Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Isvandia
Muhammad Yusuf Isvandia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030117 Ilmu Komunikasi

kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunung Slamet: Gagal Menginjakkan Kaki di Atap Jawa Tengah

14 April 2024   22:37 Diperbarui: 14 April 2024   22:48 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman tentu sudah tidak asing dengan gunung ini, menjadi satu satunya atap tertinggi di Jawa Tengah, gunung Slamet. Gunung berapi yang masih aktif ini memiliki ketinggian 3428 meter diatas permukaan laut (mdpl). Mencakup lima kabupaten di Jawa Tengah yaitu Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga. 

Selalu menjadi primadona dari para pendaki untuk melengkapi triple S yaitu gunung sumbing, sindoro, dan slamet. Memiliki enam jalur pendakian resmi diantaranya Bambangan yang terletak di kabupaten Purbalingga, Baturraden di Purwokerto, Kaliwadas di kabupaten Brebes, Dipajaya di kabupaten Pemalang, Cemara Sakti di Pulosari kabupaten Pemalang, dan Guci di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. 

Namun dari keenam jalur tersebut, basecamp Bambangan lah yang paling ramai dikunjungi para pendaki. Dan basecamp Bambangan pula yang menjadi jalur pendakian kami kali ini.

Pendakian ini dilakukan tepat tiga hari selepas hari raya idul fitri. Mulanya saya mengajak seorang teman bernama Galang untuk mendaki ke gunung slamet, ia sudah pernah mencapai puncak gunung slamet di tahun sebelumnya. 

Mulanya saya ingin mendaki dengannya saja, namun keinginan ini dipatahkan oleh Galang "agak beresiko jika hanya dua orang" ujarnya. Karena menurut saya pendakian yang dilakukan dua orang rasanya lebih nyaman dan santai, tak perlu minta pertimbangan banyak orang ketika berunding. 

Kemudian kami mencari dua orang teman sebagai tambahan pendakian ini, dapatlah dua kawan bernama Tomi dan Bagas. Sehari sebelum keberangkatan kami berkumpul untuk membuat perencanaan waktu, biaya, peralatan, dan logistik. 

Memang sangat mendadak sekali untuk pendakian sekelas gunung Slamet. Setelah semuanya jelas keberangkatan pun sudah sepakat pada jam 8 malam. Perjalanan malam cenderung sepi dan yang paling utama yaitu tidak panas, ya walaupun jalanan di dominasi hutan yang jauh dari keramaian. Selain itu juga kami bisa beristirahat dulu di basecamp sebelum pagi datang. Karena rencana kami start pendakian pada jam 8 pagi.

Rencana berangkat pada jam 8 malam gagal karena hujan dan beberapa peralatan masih dipinjam teman yang waktu itu mendaki ke gunung sumbing. Padahal mereka bilang sampai di Batang sekitar jam 8, namun nyatanya jam setengah 2 pagi baru sampai di Batang. Alhasil keberangkatan kami tertunda hingga 5 jam, jauh dari rencana awal. 

Saat itu kami bimbang akan dilanjutkan atau tidak perjalanan ini, atau diundur hingga besok pagi saja. Setelah berunding kami memutuskan untuk berangkat saja. Tepat jam 2 pagi kami jalan dari Batang menuju basecamp Bambangan gunung slamet. Perjalanan memakan waktu kurang lebih dua jam menggunakan sepeda motor. 

Sebelum sampai di daerah hutan kami juga menyempatkan untuk belanja beberapa logistik di minimarket. Dalam perjalanan kami sesekali berhenti di tepi jalan untuk tidur, tak bisa dipungkiri jam yang seharusnya digunakan untuk istirahat malah digunakan untuk berkendara, alhasil rasa kantuk pun tak bisa lagi kami bendung.

Akhirnya pada jam 4 pagi kami sampai juga di basecamp Bambangan. Tipe basecamp ini menyebar tak hanya satu tempat, rumah warga pun bisa dijadikan tempat untuk istirahat dan parkir, namun untuk registrasi pendakian hanya satu tempat saja. Setelah menemukan tempat istirahat yang masih kosong langsung saja kami memarkirkan motor dan tidur dengan tas carier sebagai bantal.

Sinar matahari yang cerah membangunkan kami pada jam 6 pagi, rasa ngantuk dan dingin membuat hawa malas semakin kuat. Hingga akhirnya kami memaksakan untuk bangun dan sarapan terlebih dahulu. 

Ditengah santapan pagi dingin itu kami melihat satu rombongan berjumlah 8 orang juga sedang makan didepan meja kami, dan ternyata rombongan itu adalah kawan kami yang sama mendaki di hari itu. 

Setelah menghabiskan sarapan dan berbincang ringan kami bergegas untuk persiapan karena waktu sudah menunjukan pukul setengah 8. Semua barang sudah kami pindahkan ke basecamp utama, satu persatu dari kami bergantian untuk mandi untuk menyingkat waktu. 

Tim kami bagi menjadi dua, saya dan Galang pergi mengurus registrasi atau simaksi, bagas dan tomi bertugas untuk mengemas ulang barang dan mengecek semua supaya tidak ada yang tertinggal. Untuk simaksi atau registrasi satu orang dikenai biaya Rp. 35.000, syarat registrasi hanya surat kesehatan dan kartu identitas dari salah satu rombongan.

Hari itu pendakian terlihat sangat ramai, "ada 1000 orang yang naik mas kurang lebih hari ini, kebanyakan dari open trip" begitu kata pengurus basecamp Bambangan. Wajar saja jika ramai saat itu masih suasana libur lebaran, para pendaki sudah pasti memanfaatkan waktu ini. 

Semuanya sudah siap, tas sudah menempel di bahu kami, sepatu juga sudah kami pasangkan dengan rapih. Jam sudah menunjukan pukul setengah 9 pagi, terlambat setengah jam dari rencana waktu itu. 

Kami berjalan menuju pos ojek, disitu sudah ada driver ojek yang siap mengantar para pendaki menuju pos 1 dengan tarif  Rp 75.000, namun kami memilih untuk berjalan saja itung itung pemanasan.

Setengah perjalanan sudah hampir satu jam kami jalan pos 1 belum juga terlihat, malahan terlihat rombongan kawan kami yang sebelumnya jumpa di tempat makan mereka naik ojek dan memasang tampang seperti mengejek lalu pergi mendahului kami. 

Tengah hari ketika sampai di pos 1, terlihat warung yang menyajikan gorengan dan buah-buahan segar siap untuk disantap. Terdapat warung hingga pos 7 di gunung slamet via bambangan ini, jadi jangan khawatir kehabisan camilan ketika mendaki.

Niat berhenti hanya 15 menit kami semua tertidur di kursi panjang yang ada di warung, hampir satu jam kami tertidur dan terbangun karena suhu yang makin dingin. 

Akhirnya kami bergegas untuk kembali berjalan, perjalanan baru sampai pos 1 tapi rasa lelah sudah sangat berasa ke persendian. Perjalanan kami lanjutkan di jam 1 siang, dari basecamp menuju pos 1 kurang lebih 2 jam jika tanpa ojek. Baru saja berjalan 30 menit lagi lagi kami berhenti untuk beristirahat, persiapan fisik yang kurang matang membuat kami sangat mudah lelah, ditambah medan gunung slamet ini bukan main-main sangat minim trek yang landai.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Setelah berjalan sekitar tiga jam sampai lah kita di pos 2. Saat sampai di pos 2, hujan turun cukup deras hingga kami memutuskan untuk mampir sejenak di warung. 

Kali ini kami terjaga berusaha agar tidak tertidur seperti di pos 1 tadi. Dalam warung terlihat seorang porter berbadan tinggi dan besar, kami menghampirinya untuk menanyakan beberapa hal sembari menunggu hujan reda. Sang porter sudah bolak balik tiga kali dari basecamp ke pos 5 hari itu, cukup mengejutkan ketika mendengar ucapan itu. Kami yang usianya lebih muda saja jelas tidak mampu untuk melakukan hal yang sama.

Hujan reda dan kami kembali berjalan menuju pos 3. Baru saja beberapa langkah berjalan hujan kembali turun, membuat kami harus mengenakan jaz hujan dan berjalan dalam keadaan basah dan licin. 

Singkat cerita kami sampai di pos 3 pada jam set 6 sore, lalu segera mendirikan tenda dan mengganti pakaian kering untuk istirahat. Rencana kami awalnya akan mendirikan tenda di pos 7, supaya lebih dekat menuju puncak. Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana, karena kami memang pendaki yang sangat lambat berjalan, melihat tempat landai saja langsung kita duduk untuk menyeduh kopi.

Masak, makan, ngopi, sudah selesai. Saatnya kami lanjutkan malam dengan istirahat, kemudian melakukan summit/mendaki menuju puncak pada jam 2 pagi. Malam itu angin berhembus kencang suhu udara juga semakin dingin menembus kedalam tenda.

Alarm membangunkan kami tepat pukul 2 dini hari. Setelah semua persiapan selesai kami lanjut berjalan untuk melakukan summit. Baru saja berjalan 45 menit hampir sampai di pos 4, Bagas mendadak muntah dan terlihat sangat pucat. Kemudian kami memutuskan untuk kembali saja ke tenda karena terlalu beresiko jika dipaksakan mendaki ke puncak. Waktu menunjukan pukul set 4 saat kami tiba di tenda dan melanjutkan untuk tidur saja.

Suara pendaki yang melangkah di sekitar tenda membuat kami terbangun di jam 8 pagi. Kami memasak semua logistik supaya ringan beban yang ada di dalam carier. Setelah mengemasi semua barang-barang, kami pun bersiap turun menuju basecamp.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Tiba di basecamp tepat disaat adzan maghrib berkumandang, langsung saja kami bebersih untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Batang. Ketika kami sudah selesai beres-beres rombongan kawan kami datang, ternyata mereka berhasil sampai ke puncak slamet. Akhirnya kami memutuskan pulang beriringan menuju batang di jam 10 malam.

Untuk teman-teman yang akan mendaki jangan lupa persiapkan fisik kalian dengan matang, supaya pendakian kalian berjalan dengan lancar. Tetap safety dan jaga kesehatan, selamat berkelana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun