Saya membaca sebuah website yang berisi informasi tentang Perpustakaan Desa Bonto Jai, Sulawesi Selatan. Dijelaskan dalam info tersebut bahwa kini perpustakaan tersebut telah menyediakan ratusan buku digital yang dapat diakses secara online melalui ponsel pintar. Buku-buku yang ada di perpustakaan itu dapat diakses oleh masyarakat dari segala usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Dijelaskan pula tentang jenis buku yang tersedia di perpustakaan desa ini sangat beragam, mulai dari buku pelajaran, buku cerita, buku motivasi, hingga buku umum. Saya tertarik dengan website ini, karena ternyata masyarakat  di Desa Bonto Jai tempat perpustakaan tersebut berada, dapat mengakses buku-buku ini secara gratis dengan cara memindai barcode yang tersedia di setiap buku. Wow, kereen, ya.
Dijelaskan juga dalam informasi tersebut, bahwa untuk menggunakan buku digital di perpustakaan desa Bonto Jai, masyarakat dapat menghubungi Bung Leo Dwy Putra. Bung Leo adalah seorang pemuda yang telah menginisiasi program ini. Ia merupakan mahasiswa pendidikan sosiologi di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bung Leo mengatakan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat desa Bonto Jai. Ia berharap bahwa dengan adanya program ini, masyarakat desa Bonto Jai dapat lebih mudah mengakses buku-buku berkualitas dan dapat meningkatkan pengetahuan mereka.
Lalu, tiba-tiba saja tercetus dalam kepala saya, "Wah, menarik nih ... pasti seru dan bermanfaat jika ide tersebut diterapkan di sekolah tempat saya mengajar."Â
Apa itu literasi digital berbasis barcode?
Menurut sumber yang saya baca, dari website bontojai. desa.id, dijelaskan bahwa literasi digital berbasis barcode adalah kemampuan untuk membaca dan memahami informasi yang terkandung dalam barcode. Barcode sendiri adalah kode batang yang dapat dibaca oleh mesin dan berisi informasi seperti nama produk, harga, dan tanggal kedaluwarsa.
Barcode pertama kali dikembangkan pada tahun 1948 oleh Joseph Woodland dan Bernard Silver. Barcode digunakan untuk pertama kali di toko swalayan pada tahun 1974.
Barcode terdiri dari serangkaian garis hitam dan putih yang tebal dan tipis. Garis-garis ini mewakili angka-angka yang dapat dibaca oleh mesin barcode scanner. Mesin barcode scanner akan membaca kode barcode dan kemudian menampilkan informasi yang terkandung dalam kode tersebut di layar komputer atau perangkat elektronik lainnya.
Konon katanya, literasi digital berbasis barcode penting untuk orang-orang yang bekerja di bidang ritel, pergudangan, dan logistik. Literasi digital berbasis barcode juga penting untuk orang-orang yang ingin membeli produk secara online.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan literasi digital berbasis barcode. Salah satu cara adalah dengan mempelajari cara membaca kode barcode. Cara lain untuk meningkatkan literasi digital berbasis barcode adalah dengan menggunakan mesin barcode scanner. Mesin barcode scanner dapat membantu Anda untuk membaca kode barcode dan menampilkan informasi yang terkandung dalam kode tersebut.
Apa saja contoh dari literasi digital?
Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara efektif dan efisien untuk mengakses, mengelola, mengkomunikasikan, dan menciptakan informasi. Literasi digital mencakup keterampilan dalam menggunakan komputer, perangkat elektronik, internet, media sosial, dan aplikasi digital.