Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Joki Karya Ilmiah, antara Tanggung Jawab Moral dan Peluang Menghasilkan Uang

17 Februari 2023   16:45 Diperbarui: 24 Februari 2023   03:00 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat makan buah simalakama, dimakan mati emak, tak dimakan bapak yang mati.

Peribahasa di atas menggambarkan suatu situasi yang sulit atau dilematis, di mana seseorang harus memilih di antara dua pilihan yang sama-sama buruk atau merugikan. 

Secara kiasan, peribahasa ini merujuk pada buah simalakama yang konon dapat membuat orang kebingungan dan tidak tahu harus memilih untuk memakannya atau tidak. Hal ini cocok sekali dengan fenomena kasus joki ilmiah yang sedang viral akhir-akhir ini.

Dilema yang dialami Firman

Firman adalah seorang lulusan S1 yang sedang mencari pekerjaan. Sayangnya, meskipun ia sudah berusaha mencari pekerjaan dengan giat, ia selalu ditolak oleh perusahaan-perusahaan yang ia lamar. Kondisi ini membuat Firman semakin bingung dan frustasi karena ia merasa tidak tahu harus berbuat apa.

Beberapa teman Firman yang belum lulus kuliah kemudian mengajaknya untuk membantu mereka menyelesaikan skripsi dengan iming-iming bayaran yang lumayan. 

Awalnya, Firman merasa ragu karena ia tidak ingin terlibat dalam tindakan yang tidak etis, namun akhirnya ia memutuskan untuk membantu teman-temannya tersebut karena merasa butuh uang untuk biaya hidupnya.

Dari sinilah, Firman mendapat ide untuk membuka jasa pembuatan skripsi. Ia memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk membantu orang-orang yang kesulitan menyelesaikan skripsi. 

Firman mengiklankan jasa pembuatan skripsinya melalui media sosial dan internet, dan tidak lama kemudian ia mendapatkan beberapa klien.

Meskipun bisnis ini terlihat menguntungkan, Firman sebenarnya merasa tidak nyaman dengan tindakannya. Ia merasa bahwa membantu orang menyelesaikan skripsi tidak etis dan melanggar prinsip akademik yang seharusnya dijunjung tinggi. 

Selain itu, Firman juga khawatir bahwa tindakannya tersebut dapat berdampak negatif pada masa depannya.

Karena itu, Firman akhirnya memutuskan untuk mengakhiri bisnis jasa pembuatan skripsi tersebut dan berusaha mencari pekerjaan dengan cara yang lebih etis dan jujur. Ia memperbaiki CV-nya dan memperbanyak mencari lowongan pekerjaan. 

Baca juga: Belajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun