Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memanfaatkan Fasilitas Scalling Gigi dengan BPJS Kesehatan

11 September 2022   16:27 Diperbarui: 11 September 2022   16:36 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja, hal ini menyebabkan daging yang ada di dinding pipi bawah sering tergores oleh ujung gigi yang runcing ini. Lebih dari itu, letaknya yang tidak strategis, menjadi penyebab kedua gigi ini sukar untuk dibersihkan. Padahal, saat makan ada banyak sisa makanan yang masuk ke sana.

Dampaknya, saya sering sakit kepala. Karena gusi kedua gigi bungsu itu sering bengkak, daging di bagian dalam pipi pun radang dan perih. Beberapa minggu merasa tersiksa, saya pun tidak kuat, dan memutuskan mengikuti anjuran seorang teman untuk datang ke dokter gigi. 

Waktu itu, niat sudah bulat: 

"Cabut saja deh, biar sakitnya berhenti sampai di situ."

Sepulang sekolah, memberanikan diri datang ke sana untuk daptar. Pada pukul 4 sore, saya sudah stand by menunggu panggilan dokter. Suami dan anak-anak juga siap sedia menunggu, khawatir terjadi apa-apa pasca dicabut gigi.

Nama saya pun dipanggil, mulai tuh jantung dag dig dug der. Apalagi, saat dokter gigi memakaikan baju untuk pasen ke badan saya. Rasanya seperti sedang menghadapi panggilan wawancara. Setelah itu, saya duduk dengan posisi menyandar rileks pada kursi yang diset seperti posisi kayang. 

Tiba-tiba saja pak dokter yang usianya sudah senior itu berkata, "Saya periksa dulu, ya Bu? Kalau kondisi ibunya bagus, bisa langsung dicabut sekarang." Saya hanya mengangguk, antara bingung dan pasrah.

Tiba-tiba, drrrrrrrrrt! drrrrrrrrrrrt! terdengar seperti suara bor. Rupanya dari ruang sebelah, kebetulan memang ruang periksa ini ada dua ruangan yang bersebelahan. Ruang yang terdengar ada bunyi tersebut, mungkin merupakan ruang eksekusi. Sedangkan ruang tempat saya berada, ialah ruang diagnosa atau pemeriksaan.

Secara refleks, mungkin dari alam bawah sadar. Saya langsung bangun dan mencopot baju pasien yang berwarna biru itu, dan berdiri sambil membuka pintu, saya pun berkata, "Maap Pak Dokter, gak jadi deh dicabut giginya, saya belum siap." Saya pun buru-buru ke luar meninggalkan Pak Dokter Gigi yang melongo keheranan.

Alasan enggan scalling gigi

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi, mengapa kita enggan datang melakukan scalling gigi ke dokter gigi. Pertama, mungkin kita merasa bahwa tidak ada masalah yang terasa dengan gigi. Tidak ada keluhan yang terasa sama sekali, baik bengkak gusi, bolong, sakit gigi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita merasa gigi kita oke dan baik-baik saja. So, buat apa harus datang ke dokter gigi? Padahal, plak kan tidak kelihatan, ya. Kita saja yang merasa baik-baik saja. Tau-tau gigi pada rontok baru tahu rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun