Mohon tunggu...
Susan Budhi Utomo
Susan Budhi Utomo Mohon Tunggu... -

Really love traveling, reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Theory of Everything, Melihat Sisi Lain Kehidupan Stephen Hawking

23 Januari 2015   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Film produksi tahun 2014 ini menjadi salah satu film yang mendapat beberapa nominasi pada penghargaan piala Oscar (ajang bergengsi yang memberikan penghargaan bagi insan perfilman Hollywood dan dunia) yang akan digelar bulan February mendatang yangdiantaranya untuk kategori aktor utama terbaik dan artis utama terbaik.

Cerita dimulai saat Hawking yang sekarang berusia 70 tahun menjadi mahasiswa di universitas Cambridge, Inggris, dia mulai meneliti tentang teori permulaan waktu yang kelak menjadi teori yang mengguncangkan ilmu pengetahuuan modern. Pada masa ini dia  jatuh cinta pada seorang gadis yang merupakan teman satu kampusnya tapi berbeda fakultas. Di tengah masa mudanya yang gilang gemilang, tiba-tiba dia diagnosa penyakit langka yang menyerang syaraf setelah pingsan saat berjalan di tengah kampus.

Tidak berlebihan bila ada yang bilang cinta dapat mengalahkan segalanya, gadis pujaan sang jenius tetap setia mendampinginya walau tahu masa depan yang sulit terhampar di depan karena mempunyai pasangan yang menderita penyakit parah. Mereka menikah dan mempunyai 3 orang anak , dua laki-laki dan satu perempuan. Seperti kehidupan rumah tangga pada umumnya ,pasangan muda ini juga mempunyai masalah mereka sendiri apalagi dengan penyakit yang diderita Hawking yang mengharuskan dia duduk di kursi roda sepanjang hidupnya .



Di tengah kesuksesaannya sebagai ilmuan sukses yang mendapat pengakuan dari kalangan cendikiawan, dia tiba-tiba mengalami koma yang membuat istrinya harus membuat keputusan sulit, kehilangan suami selamanya atau menyetujui operasi dengan resiko tidak dapat berbicara lagi. Walau akhirnya Hawking tidak dapat berbicara sama sekali tapi kondisi tersebut tidak menghalanginya terus berprestasi untuk mengungkap misteri alam semesta.

Lewat film ini, kita dapat melihat sisi lain kehidupan Stephen Hawking sebagai manusia biasa, yang harus berperan sebagai suami dan ayah bagi keluarganya dan bagian dari kekuarga besar dengan orang tua dan saudara-saudara perempuannya dan juga teman-temannya. Dia dianugrahi Tuhan banyak kasih sayang, walau dengan keadaan kesehatan yang mungkin sulit dibayangkan dapat mempunyai keturunan tapi dia berhasil memberikan tiga orang anak yang sehat untuk istri cantiknya walaupun akhirnya mereka berpisah.

Yang perlu dicatat dalam film ini adalah, akting dari aktor asal Inggris Eddie Redmayne yang sangat sempurna memerankan sosok Stephen Hawking karena bukanlah hal yang mudah menjiwai seorang tokoh fenomenal yang unik ini, tidak mengherankan bila kelak dia meraih piala Oscar untuk perannya tersebut.

Meminjam bahasa Mas Tukul Arwana... this movie is awesome....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun