Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Inspiratif: Ikhwanuddin Berangkat Haji Sendiri setelah Istri Tercinta Wafat 9 Hari sebelum menuju Tanah Suci

15 Mei 2024   14:04 Diperbarui: 15 Mei 2024   14:19 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Asrama Haji Batam, suasana haru menyelimuti Ikhwanuddin, seorang jemaah haji asal Lingga. Pria berkaca mata ini duduk di antara 47 jemaah haji Kabupaten Lingga lainnya yang akan diberangkatkan ke Arab Saudi pada musim haji 1445 H/2024 M.


Air mata haru tak henti mengalir di pipinya saat Ikhwanuddin menceritakan kisah pilu yang dialaminya. Harapannya untuk menunaikan ibadah haji bersama istri tercinta tak kesampaian. Sang istri, Ria Asmara, wafat pada 1 Mei 2024, tepat sembilan hari sebelum jemaah haji Lingga diberangkatkan menuju Tanah Suci.

"Ini sudah takdir saya. Sebelumnya, kami sudah sama-sama memasang niat untuk berangkat naik haji berdua. Namun, hari ini hanya saya sendiri yang berangkat," ucap Ikhwanuddin lirih saat berbincang dengan humas Kemenag Lingga saat penyambutan jamaah di Asrama Haji Batam, Selasa (14/5/2024).

Mimpi yang Tak Tercapai

Ikhwanuddin dan Ria Asmara mendaftarkan diri untuk berangkat haji pada tahun 2013. Sejak saat itu, mereka berdua bermimpi untuk melihat Ka'bah bersama, salat di Masjidil Haram, dan menunaikan semua rukun haji berdua.

"Saat mendaftar haji, saya dan istri memimpikan untuk melihat Ka'bah bersama. Salat di Masjidil Haram dan menunaikan semua rukun haji berdua," kenang Ikhwanuddin dengan suara bergetar.

Namun, takdir berkata lain. Ria Asmara dipanggil pulang oleh Allah SWT tepat sembilan hari sebelum mereka berangkat ke Batam untuk masuk Asrama Haji. Ikhwanuddin pun harus menelan pil pahit dan berangkat haji sendirian.

Ketegaran di Balik Kesedihan

Di tengah kesedihannya, Ikhwanuddin menunjukkan ketegaran luar biasa. Dia bertekad untuk tetap menunaikan ibadah haji meskipun tanpa ditemani sang istri tercinta.

"Saya sadar semua ini sudah garisan dari Yang Kuasa. Saya akan menjalani ini. Saya berharap, kami akan dijumpakan di Raudah dan Jabal Rahmah," ucap Ikhwanuddin dengan penuh harap.

Ikhwanuddin mengaku, sepeninggal istrinya, dia kerap sedih melihat semua peralatan dan koper yang akan mereka bawa berdua.

"Segala persiapan sudah kami lakukan. Semua peralatan termasuk koper beliau dan saya sudah disiapkan. Setiap kali melihat barang-barang itu, saya sedih. Tapi, saya percaya, kami akan berjumpa di Raudah dan Jabal Rahmah," harap pensiunan Guru SMA N 1 Singkep ini.

Doa dan Harapan

Ikhwanuddin dan Ria Asmara tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 2 Embarkasi Batam yang diberangkatkan ke Tanah Suci pada, 13 Mei 2024. Kini, pria 64 tahun itu telah berada di Tanah Suci.

Mari kita doakan agar Ikhwanuddin diberikan kesehatan, kelancaran, dan kemudahan dalam menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji. Semoga beliau memperoleh haji mabrur dan dijumpakan kembali dengan sang istri di Raudah dan Jabal Rahmah.

Kisah Ikhwanuddin ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, mari kita selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan menjalani setiap momen hidup dengan penuh makna.

Penantian Panjang yang Berakhir Duka

Ikhwanuddin dan Ria Asmara telah menunggu selama lebih dari satu dekade untuk kesempatan menunaikan ibadah haji. Mereka mendaftarkan diri pada tahun 2013, saat itu usia mereka masih relatif muda dan penuh semangat untuk beribadah ke Tanah Suci. Mereka menjalani berbagai persiapan fisik dan mental dengan tekun. Setiap hari, mereka berdoa agar Allah memudahkan langkah mereka menuju Baitullah.

Namun, hidup tak selalu berjalan sesuai rencana. Pada awal tahun 2024, kondisi kesehatan Ria Asmara mulai menurun. Dia sering merasa lelah dan kurang enak badan. Keluarga sempat membawanya ke beberapa rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan terbaik. Namun, Allah berkehendak lain. Ria Asmara dipanggil pulang pada 1 Mei 2024, hanya sembilan hari sebelum keberangkatan mereka ke Asrama Haji Batam.

Perasaan Ikhwanuddin Saat Ditinggalkan

Kepergian sang istri meninggalkan luka yang mendalam di hati Ikhwanuddin. Dia merasa kehilangan separuh jiwanya. Ikhwanuddin teringat semua kenangan manis mereka, dari awal mendaftar haji hingga persiapan terakhir yang mereka lakukan bersama. Melihat koper dan perlengkapan haji yang sudah disiapkan, Ikhwanuddin sering menangis. Namun, dia tetap berusaha tegar dan menerima takdir Allah.

“Setiap kali melihat barang-barang haji kami, hati saya hancur. Tapi saya sadar, ini semua adalah kehendak Allah. Saya harus kuat dan melanjutkan perjalanan ini, meskipun tanpa Ria,” kata Ikhwanuddin dengan air mata yang berlinang.

Dukungan dari Keluarga dan Teman

Dukungan dari keluarga dan teman-teman sangat membantu Ikhwanuddin dalam menghadapi cobaan ini. Mereka memberikan semangat dan doa agar Ikhwanuddin bisa menunaikan ibadah haji dengan lancar dan mendapatkan haji mabrur. Keluarga besar Ikhwanuddin dan Ria Asmara terus memberikan dukungan moral dan spiritual, memastikan bahwa Ikhwanuddin tidak merasa sendirian dalam perjalanan spiritualnya.

“Bapak Ikhwanuddin adalah sosok yang kuat dan penuh iman. Kami semua mendoakan agar beliau diberikan kekuatan dan kesehatan selama menunaikan ibadah haji. Kami juga berharap beliau bisa bertemu kembali dengan almarhumah Ibu Ria di tempat-tempat suci yang penuh berkah,” ujar salah satu anggota keluarga.

Perjalanan ke Tanah Suci

Pada 13 Mei 2024, Ikhwanuddin berangkat menuju Tanah Suci bersama kloter 2 Embarkasi Batam. Meski berangkat sendiri, Ikhwanuddin tidak merasa sepenuhnya sendirian. Dia membawa serta kenangan dan semangat dari sang istri tercinta dalam setiap langkahnya. Setibanya di Tanah Suci, Ikhwanuddin merasakan kehadiran Ria dalam setiap ibadah yang dia lakukan.

“Saya merasa Ria selalu ada di sisi saya. Dalam setiap salat, setiap tawaf, saya merasakan kehadirannya. Saya yakin dia juga sedang mendoakan saya dari tempatnya yang baru,” kata Ikhwanuddin dengan penuh keyakinan.

Menghadapi Rukun Haji dengan Tekad Kuat

Ikhwanuddin menjalani setiap rukun haji dengan tekad dan kesabaran yang kuat. Dia mengingat setiap pelajaran yang diajarkan oleh Ria dan mempraktikkannya dengan penuh khusyuk. Dari mulai ihram, tawaf, sai, hingga wukuf di Arafah, Ikhwanuddin melakukannya dengan penuh dedikasi.

“Meskipun fisik saya tidak sekuat dulu, saya merasakan semangat yang luar biasa dari dalam diri saya. Setiap langkah saya adalah doa, setiap ibadah saya adalah dedikasi untuk Allah dan untuk Ria,” ujar Ikhwanuddin.

Harapan Bertemu di Raudah dan Jabal Rahmah

Salah satu harapan terbesar Ikhwanuddin adalah bertemu kembali dengan istrinya di Raudah dan Jabal Rahmah. Dia percaya bahwa Allah akan mempertemukan mereka kembali di tempat-tempat suci tersebut.

“Raudah adalah taman surga, dan Jabal Rahmah adalah tempat penuh berkah. Saya berharap kami bisa dipertemukan kembali di sana, meskipun hanya dalam mimpi atau perasaan. Saya yakin, Allah Maha Mendengar doa hamba-Nya,” kata Ikhwanuddin dengan penuh harap.

Pesan Ikhwanuddin untuk Semua Jemaah Haji

Melalui kisahnya, Ikhwanuddin ingin memberikan pesan kepada semua jemaah haji dan umat Muslim lainnya. Dia mengingatkan bahwa hidup penuh dengan ujian dan cobaan, namun dengan iman dan keteguhan hati, kita bisa melewatinya.

“Hidup ini adalah ujian. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang terpenting adalah selalu bersyukur, berdoa, dan menjalani setiap momen dengan penuh makna. Jangan pernah putus asa, karena Allah selalu bersama kita,” pesan Ikhwanuddin.

Kisah Ikhwanuddin ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dia menunjukkan bahwa dengan iman dan ketegaran, kita bisa menghadapi cobaan seberat apapun. Semoga Allah memberikan kelancaran dan kesehatan bagi Ikhwanuddin dalam menunaikan ibadah haji, serta mempertemukan kembali dengan sang istri tercinta di tempat-tempat terindah di Baitullah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun