[caption caption="Ahok"][/caption]
Suatu hari seorang pemuda ingin berangkat ke kota besar. Namun sayangnya dia tidak memiliki kendaraan.
Mulailah sang pemuda mencari kendaraan. Pilihan pertama jatuh kepada mobil mercedes benz milik seorang sahabatnya. Orangtua sahabatnya belum memberikan restu, sebab untuk bisa naik mercedes benz tersebut harus mendaftar terlebih dahulu dan  mobil ini memiliki jadwal keberangkatan khusus. Sebagai seorang penumpang, sang pemuda harus mendaftar dan menunggu apakah bisa menumpang di mobil tersebut.
Di tengah kegalauan hatinya lewatlah bus yang menuju ke ibukota. Sang pemuda diajak pemilik bus tersebut. Namun ada syarat khusus untuk bus bisa masuk kawasan ibukota. Kursinya harus terisi penuh. Sang pemuda bertanya "Apakah kalian bisa mengantarkan saya sampai ibukota dengan mengisi penuh bus ini?. "Kami akan penuhi bus ini pak" jawab awak bus secara bersamaan. Akhirnya sang pemuda mantap naik bus ini.
Sebelum bus berangkat, ternyata pemilik motor baru dan mobil juga menawari sang pemuda. Merasa diatas angin sang pemuda menjawab "Saya tidak akan naik kendaraan bapak, tetapi silahkan kalau mau ikut rombongan saya. Biaya servis, bensin dan lain lain tetap merupakan tanggungjawab bapak.
Ilustrasi diatas menggambarkan usaha ahok mencari kendaraan politik dalam mengikuti Pilkada DKI Jakarta. Teman Ahok akhirnya terpilih menjadi pengawal Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta. Adapun Partai yang ingin mendukung diharapkan bisa bersinergi dengan teman ahok. Syarat lain yang dikemukakan ahok adalah Partai Pendukung harus mengeluarkan biaya sendiri. PDI Perjuangan sebagai Partai pemenang pemilu secara tegas menolak tunduk dibawah Teman Ahok, namun beberapa Partai memilih tunduk dan ikut aturan Teman Ahok.
Menurut Ahok butuh biaya 100 Milyar untuk menggerakan mesin politik satu partai, namun dia tidak mampu untuk membiayai Partai sebanyak itu. Oleh karena itu salah satu syarat Partai mendukung beliau adalah mengeluarkan biaya sendiri dan Ahok tidak terikat apapun dengan Partai Tersebut.
Jika kita berprasangka baik bahwa Partai pendukung keluar 100 Milyar tanpa dapat apa apa dari Ahok, apakah ini bisa dianggap cerdas? Andai dana Rp. 10.000.000.000,- tersebut digunakan untuk membantu masyarakat miskin dengan memberikan modal usaha Rp. 10.000.000,-Â maka akan membantu 10.000 KK miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Penggunaan dana ini untuk membantu menaikkan kesejahteraan masyarakat (10.000 KK) jauh lebih bermanfaat dibanding mendukung satu orang meraih kekuasaan.
Sekali lagi saya bertanya " Apa Betul Parpol Pendukung Ahok Cerdas? ".
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H