Sarah, seorang guru muda yang penuh semangat, telah dengan tekun menyusun aksi nyata untuk platform Merdeka Mengajar.Â
Namun, ketika dia mengunggahnya, satu demi satu, aksinya selalu ditolak. Dalam kebingungannya, dia merenung, mencari tahu apa yang salah.
Dia mengulang langkah-langkahnya dengan cermat. Materi pembelajaran yang dia ajukan telah dia persiapkan dengan baik, sesuai dengan kebutuhan siswa dan standar platform. Namun, mengapa hasilnya selalu mengecewakan?
Setelah refleksi yang mendalam, Sarah menyadari bahwa kegagalan ini mungkin terletak pada pengumpulan umpan balik.
Dia sebelumnya menganggap umpan balik dari sesama guru sudah memadai, namun ternyata dia belum melibatkan pihak yang paling berpengaruh: muridnya sendiri.
Dengan tekad baru, Sarah mulai menggali lebih dalam. Dia meningkatkan komunikasinya dengan murid-muridnya, meminta mereka memberikan umpan balik yang jujur dan mendalam tentang pengalaman pembelajaran mereka. Dia juga aktif melibatkan orang tua murid, mengajak mereka berpartisipasi dalam evaluasi proses pembelajaran.
Berkali-kali, Sarah memperbaiki aksinya berdasarkan umpan balik yang dia terima. Dia menyesuaikan metode pengajaran, mengintegrasikan saran-saran dari murid dan orang tua, serta memperbaiki materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang diungkapkan.
Setelah serangkaian perbaikan yang teliti dan upaya yang tak kenal lelah, akhirnya aksinya diterima di platform Merdeka Mengajar. Rasa lega dan kepuasan memenuhi hatinya saat dia melihat materi pembelajarannya memberikan dampak yang positif bagi siswa-siswa yang belajar darinya.
Banyak guru lainnya seperti Sarah mengalami kesulitan membedakan jenis umpan balik yang diperlukan untuk memvalidasi Aksi Nyata di platform Merdeka Mengajar.Â
Hal ini menyebabkan Aksi Nyata mereka tidak tervalidasi dan akhirnya tidak memperoleh sertifikat.
Perlu diketahui bahwa Platform Merdeka Mengajar mengenal dua jenis umpan balik:
1. Umpan Balik dari Rekan Sejawat:
 Umpan balik ini "tidak" menjadi syarat untuk memvalidasi Aksi Nyata.
2. Umpan Balik dari Pihak Terkait Aksi Nyata:
 Umpan balik ini "harus" diperoleh untuk validasi Aksi Nyata. Contoh umpan balik ini adalah dari siswa.
Oleh karena itu, berikut hal yang harus benar-benar dipahami oleh guru saat mengerjakan aksi nyata di PMM:
1. Guru harus memahami perbedaan antara kedua jenis umpan balik tersebut.
2. Guru harus memastikan mendapatkan umpan balik dari "pihak terkait Aksi Nyata", seperti murid, orang tua, atau rekan kerja.
3. Umpan balik dapat dikumpulkan dalam berbagai format, seperti formulir, rekaman jawaban, atau tangkapan layar.
4. Penting untuk memastikan bahwa umpan balik yang diberikan "jelas, mudah dibaca, dan relevan" dengan Aksi Nyata yang dilakukan.
Agar mendapatkan banyak referensi tentang aksi nyata yang sudah lolos validasi, guru juga harus melakukan hal berikut:
1. Pelajari artikel "Contoh Umpan Balik dari Pihak Terkait Aksi Nyata sebagai Syarat Lulus Validasi" di platform Merdeka Mengajar.
2. Manfaatkan Perpustakaan Belajar PMM untuk menemukan berbagai metode pengumpulan umpan balik.
3. Pastikan untuk menyertakan umpan balik yang "sesuai" saat mengunggah Aksi Nyata.
Syarat lain yang tidak boleh diabaikan saat mengunggah dokumen aksi nyata:Â
1. Gunakan format PDF untuk menggabungkan semua dokumen terkait Aksi Nyata, termasuk umpan balik.
2. Beri nama file yang "deskriptif dan singkat" untuk memudahkan proses validasi.
3. Tetap "sabar" selama proses validasi, karena memerlukan beberapa hari.
Pemahaman akan jenis umpan balik yang diperlukan adalah kunci keberhasilan dalam proses validasi Aksi Nyata. Dengan mengikuti panduan dan tips di atas, guru dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan sertifikat pelatihan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI