Dari pengalaman saya itu, sekarang saya berprinsip, menjalani sesuatu yang selaras dengan passion itu jauh lebih membahagiakan ketimbang melakukan sesuatu karena keterpaksaan, baik dipaksa keadaan seperti kondisi ekonomi dan sosial atau dipaksa oleh manusia lain. Pastilah ya, namanya juga terpaksa, bagaimana bisa membahagiakan. Makanya, saya selalu memberikan kebebasan kepada anak-anak saya untuk belajar apapun yang mereka sukai.Â
Hanya satu pesan saya, mereka boleh memilih profesi dan belajar apa saja, tapi ingat, mereka jangan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Jika senang jualan, jadilah penjual yang luar biasa, jika suka menulis jadilah penulis yang luar biasa, dan jika memilih jadi tukang masak pun , jadilah tukang masak yang luar biasa. Agar saat mereka dewasa nanti, mereka akan melakukan profesi yang mereka jalani dengan bahagia.
Lalu bagaimana dengan saya yang sudah terlanjur mempunyai profesi lain. Saya merasakan, selama nafas masih berhembus, dan tenaga masih ada, tidak ada kata terlambat untuk memulai menekuni passion yang terabaikan di masa lalu. Bahkan dengan sumber daya dan kedewasaan yang kita miliki saat ini, peluang untuk melakukan passion dengan serius, bijaksana, dan professional menjadi sangat terbuka. Do your passion, love your life.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H