Kecantikan seorang perempuan akan lebih menguat auranya saat ia memakai kebaya. Hal itu tidaklah mengherankan. Sebab, kebaya pada umumnya hanya dikenakan pada acara-acara resmi dan sakral. Bukan untuk pakaian sehari-hari.
Sehingga, sekalinya perempuan mengenakan kebaya, umpama di hari pernikahan, kondangan, menghadiri acara resmi di kantor, pelantikan, dan lain-lain. Mereka akan tampak manglingi, seperti bukan keseharian dia.Â
Oleh karena itu, inner beauty dari perempuan tersebut akan memancar, merefresentasikan apa yang ada dalam jiwanya, terpancing oleh pesona kebaya.
Ibu Tien dan Kebaya
Bila berbicara tentang kebaya, saya selalu teringat dengan istri presiden Soeharto, yakni ibu Tien. Entah mengapa, terasa pantas saja melihat beliau mengenakan kebaya dalam mendampingi kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan.Â
Kebaya melambangkan suatu kondisi yang elegan, terhormat, dan bernilai luhur. Hal ini sangat beralasan, mengingat kebaya merupakan pakaian adat yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Saat ini kebaya sudah merupakan busana adat Indonesia.
Kebaya Ibu Ageung
Dahulu, sewaktu kecil saya sering disuruh nenek mengantarkan pesanan gula merah ke rumah seorang juragan perempuan, bernama Ibu Ageung. Entah siapa nama aslinya, tapi saya senang memanggilnya begitu.