Mohon tunggu...
Muhammad Iswan
Muhammad Iswan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

apa yang kau lakukan sekarang adalah masa depanmu di masa lalu, dan apa yang kau lakukan di masa sekarang adalah pengantar menuju masa yang kelak kau sebut 'hari ini'.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Milenial Gak Mau Ribet Saat Mudik

27 Maret 2024   23:36 Diperbarui: 29 Maret 2024   19:19 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudiknya milenial tidak sepenuhnya sama dengan mudiknya generasi baby boomers dan generasi X. Ada beberapa perbedaan mencolok diantara mereka. kalau baby boomers lebih suka dan ngga merasa cukup, pulang ke kampung halaman, dengan hanya membawa satu koper. generasi milenial justru lebih beranggapan, bawa barang banyak saat mudik sama halnya dengan menambah beban sendiri di perjalanan.

Dalam buku "Millenials Kill Everything" yang ditulis oleh Yuswohady, dkk. Milenial digambarkan sebagai generasi yang lebih prefer ke hal-hal yang menyenangkan, simple alias gak mau ribet, dan yang paling penting, gak mau disamakan dengan generasi sebelumnya. Milenial tidak mau dianggap sama dengan generasi old. Makanya, jangan kaget kalau banyak hal yang sebelumnya lumrah terjadi di generasi sebelum milenial, kemudian mengalami pergeseran yang cukup jauh.

Kalau dalam buku yang disebutkan di atas lebih dekat dengan sudut pandang milenial dalam bentuk consumer behavior, maka dalam tulisan ini akan mencoba melihat bagaimana gaya milenial ketika menghadapi masa-masa mudik dan apa saja yang membedakan gaya mudik milenial dengan generasi sebelumnya.

Milenial yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mereka yang masih duduk di bangku kuliah sebagai perantau dan mereka yang masih tergolong fresh graduate beberapa bulan terakhir di tahun 2024 ini atau pun yang sudah mendapat pekerjaan di tanah rantau, namun dengan penghasilan yang masih cukup untuk diri sendiri dan mungkin untuk keluarga kecilnya saja.

Kurang-lebih dua minggu menjelang lebaran idul fitri, milenial sudah mulai banyak beranjak dari tanah rantau menuju kampung halaman. Tentu ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang sudah dilakukan selama bertahun bahkan berpuluh tahun di negeri ini. Namun, ada sesuatu yang menarik ketika memperhatikan bagaimana, sebagian, milenial melakukan perjalanan mudiknya. 

Milenial memiliki preferensi cara tersendiri dalam melakukan perjalanan mudik. Jika mudik yang dilakukan oleh generasi baby boomers lebih suka dan merasa tidak lengkap melakukan mudik tanpa beberapa tas/kardus yang membersamai keberangkatannya ke kampung halaman. Hal ini berbeda dengan cara yang dilakukan milenial. Mereka lebih suka melakukan perjalanan dengan cara yang tidak ribet dan tidak mengganggu kenyamanan dalam perjalanan. Bagi milenial, aspek kenyamanan adalah salah satu prioritas dalam perjalananan, selain, tentunya juga keselamatan.

Beberapa milenial bahkan mencoba merahasiakan jadwal mudik dari teman-temannya di kampung halaman. Bukan untuk memberikan surprise, tapi lebih menghindari membawa barang yang akan dititip oleh kawan-kawannya di kampung. Beberapa barang yang paling mungkin dibawa dalam perjalanan adalah laptop dan smartphone. Meskipun ada fasilitas yang disediakan seperti bagasi dari maskapai penerbangan. Milenial cenderung mengabaikannya karena menunggu bagasi adalah salah satu hal menjenuhkan. 

Milenial lebih suka mengirim barang ke kampung halaman menggunakan jasa pengiriman barang sepeti J&T dan sejenisnya. Untuk mensiasati barangnya sampai di rumah dengan rentan waktu yang tidak terlalu jauh dari waktu kedatangan mereka, milenial mengirimkan barang-barang ke jasa pengiriman beberapa hari atau bahkan satu minggu lebih dulu sebelum mereka sendiri berangkat. Dengan mengirim barang melalui jasa pengiriman, milenial dapat melakukan perjalanan pulang tanpa harus mengurus barang bawaan yang banyak.

Tapi, bagi jasa pengiriman, jangan terlena dulu. Ingat, milenial lebih suka mengirim dan menitip barang mereka ke jasa pengiriman yang cepat, tapi murah. Itu sudah menjadi rumus penting yang perlu diperhatikan oleh setiap jasa pengiriman. Milenial adalah generasi yang mudah mengakses informasi terkait lama dan cost yang perlu mereka keluarkan, sebelum menjatuhkan pilihan pada salah satu jasa untuk menitipkan barangnya.

Kembali ke persoalan wajah baru tradisi mudik yang dipresentasikan oleh milenial, dan kemungkinan besar akan berlanjut tahun demi tahun ke depan.

Milenial adalah generasi yang sudah mendisrupsi banyak hal, tidak terkecuali pekerjaan berupa jasa, yang mungkin seringkali menjadi profesi tahunan beberapa orang di bandara maupun di pelabuhan. 

Mengirimkan barang yang biasanya dibawa serta dalam perjalanan mudik, oleh generasi baby boomers. Tidak ada lagi alasan bagi milenial untuk meminta bantuan kepada orang-orang di pelabuhan maupun di bandara. Milenial sudah mengirim barang-barang tersebut melalui jasa pengiriman dan hanya butuh menunggu beberapa hari agar barang tersebut sampai di depan rumah, dibawa oleh kurir.

Milenial tidak suka ribet. Mereka lebih suka menikmati perjalanan mudik sebagai suatu experience. Barang bawaan yang kebanyakan dan merepotkan, bagi milenial, hanya akan mengganggu ketenangan dalam perjalanan. 

Mudiknya milenial memang cukup berbeda dengan apa yang lumrah dilakukan oleh baby boomers. Meskipun pada dasarnya, mereka sama-sama melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman. Bagi baby boomers, membawa barang banyak saat mudik, mungkin merupakan suatu prestasi tersendiri. Tidak heran, ketika kondisi keuangan sedang tidak memadai untuk membeli banyak barang, generasi baby boomers cenderung memilih untuk menunda mudik sampai tahun berikutnya.

Lain halnya dengan generasi milenial. Mereka tidak butuh dan tidak begitu mempertimbangkan banyak sedikitnya barang yang akan mereka bawa pulang saat mudik. Hadiah saat mudik, paling tidak, hanya untuk orang-orang istimewa dan terdekat di dalam keluarga. Entah untuk orang tua maupun saudara-saudara kandung. Namun, dengan kondisi keuangan yang juga belum mapan, mereka tidak suka memaksakan diri dan menjadikan tidak adanya barang bawaan sebagai alasan untuk menunda mudik.

Milenial pada tingkatan fresh graduate memiliki satu kekhawatiran sendiri ketika akan memilih untuk mudik. Mereka khawatir akan mendengar obrolan tetangga-tetangga rumah di kampung halaman tentang 'pernikahan' dan 'pekerjaan'. Bagi milenial yang fresh graduate, kata-kata itu merupakan sesuatu yang menjenuhkan untuk didengar, apalagi untuk dijawab. Mereka, milenial, merasa punya pilihan sendiri dan tidak mau terganggu dengan obrolan semacam itu.

Milenial akan mendengarkan obrolan tetangga ataupun anggota keluarga, jika hal itu sesuai dengan preferensi yang mereka punya. Namun, jika topiknya tidak sesuai, maka mereka akan cenderung mengabaikannya. Milenial adalah generasi yang tidak mau diganggu dan tidak mau diintervensi oleh keinginan generasi old. Ingat, bahwa mereka tidak suka disamakan dengan generasi sebelumnya.

Jadi, ketika mudik. Jangan suka meminta sesuatu kepada milenial jika sekiranya itu akan merepotkan mereka di perjalanan. Jangan juka menanyakan kepada mereka, hal-hal yang, oleh milenial, dipandang sebagai suatu privasi. Dalam suasana mudik, milenial lebih suka mencari ketenangan dan kebahagian sekaligus memacu diri mencari pengalaman dalam perjalanannya. Mereka tidak suka diganggu dengan hal-hal yang menjenuhkan dan merepotkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun