Ruang kolaborasi dalam Modul 2.1 Pembelajaran menjadi wadah penting bagi pemenuhan kebutuhan belajar yang beragam di antara murid-murid. Dalam tulisan ini, kami akan mengulas peran sentral ruang kolaborasi dalam memahami dan menghadapi keperluan belajar individu murid.Â
Ruang ini memungkinkan pendekatan berorientasi murid, memfokuskan pada pengembangan pemahaman yang dalam dan penerapan konsep dalam konteks dunia nyata. Dengan eksplorasi strategi, perangkat, dan praktik terbaik dalam ruang kolaborasi Modul 2.1, artikel ini akan menggambarkan signifikansi ruang ini dalam membentuk pengalaman pembelajaran yang efektif serta memadukan kebutuhan unik setiap murid.
Dalam empat kasus yang akan kita analisis, perhatian utama tertuju pada upaya seorang guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya. Pertanyaan-pertanyaan penting yang akan kita telusuri adalah apakah kebutuhan belajar murid berhasil terpenuhi dan bagaimana guru-guru ini menentukan kebutuhan belajar murid mereka. Kami juga akan membahas strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang diterapkan oleh guru dalam masing-masing kasus untuk mengakomodasi perbedaan antara murid. Terakhir, kita akan melihat bagaimana guru-guru ini melakukan penilaian terkait dengan kasus-kasus yang telah diberikan. Dengan memahami pendekatan-pendekatan ini, kita dapat menggali lebih dalam tentang bagaimana guru-guru berperan dalam membentuk proses pembelajaran yang efektif dan memenuhi kebutuhan unik setiap murid.
Pertanyaan Pemandu
1. apakah kebutuhan belajar murid yang berusaha dipenuhi oleh guru. 2. Bagaimana cara guru menentukan kebutuhan belajar muridnya? 3. Strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang digunakan oleh guru. 4. Bagaimana cara guru melakukan penilaian terkait kasus berikut:
Situasi 1 - TK
Bu Ceria, seorang guru TK A yang gigih, masih memprioritaskan perkembangan holistik murid-muridnya selama pandemi. Di antara berbagai aspek perkembangan, aspek perkembangan kognitif menjadi fokusnya. Hari ini, ia bertekad untuk memperdalam pemahaman murid tentang konsep korespondensi 1-1, meskipun sudah memperkenalkannya sehari sebelumnya. Ketika dia melihat bahwa sebagian murid tampak belum memahami sepenuhnya, Bu Ceria mengambil tindakan sebagai berikut:
Dia menyelenggarakan pertemuan daring melalui Zoom selama 30 menit pada pagi hari untuk memberikan ulasan singkat tentang konsep korespondensi 1-1, karena sebagian besar murid sudah memahaminya.
Setelah pertemuan daring, Bu Ceria memberikan tugas asinkron kepada murid untuk mencari dan menggambar benda sesuai instruksi tertulis atau audio, yang dia kirimkan melalui pesan Whatsapp kepada orang tua murid.
Bu Ceria meminta murid (dengan bantuan orang tua) untuk memfoto pekerjaan mereka dan mengirimkannya melalui Whatsapp untuk dinilai.
Tugas dikerjakan secara asinkron, memberikan murid fleksibilitas dalam menentukan waktu pengerjaan, tetapi dengan batas waktu yang ditetapkan.
Untuk membantu 4 murid yang masih kesulitan, Bu Ceria mengatur pertemuan daring dengan orang tua mereka dan memberikan penjelasan ulang. Dia merekam penjelasan dalam video singkat untuk referensi murid jika masih diperlukan.
Bu Ceria berusaha keras memastikan bahwa semua muridnya memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep korespondensi 1-1, meskipun dalam situasi pembelajaran jarak jauh.
Jawaban Kasus 1
Kebutuhan Pembelajaran Murid yang Dipenuhi oleh Bu Ceria:
Bu Ceria sangat peduli terhadap perkembangan kognitif murid-murid TK-nya. Salah satu konsep yang ingin dia bantu pemahamannya adalah korespondensi 1-1. Ini karena dalam evaluasi sebelumnya, Bu Ceria melihat sejumlah murid masih kesulitan memahami konsep ini. Maka dari itu, dia ingin memastikan bahwa semua murid memiliki pemahaman yang kuat tentang korespondensi 1-1.
Penentuan Kebutuhan Belajar Murid:
Bu Ceria menentukan kebutuhan belajar muridnya dengan cermat. Dia memperhatikan tingkat pemahaman murid-muridnya selama pertemuan daring sebelumnya. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa beberapa murid masih membutuhkan bantuan ekstra untuk memahami konsep korespondensi 1-1. Dengan pemahaman ini, Bu Ceria merasa perlu memberikan pengulangan materi dan tugas yang relevan kepada murid-muridnya.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Diterapkan oleh Bu Ceria:
Bu Ceria mengambil pendekatan berdiferensiasi yang bijaksana, memahami bahwa murid-murid memiliki tingkat pemahaman yang berbeda.
Bagi murid yang sudah memahami konsep korespondensi 1-1, ia memberikan pengulangan singkat melalui pertemuan daring agar tidak membosankan mereka.
Untuk mendukung pemahaman yang lebih mendalam, Bu Ceria memberikan tugas asinkron kepada murid-murid. Mereka diminta untuk mencari berbagai objek sesuai dengan instruksi tertulis dan audio yang diberikan. Hal ini memungkinkan murid untuk menerapkan konsep korespondensi 1-1 dalam kehidupan sehari-hari.
Ia memberikan instruksi dalam dua mode, yaitu tertulis dan audio, sehingga murid-murid dapat memilih sesuai dengan preferensi mereka, memastikan pemahaman yang lebih baik.
Bu Ceria memberikan fleksibilitas pada murid untuk bekerja sesuai dengan waktu yang sesuai dengan mereka, memahami bahwa situasi setiap keluarga berbeda.
Untuk 4 murid yang masih membutuhkan bantuan ekstra, Bu Ceria mengatur pertemuan daring dengan orang tua mereka untuk memberikan penjelasan tambahan. Ia juga merekam penjelasannya dalam video singkat agar dapat diakses ulang oleh murid jika perlu.
Metode Penilaian yang Diterapkan oleh Bu Ceria:
Penilaian dilakukan dengan cara yang efektif dan inklusif.
Bu Ceria meminta murid, dengan bantuan orang tua, untuk mengambil foto hasil pekerjaan mereka yang mencakup objek-objek yang sesuai dengan instruksi.
Dengan melihat hasil karya tersebut, Bu Ceria dapat mengevaluasi pemahaman konsep korespondensi 1-1 oleh murid-muridnya.
Evaluasi ini memberikan wawasan kepada Bu Ceria sejauh mana murid berhasil menerapkan konsep dalam tugas yang mereka kerjakan.
Bu Ceria memastikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan cara yang memperhatikan kebutuhan individu setiap muridnya, memungkinkan mereka untuk berkembang dalam pemahaman tentang konsep korespondensi 1-1.
Situasi 2 - SD
Pak Dermawan, seorang guru Sekolah Dasar, telah merencanakan dengan cermat pembelajaran tentang sistem organ pencernaan yang akan dia ajarkan minggu depan. Dalam persiapan pembelajaran tersebut, dia memastikan murid-muridnya dapat belajar sesuai dengan kebutuhan mereka melalui berbagai sumber daya, seperti:
Sebuah poster diagram tentang organ pencernaan yang ia pinjam dari perpustakaan.
Berbagai bacaan dari buku dengan tingkat kesulitan berbeda, artikel dari majalah anak, dan komik sains milik seorang murid.
Sebuah video singkat tentang cara kerja sistem organ pencernaan yang disimpan di handphone untuk digunakan jika diperlukan.
Kartu-kartu pertanyaan untuk membantu murid memahami konsep.
Daftar kegiatan lengkap dengan instruksi yang melibatkan membaca, mengamati poster, wawancara petugas UKS, dan menjawab pertanyaan.
Pak Dermawan memulai pembelajaran dengan memberikan penjelasan tujuan dan konsep kunci kepada murid-murid. Dia kemudian mengelompokkan murid berdasarkan kemampuan membaca mereka, menyesuaikan teks dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok.
Selama proses pembelajaran, Pak Dermawan mengamati, memantau, dan memberikan bantuan jika diperlukan. Dia memberi penjelasan tambahan kepada murid yang kesulitan dan membuat catatan penilaian selama proses.
Akhirnya, Pak Dermawan melakukan penilaian dengan penugasan berjenjang sesuai dengan kemampuan murid. Murid dengan kemampuan berbeda diberikan tugas yang sesuai, mulai dari menjelaskan alur pencernaan hingga membuat cerita kreatif. Dengan pendekatan ini, Pak Dermawan berupaya memastikan setiap murid memahami materi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Jawaban Kasus 2
Pak Dermawan adalah seorang guru Sekolah Dasar yang sangat memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya. Ia berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajar mereka dengan berbagai strategi yang cermat dan beragam.
Kebutuhan Belajar Murid yang Dipenuhi oleh Pak Dermawan:
Pak Dermawan berusaha memenuhi berbagai kebutuhan belajar muridnya, termasuk tingkat kemampuan membaca mereka. Ia memahami bahwa setiap murid memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ia menyusun kelompok berdasarkan kemampuan membaca murid, sehingga ia dapat memberikan materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Ini membantu memenuhi kebutuhan belajar individu murid.
Cara Pak Dermawan Menentukan Kebutuhan Belajar Murid:
Pak Dermawan menentukan kebutuhan belajar muridnya dengan beberapa cara:
Ia menyusun kelompok berdasarkan kemampuan membaca murid. Dengan demikian, ia memastikan bahwa materi yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Ia melakukan proses observasi dan pemantauan selama murid melakukan kegiatan. Ia aktif berinteraksi dengan murid-murid, mengajukan pertanyaan, memberikan bantuan, dan memberikan tantangan lebih kepada mereka yang memerlukan. Dengan cara ini, ia dapat menilai kemampuan murid secara langsung.
Ia mencatat catatan penilaian selama proses observasi, termasuk jawaban murid, pertanyaan mereka, dan tingkat pemahaman mereka. Informasi ini digunakan untuk menyesuaikan tingkat bantuan yang ia berikan pada murid.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Digunakan oleh Pak Dermawan:
Pak Dermawan menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan cara sebagai berikut:
Menyusun kelompok berdasarkan tingkat kemampuan membaca murid, sehingga ia dapat memberikan materi yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Memberikan berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid, seperti membuat diagram alur sederhana, menulis cerita narasi, atau membuat cerita kreatif dari perspektif makanan. Ini memungkinkan murid bekerja sesuai dengan kemampuan mereka dan merangsang pemahaman yang lebih dalam.
Cara Pak Dermawan Melakukan Penilaian:
Pak Dermawan melakukan penilaian berjenjang (tier assessment) untuk memahami sejauh mana murid memahami materi. Penilaian ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid:
Untuk murid dengan kemampuan kurang, ia memberikan tugas untuk menjelaskan alur pencernaan dalam sebuah diagram alur sederhana dengan kosakata sederhana.
Untuk murid dengan kemampuan sedang, ia meminta mereka membuat cerita narasi tentang alur pencernaan dengan kosakata yang lebih bervariasi.
Untuk murid dengan kemampuan tinggi, ia meminta mereka membuat cerita kreatif dari perspektif makanan yang menarasikan alur pencernaan. Ini merupakan tugas yang lebih kompleks yang menguji pemahaman mereka secara mendalam.
Dengan pendekatan berdiferensiasi dan penilaian berjenjang ini, Pak Dermawan memastikan bahwa setiap murid dapat mengembangkan pemahaman mereka sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Ia aktif terlibat dalam proses belajar-mengajar, memberikan bantuan saat diperlukan, dan memberikan tantangan untuk meningkatkan pemahaman murid. Dengan demikian, ia berupaya memenuhi kebutuhan belajar individu murid dan membantu mereka mencapai pemahaman yang mendalam tentang materi yang diajarkan.
Situasi 3 - SMP
Pak Dudidam, seorang guru SMP, memiliki tujuan untuk mengajarkan murid-muridnya tentang iklan dengan fokus pada pemahaman kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dalam iklan produk dan jasa. Berikut adalah skenario pembelajaran yang disiapkan oleh Pak Dudidam:
Diskusi Seluruh Kelas:
Pak Dudidam memulai pembelajaran dengan melakukan diskusi seluruh kelas. Ia memperkenalkan murid-murid pada topik iklan melalui pertanyaan-pertanyaan pemandu, seperti perbedaan iklan dengan jenis tulisan lainnya, iklan yang menarik bagi mereka, biaya pembuatan iklan, dan jenis pekerjaan dalam periklanan.
Kerja Individu/Pasangan/Kelompok Kecil:
Setelah diskusi awal, murid diminta melakukan kegiatan berdasarkan tiga tahap: Menulis - Berbagi dengan pasangan - Berbagi dengan pasangan lain. Mereka menulis tiga hingga lima iklan yang menarik bagi mereka secara individu. Kemudian, mereka berbagi dengan satu teman lain, memungkinkan penambahan pendapat. Pasangan-pasangan kemudian berbagi dengan pasangan lainnya. Kemudian, Pak Dudidam melakukan diskusi dengan seluruh kelas dengan menggunakan iklan yang ditulis sebagai contoh.
Kerja Kelompok Kecil:
Murid diminta membentuk kelompok kecil, masing-masing terdiri dari empat sampai lima orang, untuk mendiskusikan kelebihan dan kekurangan berbagai jenis iklan. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dengan T-Chart untuk mencatat kelebihan dan kekurangan jenis iklan tertentu. Setiap kelompok melakukan brainstorming dan mencatat dua kelebihan dan dua kekurangan. Dengan isyarat guru, kelompok berganti meja untuk berbagi pemikiran.
Diskusi Kelas Besar:
Pak Dudidam mengumpulkan kembali murid sebagai satu kelompok besar dan memfasilitasi diskusi untuk memperjelas dan memperluas pemahaman tentang target audiens, pesan iklan, dan penggunaan fitur kebahasaan dan desain dalam iklan.
Tugas Individu:
Pak Dudidam memberikan tugas individu sesuai dengan kemampuan murid. Tugas tersebut berisi skenario yang bervariasi sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman konsep murid. Mereka diminta untuk membuat iklan yang efektif mempromosikan produk, jasa, atau acara sesuai dengan skenario yang diberikan.
Lokasi Belajar yang Sesuai:
Pak Dudidam mendorong murid untuk memilih lokasi di kelas yang mendukung cara mereka belajar dengan baik, baik itu sendirian untuk konsentrasi, dekat dengan teman untuk kolaborasi, atau di area yang lebih ramai untuk berbagi ide.
Dengan pendekatan ini, Pak Dudidam berupaya memastikan murid memahami konsep iklan secara kontekstual dan dapat menerapkannya dalam pemahaman target audiens, pesan, dan elemen kebahasaan serta desain iklan.Jawaban
Kebutuhan Belajar Murid yang Dipenuhi oleh Pak Dudidam:
Pak Dudidam berupaya memenuhi berbagai kebutuhan belajar muridnya terkait materi iklan. Tujuannya adalah agar murid dapat memahami secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari iklan. Ia berfokus pada pengembangan pemahaman murid tentang iklan sebagai alat komunikasi yang efektif, struktur iklan, pesan yang ingin disampaikan, dan elemen kebahasaan yang digunakan dalam iklan.
Cara Pak Dudidam Menentukan Kebutuhan Belajar Muridnya:
Ia memulai dengan melakukan diskusi bersama seluruh kelas untuk mengidentifikasi pengetahuan awal dan pemahaman murid tentang iklan. Dengan bantuan pertanyaan pemandu, ia memahami apa yang sudah diketahui murid tentang iklan dan membangun dari sana.
Selama proses diskusi, ia juga menanyakan kepada murid tentang jenis iklan yang menarik bagi mereka, sehingga dapat memahami minat dan preferensi mereka terhadap iklan.
Melalui kegiatan individu, ia meminta murid untuk menulis iklan yang menarik bagi mereka, memungkinkan mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka anggap menarik dan efektif dalam iklan.
Dengan kegiatan kelompok kecil, ia mendorong murid untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan berbagai jenis iklan. Ini membantu menentukan pemahaman mereka tentang fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dalam iklan.
Melalui tugas individu, ia memberikan penugasan yang berjenjang sesuai dengan kemampuan murid, memastikan bahwa mereka dapat mempraktikkan apa yang telah dipelajari dalam konteks membuat iklan.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Digunakan oleh Pak Dudidam:
Pak Dudidam menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi dengan memberikan penugasan yang berjenjang sesuai dengan kemampuan murid. Terdapat tiga skenario tugas yang berbeda, masing-masing disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman konsep murid.
Dalam diskusi dan kegiatan kelompok, ia memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membahas jenis iklan yang berbeda. Hal ini memungkinkan murid dengan kemampuan berbeda untuk belajar satu sama lain dan mendiskusikan perbedaan antara jenis iklan yang mereka telaah.
Cara Pak Dudidam Melakukan Penilaian:
Pak Dudidam melakukan penilaian dengan memeriksa tugas individu yang dikerjakan oleh murid. Tugas ini berbeda-beda sesuai dengan skenario yang diberikan kepada murid.
Ia mendorong murid untuk membuat iklan yang efektif sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan iklan.
Penilaian dilakukan berdasarkan sejauh mana murid dapat menangkap makna secara kontekstual terkait dengan iklan yang mereka buat.
Dalam penilaian, ia memperhatikan kemampuan murid dalam merumuskan pesan utama, menargetkan audiens yang sesuai, serta penggunaan fitur kebahasaan dan desain yang efektif dalam iklan yang mereka buat.
Dengan demikian, Pak Dudidam berusaha memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan berbagai strategi, seperti diskusi, kegiatan individu, kelompok kecil, dan tugas berjenjang. Ia juga berfokus pada pemahaman konsep dan penggunaan praktisnya dalam membuat iklan, sehingga membantu murid mengembangkan kemampuan yang beragam dalam menganalisis iklan dan berkomunikasi secara efektif.
Situasi 4 - SMA
Bu Derana, seorang guru Biologi di SMA, telah menetapkan tujuan pembelajaran yang berfokus pada analisis tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk ancaman dan pelestariannya, untuk murid-murid Kelas 10. Menghadapi situasi pandemi, Bu Derana memutuskan untuk menggunakan metode pembelajaran flip.
Dalam pendekatan ini, sebelum pertemuan daring dengan guru, murid-murid diminta untuk mempelajari materi secara mandiri. Bu Derana telah menyiapkan paparan materi yang mencakup konsep kunci keanekaragaman hayati dan tingkatannya, termasuk keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman genetik. Dia juga menyediakan beragam sumber belajar yang terkait dengan wilayah kritis keanekaragaman hayati di Indonesia, seperti artikel dari koran dan video dari organisasi lingkungan.
Untuk memandu belajar mandiri murid-murid, Bu Derana menyusun pertanyaan pemandu. Setelah tahap ini, mereka mengikuti kuis tertulis dengan pertanyaan terbuka, di mana setiap murid memberikan umpan balik terhadap jawaban dua temannya, memastikan keterlibatan dan pemahaman yang baik. Selain itu, Bu Derana meminta murid-murid untuk membuat jurnal refleksi sebagai bagian dari proses belajar mandiri sebelum memasuki pertemuan sinkron melalui Google Meet.
Dalam tahap pertemuan daring, Bu Derana memulai dengan pertanyaan pemantik untuk memulai diskusi. Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup topik seputar keanekaragaman hayati yang memperkaya pemahaman murid tentang konsep tersebut. Selama diskusi daring, Bu Derana aktif mengamati jawaban murid untuk mendeteksi miskonsepsi atau kesulitan yang mungkin dihadapi.
Saat akhir diskusi, Bu Derana memberikan tantangan kepada murid untuk membuat paket informasi digital yang mengidentifikasi ancaman terhadap keanekaragaman hayati di lokasi Indonesia tertentu dan memberikan rekomendasi penanganannya. Murid diberi kebebasan memilih lokasi berdasarkan kasus nyata di Indonesia dan bentuk paket informasi sesuai preferensi mereka. Selama proses pembuatan, Bu Derana memberikan slot waktu khusus untuk bertemu dengan murid yang membutuhkan bantuan tambahan. Ia menjelaskan konsep dan memberikan contoh tambahan untuk memastikan pemahaman yang mendalam.
Dengan metode flip learning dan pendekatan interaktif ini, Bu Derana berusaha memastikan bahwa murid-murid memahami konsep keanekaragaman hayati dan tantangan yang dihadapinya di Indonesia, serta dapat menerapkan pengetahuan ini dalam bentuk paket informasi digital yang sesuai.
Jawaban
Kebutuhan Belajar Murid yang Dipenuhi oleh Bu Derana:
Bu Derana berkomitmen untuk memenuhi beragam kebutuhan belajar murid SMA Kelas 10 dalam pemahaman konsep keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk ancaman dan upaya pelestariannya. Tujuannya adalah memastikan bahwa setiap murid dapat menganalisis dengan cermat tingkat keanekaragaman hayati dan memahami implikasi ancaman yang dapat memengaruhi keanekaragaman hayati, termasuk aspek ekosistem, spesies, dan genetik.
Cara Bu Derana Menentukan Kebutuhan Belajar Muridnya:
Bu Derana mengawali dengan menyediakan materi pelajaran yang komprehensif, dapat diakses mandiri oleh murid, dan mencakup konsep-konsep inti terkait keanekaragaman hayati, tingkatannya, serta fokus pada area kritis keanekaragaman hayati di Indonesia.
Ia menyediakan pertanyaan pemandu yang membantu memandu murid dalam proses belajar mandiri, memberikan arahan yang jelas, dan mendorong pemahaman yang lebih dalam.
Dengan mengadakan kuis tertulis yang berisi pertanyaan terbuka, Bu Derana memungkinkan setiap murid memberikan umpan balik tentang jawaban yang diberikan oleh dua teman sekelasnya. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan pembelajaran kolaboratif dan pemahaman yang lebih mendalam.
Sebelum memasuki tahap pembelajaran sinkron melalui pertemuan Google Meet, Bu Derana mengharuskan murid untuk membuat jurnal refleksi, yang membantu mereka merenungkan pemahaman mereka dan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran sinkron.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Digunakan oleh Bu Derana:
Bu Derana menerapkan metode flip learning, yang memungkinkan murid untuk mempelajari materi sebelum pertemuan daring dengan guru. Pendekatan ini memberi keleluasaan bagi murid untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar individu mereka.
Dalam tahap forum diskusi sinkron, ia memulai dengan pertanyaan pemantik yang merangsang diskusi serta pemahaman yang lebih dalam. Pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk mengenrich pemahaman murid terhadap konsep keanekaragaman hayati.
Selama sesi diskusi daring, Bu Derana secara aktif mengawasi jawaban murid, dengan tujuan untuk mendeteksi miskonsepsi atau kesulitan yang mungkin dihadapi oleh murid.
Cara Bu Derana Melakukan Penilaian:
Bu Derana melakukan penilaian melalui tugas akhir yang mengharuskan murid membuat paket info digital. Tugas ini bertujuan agar murid mengidentifikasi ancaman pada lokasi di wilayah Indonesia yang berdampak negatif pada tiga tingkat keanekaragaman hayati. Selain itu, mereka juga diminta memberikan rekomendasi penanganannya. Tugas ini mencerminkan pemahaman mendalam murid tentang konsep keanekaragaman hayati.
Murid diberi kebebasan dalam memilih lokasi berdasarkan kasus nyata di Indonesia dan bentuk paket info digital yang sesuai dengan preferensi dan kenyamanan mereka. Namun, seluruh informasi yang mereka sajikan harus memenuhi rubrik penilaian yang telah dibahas bersama Bu Derana.
Bu Derana juga menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan beberapa murid yang, menurut penilaiannya, masih memerlukan bantuan tambahan. Selama sesi khusus ini, ia memberikan penjelasan tambahan tentang konsep dan memberikan contoh yang mendukung pemahaman murid.
Dengan menggunakan metode flip learning dan pendekatan penilaian yang fokus pada pemahaman yang dalam, Bu Derana berusaha untuk memenuhi kebutuhan belajar muridnya terkait konsep keanekaragaman hayati dan upaya pelestariannya. Pendekatan ini mendukung pembelajaran yang mandiri, kolaboratif, serta sesuai dengan tingkat kemampuan dan preferensi belajar masing-masing murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H