Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu kebutuhan mendesak di era modern ini, sejalan dengan peningkatan populasi dan permintaan pangan yang terus berkembang.
Salah satu solusi yang banyak dibicarakan adalah teknik tumpang sari.
Metode ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan lahan tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang banyak dibudidayakan karena permintaannya yang tinggi.
bunga matahari (Helianthus annuus) juga memiliki nilai ekonomis yang signifikan, terutama untuk minyak dan bijinya.
Konsep Tumpang Sari
Tumpang sari adalah suatu metode pertanian yang melibatkan penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara bersamaan dalam satu lahan dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya, seperti cahaya, air, dan nutrisi.Â
Bunga matahari tidak hanya memberikan estetika yang menyenangkan, tetapi juga memiliki peran penting dalam budidaya tumpang sari. Tanaman ini mampu menarik serangga polinator yang membantu proses penyerbukan. Selain itu, bunga matahari memiliki akar dalam yang dapat membantu meningkatkan aerasi tanah, dan daunnya yang lebat dapat menekan pertumbuhan gulma.
Dalam konteks ini, selada dan bunga matahari dapat ditanam bersama karena saling memberikan pengaruh satu sama lain. Bunga matahari dapat memberikan naungan bagi selada dan juga mengurangi serangan hama, sementara selada dapat membantu mengendalikan gulma di sekitar bunga matahari.
Panen dan Pasca Panen
Sayur selada dapat dipanen ketika selada berumur 40-45 hari setelah tanam biasanya ditandai dengan tinggi selada rata-rata 11-13 cm dan lebar daun biasanya 8-10 cm.
Kegiatan pasca panen selada meliputi:
1. sortasi
2. cuci selada
3. pengeringan air menggunakan lap/tisu
4. pengemasan
5. pemasangan label
6. pemasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H