Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hidup Lebih Bahagia dengan Memaafkan, Begini Cara Memulainya!

29 April 2023   05:10 Diperbarui: 29 April 2023   05:06 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memaafkan (Pexels.com/August de Richeliu)

Namun, penting untuk dipahami bahwa memaafkan tidak sama dengan melupakan. Melupakan berarti menghilangkan kesadaran akan kesalahan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh orang lain. Sedangkan memaafkan berarti menerima kenyataan bahwa kesalahan telah dilakukan, namun memilih untuk melepaskan perasaan negatif dan tidak menggunakannya sebagai senjata untuk membalas atau melukai orang lain di kemudian hari.

Sebuah penelitian oleh Toussaint dan Webb (2005) menunjukkan bahwa memaafkan dapat memberikan manfaat kesehatan mental dan fisik yang signifikan. Orang yang mampu memaafkan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tingkat kecemasan yang lebih rendah, serta tingkat depresi yang lebih rendah. Selain itu, memaafkan juga dapat membantu dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kenapa memaafkan itu penting?

Menurut Psychology Today, memaafkan bisa membantu seseorang melepaskan perasaan negatif seperti amarah, kekecewaan, dan sakit hati terhadap orang yang melakukan kesalahan. Namun, memaafkan tidak berarti menyetujui atau mengabaikan kesalahan yang telah dilakukan, melainkan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk meraih kedamaian dan kesejahteraan batin.

Terdapat manfaat besar yang bisa didapatkan dengan memaafkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mampu memaafkan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tingkat kecemasan yang lebih rendah, serta tingkat depresi yang lebih rendah (Toussaint & Webb, 2005). Memang, memaafkan dapat membantu memperbaiki hubungan interpersonal dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Sebaliknya, tidak mau memaafkan dapat menimbulkan dampak negatif yang merugikan seseorang. Artikel di Healthline menyebutkan bahwa terus-menerus memendam perasaan kesal dan tidak mau memaafkan bisa menyebabkan peningkatan kadar hormon stres dan memperburuk kondisi kesehatan fisik dan mental seseorang. Dampak negatif yang lain adalah memperburuk hubungan interpersonal dan memicu konflik yang lebih besar di masa depan.

Tantangan dalam memaafkan

Sejatinya, memaafkan bisa menjadi tantangan yang sulit bagi sebagian orang, terutama jika mereka merasakan sakit hati yang mendalam atau trauma besar akibat perbuatan orang lain. Toussaint, L. & Webb, J. R. (2005) dalam bukunya yang berjudul Theoretical and empirical connections between forgiveness, mental health, and well-being ada beberapa hal yang dapat menyulitkan seseorang untuk memaafkan antara lain:

  1. Merasa bahwa memaafkan adalah mengabaikan perbuatan orang lain atau memberikan sinyal bahwa perbuatan tersebut dianggap benar.
  2. Tidak dapat mengontrol emosi seperti rasa marah, kesal, dan kecewa yang terus-menerus muncul ketika mengingat perbuatan orang tersebut.
  3. Merasa bahwa memaafkan adalah hal yang tidak adil bagi diri sendiri, terutama jika merasa bahwa perbuatan orang tersebut sangat kejam atau merugikan secara besar-besaran.
  4. Tidak adanya rasa penyesalan atau permintaan maaf dari pihak yang melakukan kesalahan.

Namun, meskipun tantangan dalam memaafkan itu nyata, bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasinya. Enright, R.D. & Fitzgibbons, R.P. (2000) dalam bukunya yang berjudul Helping Clients Forgive: An Empirical Guide for Resolving Anger and Restoring Hope ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam memaafkan antara lain:

  1. Mencoba memahami sudut pandang orang yang melakukan kesalahan, sehingga dapat membantu mengurangi rasa marah atau kecewa.
  2. Berbicara dengan orang lain atau profesional yang dapat memberikan perspektif yang berbeda dan membantu dalam proses pemulihan.
  3. Membuat sebuah surat atau tulisan untuk diri sendiri atau orang yang melakukan kesalahan, sehingga dapat membantu dalam proses pengampunan.
  4. Mengalihkan perhatian pada aktivitas positif seperti olahraga, seni, atau mengambil kursus untuk meningkatkan keterampilan.

Menurut sebuah artikel di Psychology Today, memaafkan dapat memakan waktu dan proses yang berbeda-beda untuk setiap individu, namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Sebaliknya, memaafkan dapat menjadi proses yang membebaskan dan membantu seseorang untuk meraih kedamaian batin dan kebahagiaan dalam hidupnya.

Cara memulai proses memaafkan 

Memang, memaafkan adalah proses yang membutuhkan waktu dan usaha yang nyata. Prosesnya tidak semudah membalikkan telapak tangan, ya Bestie. Terutama jika seseorang merasakan sakit hati yang dalam. Namun, langkah awal yang penting untuk meraih kedamaian batin dan memperbaiki hubungan dengan orang yang kita maafkan adalah memulai proses memaafkan. Toussaint, L. L., & Webb, J. R. (2005) dalam bukunya yang berjudul Theoretical and empirical connections between forgiveness, mental health, and well-being ada beberapa langkah awal untuk memulai proses memaafkan:

  1. Mengakui bahwa ada rasa sakit hati atau kemarahan yang perlu diatasi.
  2. Mencari pemahaman mengenai situasi yang menyebabkan sakit hati.
  3. Berbicara dengan orang yang melakukan kesalahan.
  4. Menerima permintaan maaf jika ada.
  5. Mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Untuk memperbaiki hubungan dengan orang yang kita maafkan, menurut Worthington Jr, E. L., Witvliet, C. V., Pietrini, P., & Miller, A. J. (2007) dalam bukunya yang berjudul Forgiveness, health, and well-being: A review of evidence for emotional versus decisional forgiveness, dispositional forgivingness, and reduced perlu dilakukan langkah-langkah seperti:

  1. Berkomunikasi dengan jujur dan terbuka.
  2. Menunjukkan kebaikan hati.
  3. Membuat perubahan positif.

Menurut studi yang diterbitkan di Journal of Social and Clinical Psychology, memaafkan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan memperbaiki hubungan antarpribadi.

Hidup bahagia dengan memaafkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun