Ternyata, pengaruh piranti teknologi ini tidak main-main. Anak-anak menjadi tidak mudah dipantau oleh orang tua, dalam hal tontonan, tayangan berbau pornografi dan porno aksi begitu mudah di akses dari berbagai media sosial.
Dilansir dari Kompas.com, Susanto sebagai Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa hasil survei nasional KPAI yang dilakukan saat pandemi covid-19 menunjukkan, sekitar 22 persen anak-anak menonton tayangan yang tidak sopan, bermuatan konten pornografi, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Kedua, saat menginjak remaja seorang anak akan mengalami masa pubertas. Secara alami tubuh mereka akan mengalami perubahan sebagai tanda kedewasaan.Â
Bagi anak laki-laki suara akan mulai membesar dan berubah menjadi berat, tumbuh jakun, tumbuh kumis dan janggut, tumbuh rambut-rambut halus pada ketiak dan organ kelamin, pundak dan dada tampak bidang, dan organ kelamin membesar.
Seiring dengan perubahan pada tubuh akibat pubertas tersebut. Maka, akan muncul pula ketertarikan yang kuat kepada lawan jenis. Oleh sebab itu, pada masa ini anak remaja mulai melakukan proses pendekatan, dalam istilah masa kininya disebut 'ngeceng'. Dalam fase tersebut, banyak pula remaja laki-laki yang mengalami mimpi basah sebagai penyempurnaan masa pubertas mereka.
Ketiga, pengetahuan atau bekal pendidikan agama serta pengawasan orang tua yang kurang. Menjadi faktor pendorong berikutnya yang tidak kalah penting. Karena, jika seorang anak dibekali dengan nilai agama yang kuat dan memiliki orang tua yang penuh perhatian. Maka, dia akan mampu mengendalikan pengaruh gadget dan perubahan yang terjadi pada dirinya.Â
Oleh karena itu, penting bagi orang tua di rumah, untuk menanamkan nilai-nilai agama dan selalu mengecek jadwal menstruasi putri tercintanya.Â
Akibat hamil di luar nikah
Banyak dampak negatif yang akan diterima oleh remaja putri, saat ia hamil di luar nikah. Karena, bila seorang pelajar terkena kasus pergaulan bebas ini. Di mana remaja putrinya hamil, maka biasanya remaja putra akan tetap dibiarkan melanjutkan sekolah. Sedangkan remaja putri, dengan kondisi kandungan yang mulai membesar, mau tidak mau harus berhenti dan putus sekolah. Akibatnya ia tidak akan mendapatkan ijazah.Â
Dari sini, gambaran masa depan yang benar-benar buram, mulai bisa dideteksi. Bagaimana bisa ia sebagai perempuan mengejar cita-cita, bila ada anak yang harus ia urus?
Pertama, saat seorang remaja hamil, maka ia akan merasa bahwa dunianya telah runtuh. Ia akan menyesal berkepanjangan. Namun, penyesalan itu tiada berguna. Karena, nasi sudah menjadi bubur. Nasib baik jika laki-laki yang menghamilinya mau bertanggung jawab dan menikahinya.Â