Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Makna Ramadhan bagi Seorang Ibu yang Mengalami Ommatofobia

1 April 2023   10:00 Diperbarui: 1 April 2023   10:13 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu alaikum, Bestie! Ketika bulan Ramadan tiba kita sering mendengar tentang nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya seperti ketaqwaan, kebersamaan, dan saling membantu sesama. Namun, tidak semua orang merasakan Ramadan dengan cara yang sama, lho. 

Bagi seorang ibu yang mengalami Ommatofobia, Ramadan bisa menjadi waktu yang menantang karena meningkatnya aktivitas sosial dan perhatian dari orang lain. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa ibu tersebut tidak dapat merasakan makna dan manfaat dari bulan suci ini. 

Di artikel ini, kita akan membahas tentang makna Ramadan bagi seorang ibu yang mengalami Ommatofobia dan bagaimana ia dapat memanfaatkan bulan Ramadan untuk memperbaiki kondisi mental dan emosionalnya.

Elma dan Ommatofobia yang dideritanya

Elma adalah seorang ibu muda dengan tiga anak yang memiliki hidup yang sangat sibuk. Namun, belakangan ini ia merasakan ketakutan yang sangat besar karena ada seseorang yang selalu memandangnya dengan penuh kebencian. Elma tidak tahu apa yang menyebabkan orang itu begitu membencinya, padahal Elma selalu bersikap baik dan tidak pernah bergosip karena ia sibuk bekerja di luar rumah.

Pandangan mata itu sangat mengganggu Elma, membuatnya merasa diawasi dan dihakimi dengan penuh kebencian. Elma tidak tahu siapa orang itu atau apa yang menyebabkan orang itu membencinya begitu sangat. Namun, Elma tetap berusaha untuk menjalani kehidupannya seperti biasa, mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan merawat anak-anaknya.

Namun, rasa takut dan kegelisahan Elma semakin membesar. Ia merasa seperti dihantui oleh masa lalunya, ketika ia mengalami perundungan oleh teman-temannya di SMA. Elma merasa bahwa masa lalunya kembali menghantui dirinya dan mengubah pandangan orang terhadap dirinya.

Meskipun demikian, Elma tetap berusaha untuk tenang dan menjalani hidupnya dengan baik, meskipun ia merasa sangat terganggu dengan pandangan mata yang penuh kebencian itu. Ia menghabiskan waktunya dengan mengerjakan pekerjaannya, mengurus anak-anaknya, dan berdoa agar kegelisahan dan rasa takutnya segera berlalu.

Elma menyadari bahwa hidupnya mungkin tidak sempurna, tetapi ia tetap berusaha untuk menjadi pribadi yang baik dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Elma berharap bahwa suatu hari nanti, pandangan mata yang penuh kebencian itu akan hilang dan ia bisa hidup dengan tenang dan damai.

Berdasarkan pada ilustrasi di atas, sebenarnya saya juga memiliki cerita yang sama dengan Elma. Bahkan, saya sampai merasa takut keluar rumah, lho. Karena, tatapan penuh kebencian itu datang dari orang yang berada di lingkungan sekitar rumah. Oleh karena itu, dengan makna Ramadhan yang sangat indah dan segala keagungannya. Saya memiliki harapan dan doa yang sama seperti Elma, semoga pandangan kebencian itu akan hilang di bulan Ramadhan ini, berganti dengan tatapan persaudaraan.

Apa itu Ommatofobia?

Dikutip dari Buku yang berjudul Understanding Ommatophobia, the Fear of Eyes karya Fritscher, L. Merupakan sumber referensi yang berguna bagi siapa saja yang ingin memahami tentang ommatofobia atau ketakutan terhadap mata atau tatapan benci dari mata orang lain. 

Dijelaskan dalam buku tersebut, bahwa Ommatofobia merupakan kondisi dimana seseorang merasa ketakutan atau cemas terhadap mata atau tatapan benci dari mata orang lain. 

Di bulan Ramadan, khususnya di negara-negara dengan mayoritas Muslim, aktivitas sosial dan kegiatan ibadah meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan Ema untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki tatapan mata yang menakutkan baginya, sehingga memperparah kondisi ommatofobianya. 

Selain itu, suasana Ramadan yang lebih sakral dan penuh dengan ibadah dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan bagi Ema, sehingga memperburuk kondisi ommatofobia yang dialaminya. Kondisi ini dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari Ema, terutama jika ia harus berinteraksi dengan banyak orang selama Ramadan. 

Dengan demikian, bagi seorang ibu yang menderita scopofobia, Ramadan bisa jadi waktu yang berat karena meningkatnya aktivitas sosial dan perhatian dari orang lain. Namun, sebagai seorang ibu, Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan anak-anak, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ketaqwaan kepada mereka.

Gejala, penyebab, dan cara mengatasi Ommatofobia

Gejala ommatofobia, yang dijelaskan dalam buku Understanding Ommatophobia, the Fear of Eyes oleh Fritscher, L., antara lain perasaan cemas dan takut yang kuat saat berada dekat dengan mata atau tatapan orang lain, merasa terancam atau dalam bahaya ketika berada dekat dengan mata atau orang yang menatap, sulit berinteraksi dengan orang karena takut dengan tatapan mereka, dan menghindari situasi atau tempat yang mungkin bertemu orang dengan mata menakutkan.

Penyebab ommatofobia, menurut buku tersebut, bisa berasal dari berbagai faktor seperti pengalaman traumatis di masa lalu, pengaruh lingkungan sekitar, atau gangguan kecemasan dan stres. Faktor lain yang bisa memicu ommatofobia adalah ketakutan yang berlebihan akibat sering menonton film horor atau membaca buku yang menampilkan mata sebagai objek teror, atau pengaruh budaya dan agama yang memandang mata sebagai simbol kekuasaan atau pengaruh magis.

Cara mengatasi ommatofobia, menurut buku tersebut, bisa dilakukan dengan beberapa teknik seperti terapi perilaku kognitif untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan ommatofobia, terapi desensitisasi untuk membantu mengatasi ketakutan secara bertahap dan sistematis dengan menghadapi situasi yang memicu ommatofobia, dan terapi penyertaan sosial yang membantu memperluas jaringan sosial dan mengurangi rasa takut dan cemas yang terkait dengan ommatofobia. 

Selain itu, ada juga teknik relaksasi dan meditasi yang bisa membantu mengatasi gejala ommatofobia seperti pernapasan dalam dan visualisasi positif. Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam mengatasi ommatofobia, konsultasi dengan profesional kesehatan seperti psikolog atau psikiater bisa memberikan manfaat yang lebih optimal bagi penderita.

Ramadhan sebagai bulan penyembuhan

Untuk mengatasi scopofobia, seorang ibu dapat memanfaatkan Ramadan sebagai waktu untuk memperbaiki kondisi mental dan emosional dengan menghadiri sholat tarawih, pengajian, tadarus atau konseling psikologis untuk memperkuat kesehatan mental mereka. 

Selain itu, seorang ibu juga bisa mengatur aktivitas sosialnya sesuai dengan kenyamanan dan batasan pribadi, dan memanfaatkan waktu Ramadan untuk melakukan kegiatan yang memberikan rasa damai dan ketenangan, seperti membaca Al-Quran, berdoa, atau berdzikir.

Sebagai seorang ibu, Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ketaqwaan kepada anak-anak. Dalam menghadapi scopofobia, seorang ibu bisa memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai perbedaan dan mengembangkan empati terhadap orang lain yang menderita kondisi mental atau emosional.

Jadi, meskipun Ramadan bisa jadi waktu yang sulit bagi seorang ibu yang menderita scopofobia, Ramadan juga bisa menjadi waktu yang penting untuk memperbaiki kondisi mental dan emosional, mempererat hubungan dengan keluarga dan anak-anak, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ketaqwaan kepada mereka. *

#Samber thr

#Samber 2023 hari 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun