Mohon tunggu...
Isvan Aditya Nugraha
Isvan Aditya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya mempunyai ketertarikan dalam bidang musik, otomotif, games, teknologi, dan juga ekonomi (karena sedang menimba ilmu di universitas dengan jurusan ekonomi).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Optimalisasi Bonus Demografi Menuju Visi Indonesia Emas 2045

25 Oktober 2024   01:25 Diperbarui: 11 November 2024   20:53 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bonus demografi adalah fenomena ketika jumlah usia produktif (15-64 tahun) di suatu negara lebih besar daripada jumlah penduduk yang berusia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orangtua berusia 65 tahun ke atas). Bonus demografi ini menjadi sebuah peluang emas bagi Indonesia, tetapi jika generasi emas ini tidak dipersiapkan dengan baik, maka peluang tersebut bisa berubah menjadi masalah besar. Indonesia diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2020-2035, dimana hampir 70% populasi berada dalam kelompok usia produktif. Tantangan utama dalam menghadapi bonus demografi ini adalah di bidang pendidikan. Dimana, pemerintah dan instansi terkait harus mengupayakan agar jumlah besar sumber daya manusia usia produktif dapat diubah menjadi individu yang kompeten dan terampil melalui pendidikan.

Nah, ini selaras dengan Visi Indonesia Emas 2045 yang dirumuskan pada 2016 oleh Presiden Joko Widodo melalui Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Visi ini memuat gambaran tentang kondisi Indonesia pada peringatan 100 tahun kemerdekaan serta peta jalan untuk mencapai kondisi ideal pada tahun 2045. Menjelang usia satu abad ini, pembangunan indonesia akan difokuskan pada empat pilar utama yang menjadi  Visi Indonesia Emas 2045, yaitu :

  • Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Pembangunan ekonomi berkelanjutan
  • Pemerataan pembangunan
  • Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan

Proyeksi Produk Domestik Bruto per kapita Indonesia menuju 2045 bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan berpenghasilan tinggi (high income economy). Menurut RPJPN Bappenas, peningkatan PDB per kapita dari 4,728 USD pada tahun 2023 menjadi 5,799 USD pada tahun 2025 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Momen kritis pada tahun 2038, ketika PDB per kapita diperkirakan mencapai 15,684 USD, menjadi penanda penting. Angka ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pencapaian dalam pembangunan kualitas hidup, infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta daya saing nasional mulai membuahkan hasil.

Menurut BPS, dalam pertumbuhan penduduk Indonesia hasil proyeksi, 2015 -- 2045, di Skenario A, pertumbuhan penduduk menurun secara bertahap, dari 1.07% (2015-2020) menjadi 0.41% (2040-2045), sedangkan Skenario B menunjukkan penurunan yang lebih tajam, dari 1.08% menjadi 0.28% dalam periode yang sama. Proyeksi ini menegaskan perlunya percepatan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama melalui pendidikan dan keterampilan. Dalam Skenario B, dengan penurunan lebih cepat, tekanan untuk segera meningkatkan akses pendidikan, memperbaiki kurikulum, serta membekali tenaga kerja dengan keterampilan relevan sangat mendesak agar populasi usia produktif dapat menghadapi persaingan global dan memanfaatkan bonus demografi. Sementara dalam Skenario A, laju pertumbuhan yang lebih stabil memberikan waktu lebih untuk melakukan penyesuaian kebijakan, meski tetap membutuhkan upaya serius dalam pembangunan manusia.

Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah peningkatan kualitas pendidikan serta pemerataan akses pendidikan. Menurut Global Talent Competitiveness Index 2023, kualitas sumber daya manusia di Indonesia berada di peringkat ke-80, dimana masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (peringkat ke-2) dan Malaysia (peringkat ke-42). Hal ini menandakan perlu adanya peningkatan sumber daya manusia di Indonesia.

Pendidikan menjadi kunci utama dalam menghadapi bonus demografi. Hal ini berkaitan dengan pilar nomor satu dan dua, dimana pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan menjadi dasar dalam kedua pilar ini. Pendidikan yang dimulai sejak dini dengan fokus pada keterampilan abad ke-21 yang berfokus pada peningkatan kualitas guru, infrastruktur, perbaikan kurikulum yang dirasa tidak tepat untuk menunjang pendidikan di era ini, dan akses teknologi. Semua ini sangat penting untuk memastikan Indonesia mampu memanfaatkan populasi usia produktif yang kaya akan wawasan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terampil serta kompetitif di tingkat global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun