Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2 Kompetensi Sosial Emosional Model 4C

17 November 2023   19:39 Diperbarui: 17 November 2023   19:55 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2 | pexels.com

Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) menjadi fokus refleksi mingguan saya, menyuguhkan topik yang tidak hanya menarik, tetapi juga sangat penting dalam konteks pendidikan. Model 4C (Connection, Challenge, Concept, Change), yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church, dan Morrison pada tahun 2011, membawa panduan yang bermanfaat dalam merefleksikan materi pembelajaran. Berikut adalah catatan tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 9, dalam Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2. Ijin berbagi, ya.


Keterkaitan (Connection)


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) memiliki hubungan yang erat dengan modul refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, serta modul budaya positif. PSE mencakup aspek pengenalan dan manajemen emosi, komunikasi efektif, pembangunan hubungan sosial, dan peningkatan empati, sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara seperti keadilan, persamaan, dan kemerdekaan dalam belajar. Penerapan PSE membantu siswa memahami dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang Calon Guru Penggerak, pemahaman mendalam tentang PSE memungkinkan peran yang lebih efektif dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik siswa, sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang dijunjung tinggi. PSE membantu siswa meningkatkan kesadaran diri, membangun hubungan positif, dan mengembangkan keterampilan sosial konstruktif.

PSE juga sejalan dengan modul budaya positif, mencakup penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah yang mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional. Keduanya saling mendukung dalam membangun budaya positif di lingkungan sekolah, fokus dari modul budaya positif. Dengan memahami keterkaitan ini, integrasi konsep PSE dengan nilai-nilai pendidikan, peran guru penggerak, dan modul budaya positif dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang responsif budaya dan berfokus pada pembangunan hubungan dan komunitas.


Tantangan (Challenge)


Mempelajari dan menerapkan Kompetensi Sosial Emosional (PSE) melibatkan sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan. Pengelolaan emosi menjadi salah satu tantangan utama, memerlukan kesadaran diri terhadap emosi, kemampuan mengelola emosi secara efektif, dan pemahaman terhadap dampak emosi pada perilaku dalam konteks pembelajaran.

Tantangan lainnya adalah mengintegrasikan PSE ke dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang cara menyelaraskan aspek sosial emosional ke dalam materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran.

Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional juga merupakan tantangan. Proses ini melibatkan pembentukan lingkungan belajar yang responsif secara budaya dan berfokus pada usaha membangun hubungan dan komunitas.

Penguatan Keterampilan Sosial Emosional (KSE) bagi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan tantangan lainnya. Guru perlu mengembangkan keterampilan sosial emosional mereka agar dapat menjadi teladan bagi siswa, membimbing mereka dalam mengembangkan kompetensi sosial dan emosional.

Dengan memahami tantangan ini, guru dapat mempersiapkan diri untuk mengatasi hambatan dalam mempelajari dan menerapkan PSE. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik siswa, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga emosional, sosial, dan karakter.

Konsep (Concept)


Konsep-konsep utama dalam Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang saya pelajari memiliki dampak jangka panjang dalam perjalanan saya sebagai Calon Guru Penggerak. Pemahaman akan pentingnya PSE dalam menciptakan lingkungan belajar yang memupuk kompetensi sosial dan emosional pada murid, seperti kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, menjadi landasan yang harus terus saya perjuangkan sebagai seorang pendidik.

PSE, berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning), bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah. Konsep PSE ini dikembangkan oleh Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak, dan berbasis penelitian untuk memperkuat kompetensi sosial dan emosional siswa.

PSE mencakup pengenalan dan manajemen emosi, komunikasi efektif, pembangunan hubungan sosial yang sehat, dan peningkatan empati terhadap orang lain. Implementasi PSE memerlukan kerja sama dari seluruh komunitas sekolah agar tujuan pembelajaran ini tercapai. Guru perlu menjelajahi PSE melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar, penciptaan iklim kelas berbasis nilai-nilai kebajikan, dan penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan.

Dengan memahami konsep-konsep tersebut, saya dapat terus meningkatkan kualitas pendekatan pembelajaran yang saya terapkan dengan lebih memperhatikan aspek sosial dan emosional siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik murid, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga emosional, sosial, dan karakter.


Perubahan (Change)


Setelah menggali modul Pembelajaran Sosial Emosional, saya berkomitmen untuk melakukan perubahan signifikan dalam diri dan praktik pembelajaran saya. Fokus utama saya adalah lebih memperhatikan aspek sosial dan emosional murid dalam setiap interaksi dan kegiatan pembelajaran. Saya bertekad menerapkan konsep PSE agar murid dapat mengelola emosi dengan baik dan membangun hubungan positif dengan orang lain.

Perubahan lain yang akan saya lakukan mencakup peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik murid, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga emosional, sosial, dan karakter. Saya akan lebih cermat dalam mengidentifikasi perasaan dan emosi murid dalam pembelajaran, membantu mereka mengelola emosi dengan baik.

Selain itu, saya akan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan dan karakteristik individu murid. Dengan langkah-langkah ini, saya yakin dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung perkembangan holistik murid. Ini akan membantu murid mengembangkan kompetensi sosial dan emosional seperti kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan komitmen ini, saya optimis dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan dan perkembangan murid di bidang sosial dan emosional.


Dengan demikian, Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional dengan model 4C memberikan wawasan yang berharga dan arah yang jelas dalam mempersiapkan diri sebagai seorang pendidik yang peduli terhadap perkembangan holistik murid. Refleksi ini menjadi dasar yang kokoh dalam memperkuat komitmen saya sebagai Calon Guru Penggerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun