Pak Machrus pemilik usaha industri tenun ATBM Dhimas Craft saat diwawancarai menceritakan liku-liku perjalanannya dalam membangun usahanya yang sering mengalami jatuh bangun. "Sejak kurang lebih 20an tahun yang lalu yaitu tahun 2000 kami mulai merintis usaha ini, waktu itu saya hanya dibantu dua tenaga kerja saja untuk produksinya juga terbilang masih sangat sedikit", begitu kata pak Machrus.
 "Dalam menghadapi kerasnya persaingan bisnis, usaha kecil sering jadi korban karena tak mampu menghadapi persaingan. Seperti pada umumnya para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) selalu dihadapkan pada berbagai kendala klasik diantaranya keterbatasan  modal , keterbatasan SDM dan keterbatasan mengakses pasar", begitu katanya saat ditanyakan apa permasalahan yang dihadapi dalam mengelola usaha industri kerajinan tenun ATBM ini.
Dengan menggunakan bahan baku benang hasil daur ulang, UMKM diuntungkan karena bisa mendapatkan bahan baku benang yang harganya lebih murah dibandingkan bila harus menggunakan bahan baku benang yang original. Dari segi kualitas juga tidak kalah hanya perlu ketelitian atau sortir agar tidak tercampur dengan bahan lain yang tidak sesuai.
Usaha industri kerajinan tenun ATBM Dhimas Craft  menghasilkan produk jadi berupa kain hijab, shal dan selendang. Produk jadinya selama ini dipasarkan pasar lokal dan Bali. Selendang ATBM yang bermotif kotak-kotak warna hitam putih sering digunakan sebagai kain para wanita untuk  upacara adat atau acara tari-tarian di Bali. Beberapa kendala yang masih sering dihadapi para pelaku usaha indutri mikro dan kecil kerajinan seperti yang disampaikan pak Machrus menyebabkan kondisi ekonomi usaha ini sepertinya jalan di tempat. Para pelaku usaha ekonomi mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa bertahan walaupun ada krisis ekonomi dikarenakan usaha ini fleksibel dimana pemilik usaha sekaligus berperan sebagai tenaga kerja.
"Produk yang diproses secara tradisional seperti kain tenun ATBM ini biasanya memiliki ciri-ciri yang khas yang digemari para konsumen sehingga karena itulah produk dari industri kerajinan tenun ATBM Dhimas Craft masih bisa bertahan". Kurang lebih seperti itu penjelasan mengenai usaha kerajinan tenun ATBM yang disampaikan langsung oleh pak Machrus selaku pemilik usaha.
Peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diharapkan mampu mengatasi masalah kemiskinan, menyediakan barang dengan harga murah, serta merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi lokal.Â
Usaha kecil merupakan bagian dari perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang kokoh, sehingga usaha kecil perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang dan menjadi usaha menengah. Hal ini mencerminkan peranserta UMKM terhadap laju pertumbuhan ekonomi memiliki andil cukup tinggi bagi pemerataan ekonomi Indonesia karena memang berperan banyak pada sektor riil.Â
UMKM lebih bergerak di sektor riil yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga bermanfaat tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan kesejahteraan rakyat. Program pemberdayaan UMKM oleh Pemerintah di tingkat daerah telah berjalan secara baik, namun bagi banyak kalangan dirasakan masih berjalan lamban, sehingga perlu ditingkatkan upaya percepatan pembangunan UMKM dalam upaya percepatan pembangunan UMKM di Indonesia pada masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H