"Baper amat jadi orang."
Kita mungkin sering sekali mendengar kalimat tersebut. Terkesan seperti biasa saja, ya. Seperti sebuah kalimat candaan yang akan terlontar dengan mudah begitu saja dari mulut seseorang.Â
Namun, efeknya memang akan sangat fatal bila kalimat itu kita lontarkan pada teman atau siapa saja yang sedang dilanda banyak masalah.
Mungkin, kita akan berkata, "Emang kenapa sih, ngomong saja kok diatur-atur." Kalau ke teman yang sudah akrab dan deket banget, kita kan sudah biasa ngomong ceplas-ceplos.Â
Tidak ada efek buruk yang akan tampak secara kasat mata. Namun, entahlah dampak pada hati mereka kita tidak akan pernah tahu.
Karena, bisa saja teman Anda akan sungkan untuk mengutarakan perasaannya terkait efek dari kata-kata tersebut.Â
Merasa takut tambah dikatain sebagai orang baperan, sedikit-sedikit mengeluh sakit hati karena kata-kata yang terkesan sepele dan biasa saja.
Padahal, ternyata jenis kalimat seperti itu termasuk kepada gaslighting. Apa itu gaslighting?
A. Definisi gaslighting
Seseorang kadang tidak sadar dirinya sedang menjadi obyek gaslighting, saat seseorang berkata dengan kalimat yang manis. Karena, dibalik ucapan itulah ada makna manipulatif. Seperti racun yang dibungkus dengan permen gula yang manis dan berbau harum anggur.Â
Ketika kita mengendusnya maka akan tercium aroma yang menarik dan memikat hati. Hingga ingin secepatnya mencicipinya. Padahal, di dalamnya ada sianida yang sangat mematikan. Begitulah, gaslighting diumpamakan.
Istilah gaslighting pertama kali ditemukan dari film karya sutradara George Cukor yang berjudul gaslight.
Mengutip dari healthline.com, gaslighting merupakan salah satu jenis pelecehan yang terselubung, saat pelaku menyesatkan target dengan narasi yang palsu.Â
Sebuah bentuk manipulasi yang akibatnya dapat membuat seseorang merasa bersalah, dan dampak buruknya adalah sampai meragukan dirinya sendiri.Â
Jika dilakukan dalam jangka panjang, efeknya gak main-main. Korban akan kehilangan harga diri dan rasa percaya dirinya. Akibatnya, korban akan mempertanyakan penilaian dan kenyataan yang sedang mereka alami dan rasakan.
Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam berucap. Agar kita tidak menjadi pelaku atau korban dari gaslighting.Â
Jangan sampai, kata-kata manis yang keluar dari mulut kita dapat menyebabkan orang lain menjadi merasa tidak percaya diri, cemas, depresi, sulit membedakan mana yang benar dan yang bohong, dan timbul ketergantungan kepada pelaku gaslighting.Â
B. Alasan seseorang melakukan gaslighting
Ketika seseorang berbicara yang manis dan bernada manipulatif, sebenarnya kita harus bertindak waspada, ya. Agar kita tidak termakan oleh narasi palsu yang sedang ia luncurkan. Karena, pelaku gaslighting bisa siapa saja. Bahkan orang terdekat kita. Mungkin pasangan, saudara, kakak, adik, anak, teman dekat, dan lain-lain.
Alasan seseorang menjadi pelaku gaslighting adalah karena ia ingin menguasai orang lain. Dia merasa bahwa dirinya berhak untuk mengendalikan orang tersebut. Pelaku gaslighting beranggapan bahwa hanya perasaan dan pendapat mereka sendirilah yang paling penting.
Pada umumnya, orang yang melakukan gaslighting adalah orang yang memiliki ego tinggi, narsistis, dan sombong. Pelaku gaslighting disebut dengan istilah gaslighter. Dia akan terlihat sangat berkuasa dan mengontrol orang lain dengan cara yang dikehendakinya.
Secara terus menerus seorang gaslighter akan menyerang psikis korban dengan narasi-narasi semanis madu tapi mengandung racun yang sangat mematikan, dan menghujani korban dengan kebohongan yang berulang-ulang.
C. Contoh-contoh kalimat gaslighting
Sebenarnya belum ada data yang pasti menyangkut berapa banyak kalimat yang sering kita pakai dalam komunikasi sehari-hari, ternyata masuk ke dalam kategori kalimat yang mengandung gaslighting.
Namun, beberapa contoh berikut mungkin dapat dijadikan panduan untuk mengenali dan menganalisa kalimat sejenis yang bisa saja tanpa sengaja kita ucapkan atau kita menerima kalimat itu dari orang lain.
Dikutip dari cnnindonesia.com, berikut adalah beberapa contoh kalimat yang mengandung gaslighting.
1. "Bercanda kok."
Kalimat ini sering sekali terucap dari mulut seseorang, saat ia sebelumnya telah berkata yang kurang enak kepada kawan bicaranya.
Dia menutup efek buruk kalimat tersebut dengan mengatakan bahwa kalimat yang ia lontarkan tadi hanyalah candaan belaka.
Dengan tujuan agar si target tidak merasa sakit hati dan ikut berpendapat yang sama dengan pelaku. Bahwa kalimat yang bisa saja menyakitkan hati itu, hanyalah candaan saja.
2. "Emang kapan aku ngomong seperti itu?"
Berbentuk pertanyaan, terkesan seperti meragukan daya tangkap indrawi si target. Sehingga dengan pertanyaan ini, target akan bertanya juga kepada dirinya sendiri.
"Benar gak sih, tadi dia ngomong seperti itu?" Lalu, setelah terus bertanya kepada diri sendiri. Akhirnya, memori di otak kita akan menjawab. "Iya, mungkin saja telingaku salah dengar, mungkin benar dia tidak berkata begitu."
3. "Oh, jadi kamu mikir aku bohong."
Berupa kalimat yang menuduh sekaligus menyangsikan. Pelaku merasa bahwa target tidak mungkin menuduhnya berbohong.
Hal itu disebabkan karena relationship pelaku dan target sangat akrab. Jadi, pelaku menyatakan bahwa selama bergaul dengan target, ia sama sekali belum pernah berbohong.
Jadi, kalau target mulai menyangsikan jata-katanya, ia merasa hal itu bukanlah sesuatu yang pantas.
4. "Aku begini juga, gara-gara kamu."
Pelaku gaslighting secara terang-terangan menuduh target sebagai penyebab dari hal yang sedang ia alami.
Umpama, dia jadi selingkuh, bersikap protektif, cemburu buta, dan lain-lain. Agar terkesan bukan dia yang bersalah.Â
Maka, sebelum target mengatakan kesalahannya. Pelaku lebih dulu menuduh target sebagai penyebab dari semua hal yang dia lakukan.
5. "Dia itu memang ceroboh."
Labeling atau pelabelan, mencap negatif seseorang berdasarkan karakternya ini adalah gaslighting yang sangat keji.
Karena, labeling biasanya tidak hanya diucapkan dari pelaku kepada target secara berhadap-hadapan melalui komunikasi empat mata.
Tapi, pada umumnya juga melibatkan orang lain sebagai pendengar atau lawan bicara.
Saat labeling, bisa saja target tidak ada di tempat tersebut. Hanya ada pelaku dan pendengar lain saja.
Hal ini akan berdampak buruk pada citra dan karakter target di mata orang lain. Ia akan mendapat label jelek dan dijauhi. Padahal, sebenarnya dia tidak seperti yang dikatakan tersebut.
Tenang, dia bukan sedang hilang ingatan, melainkan tengah memanipulasi anda.
Kalimat ini juga merupakan contoh gaslighting, ya. Seakan berlagak menasihati dan berada di pihak anda.
Padahal, pelaku sedang mempengaruhi anda agar berpikiran negatif terhadap orang lain dan membenci tanpa sebab.
D. Cara menangani gaslightingÂ
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan, jika di dalam relationship kita. Baik dengan keluarga, pasangan, anak, dan teman sekerja ada indikasi ke arah gaslighting yang dilakukan orang lain terhadap kita.
1. Kenali pola gaslighting yang dilakukan. Apakah hanya sekedar agar kita terbuai kata-kata manis mereka, lalu bersikap lunak dan mengiyakan pendapat dan kemauan mereka. Atau sudah ke arah intimidasi, memutarbalikkan fakta, hingga kita sampai pada tahap mempertanyakan eksistensi diri kita sendiri.
Kalau sudah sampai tahap itu, wah tidak bisa didiamkan, ya. Bahkan, dari tahap awal pun seharusnya sudah dapat dicegah.
2. Terapkan batasan, tentunya untuk diri kita sendiri dan orang yang melakukan gaslighting pada kita.
Katakan pada diri sendiri untuk tidak percaya begitu saja pada kata-kata manis dari orang lain. Katakan juga pada diri sendiri bahwa anda sangat berharga, percaya diri, dan bersemangat, tidak mudah dipengaruhi dan dijatuhkan oleh orang lain.
3. Bila sudah mengarah ke toxic relationship. Maka, upayakan untuk menjauh adalah hal yang lebih bijaksana. Agar kita tidak berada dalam pengaruh dan intimidasi orang lain, hingga dalam waktu yang relatif singkat kita bisa kehilangan jati diri sendiri.
Yuk, waspadai pelaku gaslighting di sekitar kita. Atau analisa diri sendiri, yuk. Jangan-jangan malah kita sendiri yang menjadi pelaku gaslighting. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI