Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Menggunakan Model 5R

9 Desember 2023   20:16 Diperbarui: 9 Desember 2023   20:54 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Coachinghttps | pexels.com


Dalam pembelajaran modul 2.3 Coaching dan Supervisi Akademik, saya, Isur Suryati, S.S., dari SMP Negeri 1 Sumedang, membuat tugas jurnal refleksi dwi mingguan dengan Model Refleksi 5R yang telah diadaptasi menjadi Model 6 (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing). Model ini terdiri dari langkah-langkah kunci yang memandu saya dalam mengembangkan keterampilan coaching dan supervisi akademik.

Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R)


Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri
dari langkah-langkah berikut:


1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi


2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa
yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil
saat peristiwa berlangsung.


3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan,
keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.


4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi,
lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa,
untuk mendukung analisis tersebut.


5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian
serupa di masa mendatang

1. Mendeskripsikan (Reporting):


Pada langkah pertama, saya mempraktikkan Mendeskripsikan (Reporting) dalam LMS Modul 2.3 Coaching dan Supervisi Akademik. Pada tanggal 16 November 2023, saya secara aktif mencatat dan menyerap materi dari video pembelajaran. Keesokan harinya, 17 November 2023, saya mulai tugas dengan langkah Mulai dari Diri. 

Saya menuliskan refleksi diri tentang pengalaman supervisi akademik, kemudian menuliskannya di Blog LMS. Dengan merinci kegiatan ini, saya menggambarkan peristiwa pembelajaran dengan teliti, memberikan landasan kuat untuk proses refleksi selanjutnya. 

Selanjutnya, saya memasuki tahap eksplorasi konsep pada Modul 2.3 Coaching dan Supervisi Akademik. Materi yang diperoleh melibatkan konsep, paradigma, prinsip, serta alur coaching dan supervisi akademik dengan pendekatan paradigma coaching. Pada tanggal 24 November 2023, bersama fasilitator dan rekan CGP, saya terlibat dalam Ruang Kolaborasi. 

Kami melakukan latihan praktik coaching berpasangan, merekam hasilnya, dan mengunggahnya ke tugas ruang kolaborasi. Sesi ini melibatkan ibu Hepidiyah dari SMP Negeri 9 Sumedang sebagai pasangan praktik coaching.

Selanjutnya, saya mengerjakan tugas Demonstrasi Kontekstual, berpraktik coaching dengan tiga rekan CGP secara bergantian sebagai coach, coachee, dan pengamat. Hasil praktik diunggah ke LMS, di mana saya berkolaborasi dengan Pak Eka Hermana dan Bu Delita Sani Nasution.

Pada 1 Desember 2023, saya mengelaborasi pemahaman konsep coaching bersama instruktur Henri Rianto. Pada 7 Desember 2023, saya menyelesaikan tugas Koneksi antar Materi, menjalin hubungan antara materi coaching dengan pembelajaran sosial emosional.

Aksi Nyata dilakukan dengan mengimplementasikan coaching untuk supervisi akademik di sekolah, melibatkan rekan sejawat sebagai coachee. Kegiatan terakhir minggu ini adalah Post-Test.

Minggu ini, kami mengikuti Loka Karya 3 bersama Pengajar Praktik dan rekan CGP secara daring di SMK PP Tanjungsari Kabupaten Sumedang, memperkaya pengalaman pembelajaran kami dalam modul ini.

2. Merespon (Responding):


Sebagai calon guru penggerak yang akan direkomendasikan menjadi calon kepala sekolah atau pengawas, saya melihat bahwa CGP telah dipersiapkan untuk menguasai keterampilan coaching dan supervisi akademik. Keahlian ini akan menjadi pondasi penting dalam kolaborasi dengan murid dan rekan sejawat. 

Implementasinya, di masa depan, saya harus mampu menerapkan konsep dasar coaching untuk proses supervisi akademik dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh murid, memastikan perkembangan optimal di lingkungan pembelajaran.


3. Mengaitkan (Relating):


Dalam mempelajari modul 2.3, dengan mengikuti alur Merdeka ini, telah membuka wawasan saya tentang materi Coaching. Saya diajak fokus untuk mengembangkan keterampilan memahami coachee, melibatkan langkah-langkah seperti menjalin kemitraan, mengajukan pertanyaan eksploratif, dan memberikan kehadiran penuh saat mendengarkan coachee. 

Proses coaching mendorong saya untuk aktif mendengarkan, memberi pemahaman tentang penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi coachee. Terhubung erat dengan modul sebelumnya, topik dalam modul 2.3 berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, menyempurnakan pemahaman saya dalam konteks pengembangan akademik dan emosional siswa.

4. Menganalisis (Reasoning):


Sebagai seorang coach, saya diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam membimbing coachee dalam mengeksplorasi ide-ide tindakan yang menggali potensi dirinya sangat penting. Dorongan dan motivasi yang diberikan oleh coach bertujuan agar coachee dapat merumuskan rencana solusi dengan komitmen dan tanggung jawab.

Seorang coach juga harus memiliki keterampilan untuk mendorong coachee dalam memilih orang yang tepat untuk membantu dalam menyelesaikan masalahnya. Coach memberikan dorongan agar coachee bertanggung jawab atas tindakan nyata yang akan diambil, sesuai dengan pencapaian yang sudah dijadwalkan.

Terutama, coach harus meyakinkan coachee bahwa setiap masalah memiliki solusi. Dengan mendengarkan secara aktif, coach menciptakan hubungan saling menghargai dan menghormati, menciptakan keakraban dan keyakinan dalam situasi tersebut.

Seorang coach harus mampu merumuskan pertanyaan berbobot yang tepat, membimbing coachee untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhannya.

5. Merancang Ulang (Reconstructing):


Sebagai seorang coach, fokus utama saya adalah mendampingi murid dan rekan sejawat agar dapat mengeksplorasi diri mereka, membantu mereka menemukan kebutuhan belajar, serta merancang strategi untuk memecahkan masalah yang muncul. Dengan menerapkan model TIRTA dalam proses coaching, saya yakin coachee akan mengalami peningkatan kepercayaan diri. 

Mereka akan lebih yakin dengan potensi yang dimiliki sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pendekatan ini menciptakan lingkungan coaching yang mendukung, memotivasi, dan menghasilkan hasil yang positif.

Model TIRTA, yang merupakan akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung Jawab, akan saya terapkan secara komprehensif dalam coaching. Saya akan memastikan pemahaman yang mendalam terhadap tujuan coaching coachee, yang akan membimbing langkah-langkah selanjutnya. 

Saya juga akan membantu coachee mengidentifikasi masalah atau permasalahan yang perlu diatasi, merinci rencana tindakan yang konkrit dan realistis, serta mempersiapkan mereka untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam mengelola dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan pendekatan ini, saya meyakini bahwa proses coaching akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pengembangan diri coachee.

Model 6 ini memberikan landasan yang kokoh untuk menyusun jurnal refleksi dwi mingguan. Dengan mengadaptasi Model 5R, saya merasakan pengalaman refleksi yang lebih mendalam dan terstruktur. Dalam setiap langkah, saya merasakan pertumbuhan tidak hanya sebagai guru, tetapi juga sebagai seorang pembimbing yang peduli terhadap pengembangan akademik siswa.

Melalui refleksi ini, saya semakin yakin bahwa penerapan Model 6 dapat meningkatkan kualitas supervisi akademik dan coaching saya. Saya berkomitmen untuk terus mengasah keterampilan ini agar mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dalam pengembangan potensi siswa di SMP Negeri 1 Sumedang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun