Salah satu ayat penting tentan penciptaan manusia yang termaktub dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqrah ayat 30 "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; Aku hendak menjadikan Khalifah di Bumi....dst." sedangkan makna khalifah yang ada dalam Al-Qur'an ini dapat dipahami sebagai; Pengganti, penguasa atau pun pengelola alam semesta.
Sedangkan sebagai Abdillah disebutkan dalam ayat-ayat Qur'an yang salah satunya adalah Q.S. Az-Zariyat ayat 56; "Dan tidaklah Aku menciptkan Jin dan Manusia kecuali untuk Mengbadi kepada-Ku" yang mana, Mengabdi di sini dapat dipahami dalam arti Sembahyang/Menghambakan diri atau pun mencoba bertakarrub serta mengenal-Nya.
Pengantar tersebut di atas dijadikan sebagai pijakan untuk melihat bagaimana seharusnya manusia hidup dan menjalankan kehidupannya. Kemudian dengan hal tersebut akan menimbulkan pemahaman dan jawaban atas pertanyaan "Kenapa manusia ada, dan untuk apa kehidupannya serta bagaimana dia akan hidup, hingga ke mana dia akan pergi setelah hidup?" ini pertanyaan sederhana namun memiliki kompleksitas yang tinggi dan memerlukan perenungan yang ekstra untuk dapat menemukan jawabannya. Jikapun diperoleh, ia akan hadir barang sebentar, kemudian pemahaman tentang itu dapat berubah sewaktu-waktu apabila landasannya hanya disandarkan pada pengalaman indrwai semata. Di sini lah kiranya penting, sebagai Ummat Islam, untuk menggali dan memahami ajaran dasar dalam Agama melalui literatur yang ada (Al-Qur'an dan Sunnah) sebagai kunci atas semua pertanyaan yang hadir di kehidupan manusia.
Manusia adalah makhluk yang diciptkan oleh Allah swt. Sebagai khalifah atau wakilnya di muka bumi untuk menjaganya dan merawatnya dari kerusakan. Meski pada realitnya, kerusakan di muka bumi justru banyak dilakukan oleh manusia itu sendiri. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar manusia melakukannya. Baik dari tatanan sosial maupun hubungannya dengan lingkungan hidup. Sedangkan sudah menjadi rahasia umum bagi ummat Islam bahwa melakukan kerusakan di bumi merupakan perbuatan tercela dan dilarang oleh Allah swt.
Sebagai manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah sekaligus seabai Abdillah, tentu menjadi amanah besar tersendiri. Tugas manusia tidaklah mudah. Meski demikian, diberikannya anugerah berupa akal dan pikiran, serta alat indrawi dan juga hati adalah bekal bagi manusia itu sendiri untuk survive dalam mengarungi kehidupannya selama di dunia dan untuk mengemban amanah sebagaimana yang tersebut pada judul tulisan ini.
Salah satu ulama kontemporer, Hassan hanafi, pun tidak ketinggalan membahas perkara ini. Bukan hanya tidak ketinggalan. Justru beliau merupakan salah satu pelopor hadirnya struktur amanah manusia ini dengan melihat bentuk hubungan yang potensial ada pada manusia, yakni hubungan vertikal dan horizontal. Dengan demikian, lahirlah kesimpulan beliau mengenai amanah manusia di muka bumi dengan memetakannya menjadi dua; Khalifatullah dan Abdillah.
Meski sudah dibahas oleh Hassan hanafi dan ulama terdahulu lainnya, bukan berarti sudah tuntas dan tidak perlu ada pengembangan, sebab kompleksitas kehidupan manusia, semakin hari semakin bertambah. Apalagi dengan melirik interval peradaban di mana Hassan Hanafi menjalani masa pertumbuhan intelektualnya. Sedangkan yang harus diingat bahwa kondisi dan problematika yang dihadapi masing-masing ummat berbeda dengan cukup signifikan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya.
Baik sebagai Abdillah maupun sebagai Khalifatullah, keduanya terintegrasi satu sama lain, ketika seseorang memiliki kemampuan untuk mengintegrasikannya. Sebagai contoh, sebelum melirik cara kerja masing-masing, seseorang menyedekahkan harta yang dimiliki untuk kepentingan orang lain (saudara). Ketika perbuatannya tersebut diorientasikan dengan niat untuk mengharap Ridla Allah swt. Maka dapatlah ia memperoleh keduanya. Namun tanpat niat tersebut, ia hanya mendapat imbalan atas perbuatan baiknya di dunia, dan bukan dari Allah swt.
Tugas manusia sebagai Abdillah adalah untuk melakukan ibadah yang sifatnya Ibadah Mahdah. Menjauhi larangan dan mengerjakan perintah pun sudah termasuk sebagai abdillah karena termasuk dalam kategori melayani Tuannya. Contoh yang paling konkrit tentang abdillah adalah melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa pada Bulan Ramadhan maupun melakukan perjalanan haji ke Mekkah. Berdiam diri, berpikir dan berzikir juga masuk dalam kategori ini.
Adapun sebagai khalifatullah, manusia diberikan kebebasan oleh Allah swt. Untuk mengelolah dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kepentingan umat manusia itu sendiri dan juga makhluk yang ada di bumi. Di sini dapat dilihat bagaimana bentuk hubungan horizontal manusia. Hubungan yang melibatkan antara manusia dengan manusia maupun antara manusia denan makhluk lainnya.
Integrasi antara tuga sebagai Abdillah dapat pula termanifestasi dalam amanah sebagai khalifatullah, khususnya yang berhubungan langsung dengan perintah untuk melaksanakan perbuatan bajik yang akan mengantarkan pada perbuatan adil dan taqwa. Rujukan perbuatan ini hendaknya disandarkan pada pedoman dasar mengenai Amar Ma'ruf nahi Mungkar.