Halo, saya Isur Suryati, calon guru penggerak angkatan 9 dari SMP Negeri 1 Sumedang, Kabupaten Sumedang. Dalam artikel ini, saya akan berbicara tentang koneksi antara materi modul 1.4 tentang budaya positif dan bagaimana saya dapat berperan dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Mari kita lihat kesimpulan dari peran saya dalam menciptakan budaya positif ini.
Sebagai seorang guru yang baik, memiliki kemampuan untuk mewujudkan budaya positif di sekolah sangatlah penting. Budaya positif dapat dijalankan dengan menerapkan konsep-konsep inti berikut:
1. Disiplin Positif
Disiplin positif adalah pendekatan pendidikan yang mengajarkan anak untuk bertanggung jawab dan mengembangkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Pendekatan ini mempromosikan pengembangan disiplin diri yang memungkinkan anak mengendalikan perilaku mereka tanpa memerlukan tekanan atau hukuman eksternal.Â
Dalam konteks ini, anak belajar untuk memahami dan menyadari tindakan mereka berdasarkan motivasi internal yang berasal dari pemahaman nilai-nilai positif. Ini bukan lagi tentang dipaksa atau diancam, melainkan tentang memahami alasan di balik tindakan mereka dan bertanggung jawab atas pilihan mereka dengan kesadaran penuh. Pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan berkelanjutan.
2. Pemahaman Motivasi Perilaku Manusia
Pemahaman motivasi perilaku manusia adalah kunci bagi seorang guru dalam membimbing murid. Dengan memahami tiga motivasi utama manusia - menghindari hukuman, mendapatkan penghargaan, dan mengembangkan diri dengan nilai diri yang positif - seorang guru dapat mengidentifikasi motivasi yang mendorong perilaku murid.Â
Ini memungkinkan guru untuk menggali dan mengembangkan motivasi internal dalam diri siswa, yang mendorong mereka untuk bertindak berdasarkan nilai-nilai pribadi dan bukan hanya karena tekanan eksternal. Dengan pendekatan ini, guru dapat memberikan dukungan yang lebih efektif dalam memotivasi murid untuk tumbuh dan belajar.
3. Posisi Kontrol Guru
Dalam interaksi dengan murid, seorang guru memiliki lima posisi kontrol yang berperan penting. Posisi tersebut mencakup peran sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Di antara lima posisi ini, pendekatan yang paling dianjurkan adalah posisi kontrol sebagai manajer.Â
Dalam peran ini, guru berkolaborasi dengan murid, memberikan ruang bagi mereka untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri, dan memberikan dukungan untuk membantu mereka menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Pendekatan ini memungkinkan pembelajaran yang lebih efektif dan menggalakkan kemandirian serta tanggung jawab dalam diri murid.
4. Pembuatan Keyakinan Sekolah atau Kelas
Guru memiliki peran kunci dalam membentuk keyakinan positif di dalam lingkungan sekolah atau kelas. Mereka dapat mencapainya dengan membuat kesepakatan bersama antara guru dan murid.Â
Kesepakatan ini berisi pernyataan-pernyataan yang mudah diingat dan dimengerti oleh semua pihak, dan pernyataan tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Ini menciptakan kerangka kerja nilai bersama yang mempromosikan sikap positif, tanggung jawab, dan respek di antara semua anggota komunitas pendidikan, yang pada gilirannya menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif dan harmonis.
5. Penerapan Segitiga Restitusi dalam Penyelesaian Masalah
Dalam mengatasi masalah di kelas, seorang guru yang memegang peran manajer dapat mengimplementasikan segitiga restitusi. Pendekatan ini terdiri dari tiga tahap penting: pertama, menstabilkan identitas siswa; kedua, mengakui dan memvalidasi tindakan yang salah; dan ketiga, menggali keyakinan yang mendasarinya.Â
Tujuan dari pendekatan ini adalah menciptakan siswa yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan mampu mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan memungkinkan perkembangan pribadi yang positif.
Keterkaitan materi budaya positif dengan materi sebelumnya adalah bahwa dengan menjalankan budaya positif di sekolah, kita dapat mempermudah tercapainya tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan yang berpihak pada murid dan bersifat menuntun pertumbuhan. Budaya positif dapat membantu mewujudkan nilai-nilai guru penggerak, seperti berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
Salah satu perubahan yang saya alami adalah dalam memahami motivasi perilaku manusia, di mana saya mulai menghindari pemberian hukuman atau penghargaan berlebihan untuk meminimalisir motivasi eksternal pada murid. Selain itu, saya juga telah mulai menggunakan posisi kontrol sebagai manajer dalam menangani masalah.
Yang perlu diperbaiki adalah memastikan bahwa keyakinan sekolah atau kelas sepakat dan dijalankan bersama, serta meningkatkan kolaborasi antara sekolah dan orang tua murid untuk menerapkan budaya positif di luar lingkungan sekolah.
Dalam perjalanan menuju budaya positif di sekolah, kami, para guru penggerak, berharap dapat menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, aman, dan berpihak pada murid, sesuai dengan visi kami. Ini adalah langkah awal menuju perubahan positif di dunia pendidikan.
Terima kasih telah membaca artikel ini, dan semoga budaya positif terus berkembang di sekolah-sekolah kita. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H