dalam waktu yang bersamaan pemerintah Nunukan dengan mengandalkan sejumlah potensi daerah mampu melakukan itu.
Nunukan dengan luas wilayah sekitar 15.000 Km2 menjadikan pertanian Sebagai Sektor andalan mengingat ketersediaan Lahan dan kesesuaian lahan yang memenuhi syarat.Tuntutan pasar melalui investor menjadi alasan kuat bagi pemerintah menetapkan komoditi Sawit sebagai komoditi unggulan yang kemudian berkembang hingga hari ini.Meliat prospek Pasar yang begitu besar dengan ketersediaan Lahan yang memungkinkan Pemerintah Nunukan pun dengan pongahnya mencanangkan Program Sejuta Hektar Sawit atau setara dengan 10.000 Km2
Artinya sekitar 80% dari luas Nunukan secara keseluruhan. Hingga hari ini Menurut data Dishutbun provinsi Kaltim (Sebelum Kaltara) bahwa hingga tahun 2014 Luas lahan Sawit di Kab.Nunukan sekitar 210.000 Hektar Atau sekitar 15 % dari luas Nunukan Secara keseluruhan.
(Cat: 1Hektar =1/100 Km ).Dengan estimasi luasan 84% milik perusahaan (Investor Nasional & Asing) , 12 % Kebun rakyat dan 4 % adalah plasma.
Artinya dari data tersebut diatas jika target pemerintah adalah 1 Juta hektar maka defisit Alih fungsi lahan untuk sektor sawit adalah sekitar 800 ribu hektar.Betulkah pemerintah Akan merealisasikan program sejuta hektar untuk lahan sawit ini ? Apakah pemerintah sudah memperhitungkan dampak positif dan negatif dengan memilih Sawit sebagai prioritas Pembangunan Ekonomi Daerah ? Sejumlah pertanyaan konstruktif kembali menjadi penting dijawab atas kondisi hari ini.

Apa lacur,Realitas Nampaknya berkehendak lain .Sepertinya Pencanangan pemerintah sejuta Hektar sawit sepertinya harus dipertimbangkan ulang mengingat kemerosotan Ekologi yang diakibatkan oleh industrialisasi Sektor pertanian khususnya Sawit yang tidak memperhitungkan Keseimbangan ekosistem lingkungan.

Jika boleh saya mengatakan demi keselamatan dan keseimbangan Lingkungan agar Rencana penambahan luas lahan sektor sawit ini untuk segera dihentikan.Dampak Negatifnya sudah sama sama kita rasakan bahkan menjadi keresahan yang sistemik.Kebakaran hutan akibat perluasan lahan, pencemaran sungai akibat limbah pabrik, Peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca, konflik agraria, Eksploitasi tenaga kerja serta terganggunya pranata sosial masyarakat adat, dan Yang paling meresahkan hingga hari ini adalah Krisis Air yakni menurunnya ketersediaan Air permukaan.Penyebab utamanya adalah Pengurasan Air tanah akibat tanaman sawit yang terlalu banyak.
Memang benar bahwa dengan adanya Industri Sawit di Nunukan salain menjadi sumber utama Pendapatan daerah Juga mampu menyerap Tenaga Kerja yang banyak.Akan tetapi Perlu menjadi perhatian serius bagi penentu kebijakan bahwa pembangunan disektor pertanian merupakan pembangunan yang tidak hanya mengandalkan ketersediaan Lahan akan tetapi dukungan Alam dan kondisi Sosial kemasyarakatan pun menjadi faktor pendukung utama. Sehingga Sangat penting kiranya setiap kebijakan pembangunan terutama Industrialisasi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Karena kesimbangan lingkungan adalah Kata kunci kelangsungan hidup yang sustainable (Berkelanjutan).

RASIONALISASI KEBUTUHAN AIR
(krisis air /Atau Masalah Teknis ?)

Beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa Perkebunan kelapa sawit, sangat mengganggu persediaan air tanah untuk tanaman lain,di luar kebun sawit, sebab pengurasan air tanah oleh perkebunan sawit sangat banyak. Satu batang pohon kelapa sawit, menyedot 20 sampai 40 liter sehari, dan dapat menyedot air sampai kedalaman 5,2 meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun