Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 2.1.3 Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid

22 Oktober 2023   13:50 Diperbarui: 22 Oktober 2023   13:55 13003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, memahami kebutuhan belajar murid adalah kunci keberhasilan. Berdasarkan buku "How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom" karya Tomlinson (2001), terdapat tiga aspek penting yang perlu dipertimbangkan:

Kesiapan Belajar (Readiness): Kesiapan belajar mengacu pada kemampuan murid untuk memahami materi baru. Memberikan tugas sesuai dengan tingkat kesiapan belajar mereka akan meningkatkan kinerja dan kepercayaan diri.

Minat Murid: Memicu minat adalah cara efektif untuk mengajar. Materi yang menarik dan relevan dengan minat murid akan memotivasi mereka untuk belajar dan eksplorasi lebih dalam.

Profil Belajar Murid: Setiap murid memiliki cara belajar yang berbeda. Mengakomodasi profil belajar murid, apakah visual, auditori, atau kinestetik, akan membuat pembelajaran lebih efisien dan efektif.

Dengan memahami dan menggali ketiga aspek ini, guru dapat merancang pengalaman belajar yang lebih relevan dan bermanfaat bagi setiap murid di kelas.

1. Kesiapan Belajar (READINESS)

Kesiapan belajar adalah aspek penting dalam proses pendidikan. Bayangkan situasi di mana seorang guru seperti Bu Renjana mengajar bahasa Indonesia. Dia mengidentifikasi tiga kelompok murid dengan tingkat kesiapan belajar yang berbeda. Kelompok A adalah murid yang sudah memiliki keterampilan menulis yang baik, B memiliki kemampuan yang cukup, dan C memerlukan banyak bantuan. Pemahaman kesiapan belajar murid memungkinkan guru merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ini menciptakan lingkungan di mana setiap murid dapat berkembang sesuai dengan potensinya. Kesiapan belajar bukan hanya tentang tingkat keterampilan, tetapi juga tentang mendukung murid dengan tepat di setiap tahap pembelajaran mereka.

Kesiapan belajar adalah elemen kritis dalam proses pembelajaran. Saya dapat membayangkan situasi di mana seorang guru, seperti Bu Renjana, mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia. Setelah memberikan wawasan dan peluang eksplorasi kepada murid-muridnya, Bu Renjana meminta mereka untuk membuat draf teks narasi. Kemudian, ia melakukan penilaian terhadap draf yang telah dibuat oleh murid-muridnya dan mengidentifikasi tiga kelompok dalam kelasnya.

Kelompok A adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan menulis dengan baik, memiliki kosa kata yang kaya, serta mandiri dalam pekerjaan mereka. Kelompok B memiliki kemampuan menulis yang baik tetapi masih terbatas dalam hal kosa kata. Sementara Kelompok C adalah siswa yang belum memiliki keterampilan menulis yang baik dan kosa kata terbatas.

Bu Renjana, dengan pemahaman kesiapan belajar, dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka. Kesiapan belajar ini melibatkan memahami tingkat keterampilan, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Ketika guru dapat "mengatur ulang tombol-tombol equalizer" ini dengan tepat, ia memberi kesempatan yang adil bagi setiap siswa untuk mengakses materi, melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan, dan menghasilkan produk pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan memahami dan mengakui perbedaan dalam kesiapan belajar siswa, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan inklusif.

6 Perspektif Kesiapan Belajar: Menggunakan Konsep Equalizer dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Kesiapan belajar, dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, bisa dianalogikan dengan menggunakan konsep equalizer dalam pemutar musik. Sama seperti mengatur suara stereo untuk menghasilkan suara yang terbaik, guru perlu mengatur kesiapan belajar siswa agar mereka dapat mengakses materi dengan efektif. Dalam modul ini, kita akan mengeksplorasi enam perspektif kesiapan belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Bersifat Mendasar - Bersifat Transformatif: Ketika siswa menghadapi materi baru, guru perlu mempertimbangkan apakah mereka perlu informasi dasar yang sederhana atau pemahaman yang lebih mendalam dan transformatif. Ini mempengaruhi bahan ajar dan pendekatan pembelajaran.

Konkret - Abstrak: Guru perlu memahami apakah siswa lebih nyaman belajar dari contoh konkret atau apakah mereka sudah siap untuk konsep-konsep yang lebih abstrak.

Sederhana - Kompleks: Beberapa siswa mungkin memerlukan materi yang lebih sederhana dan struktur yang lebih langsung, sementara yang lain bisa menangani materi yang lebih kompleks dengan banyak abstraksi.

Terstruktur - Terbuka: Pada saat mengerjakan tugas, beberapa siswa mungkin memerlukan petunjuk dan struktur yang lebih jelas, sementara yang lain siap untuk eksplorasi lebih bebas.

Tergantung - Mandiri: Siswa memiliki tingkat kemandirian yang berbeda. Guru harus mempertimbangkan apakah siswa memerlukan dukungan tambahan atau apakah mereka bisa bekerja mandiri.

Lambat - Cepat: Siswa bergerak pada tingkat yang berbeda. Beberapa mungkin perlu melanjutkan lebih cepat, sementara yang lain memerlukan lebih banyak waktu. Ini berkaitan dengan bagaimana guru menyajikan materi dan penugasan.

Kesiapan belajar adalah tentang memahami siswa secara individual, bukan hanya dalam hal kecerdasan, tetapi juga dalam hal tingkat pemahaman dan kenyamanan mereka dengan materi. Dengan memahami perspektif-perspektif ini, guru dapat membantu setiap siswa mencapai potensinya dalam pembelajaran.

2. Minat

Minat memainkan peran penting dalam pembelajaran, dan Tomlinson (2001) mengungkap beberapa tujuan yang mendasari penggunaan minat dalam konteks pembelajaran. Kita akan membahas fakta menarik tentang minat dan bagaimana hal ini berkaitan dengan pendidikan.

Membantu Siswa Menemukan Kesesuaian dengan Belajar
Minat membantu siswa menyadari bahwa ada kesesuaian antara materi sekolah dan minat pribadi mereka. Ini membuat belajar terasa relevan dan bermanfaat bagi mereka.

Menghubungkan Semua Pembelajaran
Pendekatan berbasis minat juga membantu menghubungkan semua aspek pembelajaran. Siswa dapat melihat bagaimana pelajaran berhubungan satu sama lain, menciptakan pemahaman yang lebih dalam.

Menggunakan Keterampilan yang Dikenal sebagai Jembatan
Guru dapat menggunakan keterampilan atau minat yang sudah dikenal oleh siswa sebagai jembatan untuk mempelajari keterampilan atau konsep baru. Ini memudahkan siswa untuk mengaitkan hal yang mereka sukai dengan pembelajaran baru.

Meningkatkan Motivasi Belajar
Saat siswa terlibat dalam materi yang sesuai dengan minat mereka, motivasi mereka untuk belajar meningkat. Mereka merasa lebih termotivasi untuk mengejar pengetahuan lebih lanjut.

Minat dalam Dua Perspektif

Minat bisa dilihat dari dua sudut pandang: situasional dan individu. Minat situasional muncul saat siswa tertarik oleh cara pengajaran atau presentasi materi yang menarik. Sementara minat individu adalah minat yang mendalam terhadap topik tertentu yang bertahan lama, bahkan tanpa faktor presentasi yang menghibur.

Ketika guru memahami minat siswa dari kedua perspektif ini, mereka dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan relevan, serta mempertahankan minat siswa dalam proses pembelajaran. Minat adalah kunci untuk menginspirasi siswa dan membuat pembelajaran lebih efektif.


5 Cara Guru Meningkatkan Minat Murid dalam Pembelajaran

Minat murid adalah salah satu faktor kunci dalam kesuksesan pembelajaran. Berikut adalah beberapa cara di mana guru dapat meningkatkan minat siswa mereka:

Ciptakan Situasi Pembelajaran yang Menarik
Guru dapat memulai dengan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Ini bisa dilakukan melalui penggunaan humor, menciptakan kejutan, atau metode lain yang menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Kaitkan Konteks Pembelajaran dengan Minat Individu
Menghubungkan materi pembelajaran dengan minat pribadi siswa adalah kunci. Guru dapat mencari cara untuk membuat materi tersebut relevan dengan apa yang diminati oleh setiap siswa. Misalnya, jika seorang siswa menyukai musik, guru bisa mengaitkan pelajaran dengan unsur-unsur musik.

Komunikasikan Manfaat Pembelajaran
Siswa perlu memahami nilai dan manfaat dari apa yang mereka pelajari. Guru dapat mengkomunikasikan bagaimana materi tersebut relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka dan mengapa itu penting.

Berikan Kesempatan Memecahkan Masalah
Menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) adalah cara lain untuk meningkatkan minat murid. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memecahkan masalah, yang dapat meningkatkan rasa pencapaian diri mereka.

Kembangkan Minat Baru
Guru tidak hanya harus menjaga minat yang sudah ada, tetapi juga membantu siswa menemukan minat baru. Dengan memberikan variasi dalam pembelajaran dan memperkenalkan topik baru secara menarik, guru dapat membantu siswa mengeksplorasi minat yang belum terungkap.

Penting bagi guru untuk memahami minat unik setiap siswa dan menggunakan berbagai metode untuk menjaga minat siswa tetap tinggi. Pendekatan berbasis minat bukan hanya tentang mempertahankan minat yang ada, tetapi juga membantu siswa mengeksplorasi dan mengembangkan minat baru mereka. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermanfaat bagi semua siswa.


Contoh Mengidentifikasi atau Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat


Ibu Putik memahami pentingnya mengaitkan pembelajaran dengan minat murid. Dia mengajarkan keterampilan membuat teks prosedur dengan memberi kebebasan pada siswa untuk memilih topik sesuai minat mereka. Seorang yang gemar memasak bisa membuat teks tentang resep makanan, sementara yang suka kerajinan tangan dapat fokus pada produk kerajinan. Meskipun topik berbeda, keterampilan membuat teks prosedur tetap diajarkan. Pendekatan ini membuat pembelajaran lebih relevan dan mempertimbangkan minat unik setiap siswa. Dengan cara ini, Ibu Putik menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan memotivasi siswa untuk belajar dengan antusias. Strategi ini adalah contoh bagus bagaimana mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan belajar berdasarkan minat siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih efektif.

3. Profil Belajar Murid: Memahami Kecenderungan Belajar Siswa

Memahami profil belajar murid adalah kunci dalam membantu setiap siswa mencapai potensi maksimalnya. Profil belajar mengacu pada preferensi dan cara unik setiap siswa dalam belajar. Dalam rangka mengenali kebutuhan belajar siswa berdasarkan profil belajar, berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

Preferensi Terhadap Lingkungan Belajar

Beberapa siswa mungkin lebih nyaman dalam lingkungan yang tenang dan terstruktur, sementara yang lain mungkin lebih suka keramaian dan keceriaan. Mengetahui preferensi ini membantu guru menciptakan lingkungan belajar yang sesuai.

Pengaruh Budaya

Perbedaan dalam budaya juga memainkan peran penting dalam profil belajar. Siswa dapat memiliki preferensi terhadap metode pengajaran yang lebih santai atau terstruktur, lebih pendiam atau ekspresif, serta lebih suka pembelajaran personal atau impersonal.

Gaya Belajar

Siswa memiliki tiga gaya belajar utama: visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengar), dan kinestetik (belajar sambil bergerak atau melakukan). Guru harus memvariasikan metode pengajaran untuk mencakup semua gaya belajar ini.

Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk mengenali bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan dalam berbagai bentuk, seperti visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, dan logic-matematika. Memahami kecerdasan utama siswa membantu guru mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inklusif.

Dengan memahami profil belajar siswa, guru dapat merancang pengajaran yang lebih responsif, memaksimalkan potensi belajar setiap siswa, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif.

Contoh Identifikasi Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid

Dalam mengajar pelajaran IPA tentang habitat makhluk hidup, Pak Neon sadar akan perbedaan profil belajar murid-muridnya. Dengan pengetahuan ini, dia mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Contoh pengidentifikasian dan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar murid adalah sebagai berikut:

Pembelajar Visual: Pak Neon menggunakan banyak gambar dan alat bantu visual dalam penjelasannya. Misalnya, ia menyertakan diagram, grafik, atau ilustrasi yang memvisualisasikan konsep habitat makhluk hidup.

Pembelajar Auditori: Bagi siswa yang lebih suka belajar dengan mendengar, Pak Neon menyediakan video yang didukung oleh penjelasan lisan. Video ini memberikan kesempatan untuk mendengar dan melihat informasi secara bersamaan.

Pembelajar Kinestetik: Siswa yang lebih suka belajar sambil bergerak dan berinteraksi secara fisik diberi kesempatan dengan menciptakan sudut belajar yang aktif. Mereka dapat bergerak dan berinteraksi dengan bahan pelajaran melalui display yang terletak di berbagai tempat dalam kelas.

Saat memberikan tugas, Pak Neon memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Ini bisa dalam bentuk gambar, rekaman wawancara, atau bahkan berpartisipasi dalam performance atau role-play.

Dengan cara ini, Pak Neon memastikan bahwa semua siswa dapat mengakses dan memahami materi pelajaran dengan cara yang paling efektif sesuai dengan profil belajar mereka. Hal ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan memuaskan bagi setiap siswa di kelasnya.

Cara Guru Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Murid

Guru memiliki beragam cara untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-muridnya. Ini adalah beberapa contoh cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami kebutuhan belajar siswa:

Melakukan Observasi: Guru dapat memperhatikan perilaku siswa di kelas, termasuk cara mereka berpartisipasi, tingkat konsentrasi, dan tingkat keterlibatan dalam pembelajaran.

Menggali Pengetahuan Awal: Sebelum memulai pembelajaran tentang topik tertentu, guru dapat mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa terkait topik tersebut. Ini membantu dalam merancang pembelajaran yang sesuai.

Penilaian Formatif: Melakukan penilaian formatif secara berkala untuk menilai pemahaman, keterampilan, dan sikap siswa. Guru mencatat kebutuhan belajar berdasarkan informasi dari penilaian ini.

Komunikasi dengan Orang Tua: Guru bisa berdiskusi dengan orang tua atau wali siswa untuk mendapatkan wawasan tentang kebutuhan belajar anak di luar lingkungan sekolah.

Mengamati Saat Mengerjakan Tugas: Guru dapat mengamati siswa ketika mereka mengerjakan tugas atau aktivitas kelas. Hal ini membantu dalam menentukan kebutuhan belajar siswa.

Berbicara dengan Siswa: Guru secara langsung dapat bertanya kepada siswa tentang permasalahan atau hal-hal yang mereka butuhkan untuk mendukung pembelajaran.

Membaca Catatan Rapor: Melihat catatan dari guru-guru sebelumnya di kelas sebelumnya atau mengevaluasi pencapaian siswa sebelumnya.

Berbicara dengan Guru Sebelumnya: Guru dapat berkomunikasi dengan guru sebelumnya yang pernah mengajar siswa untuk mendapatkan wawasan tentang kebutuhan belajar mereka.

Mengukur Tujuan Pembelajaran: Membandingkan tujuan pembelajaran dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang sudah dimiliki siswa saat ini.

Penilaian Diagnostik: Menggunakan berbagai jenis penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa siswa berada pada tingkat yang sesuai dalam proses pembelajaran.

Melakukan Survei: Melakukan survei atau kuesioner untuk mengetahui langsung kebutuhan belajar siswa.

Refleksi Guru: Guru dapat mereview dan merenungkan praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran.

Selain contoh di atas, masih ada banyak cara lain yang dapat digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. Menyimak hasil penilaian formatif, perilaku siswa, merespons kebutuhan mereka, dan menciptakan catatan tentang profil siswa membantu guru dalam menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa. Ini adalah langkah penting dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif dan bermakna.

Refleksi

Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi!
Mengapa kita perlu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid?
Sebagai guru, apa yang dapat kita lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid kita? Apa saja yang perlu dipertimbangkan?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pendidikan yang menyesuaikan pembelajaran untuk setiap siswa. Guru mengidentifikasi kebutuhan belajar individu dengan berbagai cara, termasuk observasi, penilaian, dan komunikasi. Ini membantu menciptakan pengalaman belajar yang relevan, meningkatkan motivasi, dan mendukung perkembangan siswa. Dengan menyadari perbedaan siswa, guru dapat menciptakan lingkungan inklusif yang memaksimalkan potensi setiap siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun