Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Sekarang, kebiasaan 'ngabungbang' atau merayakan dan menikmati indahnya bulan purnama itu sudah mulai hilang. Terkikis jaman dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Generasi muda jaman sekarang, belum tentu mengetahui dongeng tentang Nini Anth.
Masyarakat Sunda buhun, dengan sistem sosial matriarkhinya, sudah berupaya menempatkan ilmu pengetahuan dan cita-cita perempuan pada tataran yang musykil pada saat itu. Dimana cerita Nini Anth diperkirakan muncul pada tahun 1912.
Keterangan tentang adanya cerita ini, diperoleh berdasarkan tulisan C.M.Pleyte --seorang penulis berkebangsaan Belanda, ia menulis tentang kisah Nini Anth dalam bukunya yang berjudul De Inlandsche Nijverheid West Java Soocial-Ethnologisch Verschijnsel.Â
Di dalam buku tersebut, C.M. Pleyte menuliskan kisah Nini Anth dalam sebuah bentuk cerita pendek berbahasa Belanda, dengan judul Grootmoeder Spinster. Oleh karena itu, buku ini dianggap sebagai sumber resmi, pasti, dan tertua tentang dongeng Nini Anth.
Sebenarnya, terdapat perbedaan antara cerita Nini Anth yang biasa diceritakan oleh masyarakat Sunda pada umumnya, dengan dongeng Nini Anth yang ditulis oleh C.M. Pleyte. Hal yang berbeda tersebut terkait dengan nama-nama tokoh, karakter, plot, jalan cerita, dan amanat. Hal yang sama dapat kita temukan pada hal, tokoh utama naik ke bulan.
Bila pada cerita pertama, Nini Anth ditarik oleh kekuatan gaib. Pada cerita dari C.M. Pleyte, anak yang bernama Nyi Anth bersama kucingnya menaiki pohon nibung yang sangat tinggi untuk dapat mencapai bulan. Diperlukan waktu satu tahun, hingga Anth dapat sampai di bulan.
Menurut pendapat saya, bukan suatu yang tidak mungkin, jika C.M.Pleyte sebagai penulis melakukan perubahan pada cerita tersebut. Karena ia merasa bahwa seseorang naik ke bulan dengan bantuan kekuatan gaib itu, terasa mustahil dan tidak masuk akal. Hal itu tidak akan dapat diterima oleh alam pemikiran masyarakat Belanda dan dunia saat itu. Sebab mereka sudah memiliki tingkat pengetahuan yang maju.
Bisa saja, dongeng Nini Anth sebagai karya sastra yang berkembang secara lisan. Muncul beberapa tahun, puluh tahun, bahkan ratus tahun sebelum C.M. Pleyte datang ke Jawa Barat, dan menulis tentang hal itu.
Hal ini menunjukkan bahwa alam pemikiran masyarakat Sunda sudah sangat maju. Imajinasi mereka sudah mengenal dunia antariksawan, dan dapat meramalkan bahwa di masa depan, bulan dan luar angkasa akan dapat dijelajahi. Padahal pengetahuan tentang hal tersebut, dapat dikatakan belum dikenal dalam peradaban masyarakat Sunda, bahkan dunia kala itu.
Karena, sebagaimana kita ketahui, Amerika Serikat saja yang dikenal sebagai negara adidaya dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, baru bisa menjalankan misi luar angkasanya pada tahun 1969. Dengan pesawat Apollo 11, berbasis Modul Lunar Apollo Eagle, Amerika Serikat melalui komandan Neil Amstrong, dan pilot Modul Lunar Buzz Aldrin, berhasil mendarat di bulan untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupan manusia. (*)