Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nini Anteh Sang Antariksawati dari Sunda

5 Agustus 2022   12:22 Diperbarui: 5 Agustus 2022   12:35 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Anth sudah hidup bahagia di desa tersebut, bersama suami, dua orang anak, dan kucingnya yang bernama Candramawat. Tiba-tiba Putri Endahwarni dari istana datang ke desa itu dan bertemu Anth. Putri Endahwarni meminta maaf kepada Anth dan memboyong keluarga Anth untuk tinggal di istana.

Karena, rumah Anth berdekatan dengan istana sang putri. Maka, mau tidak mau Anth sering bertemu dengan Pangran Anantakusumah. Hal tersebut menyebabkan rasa cinta yang dulu menggebu dalam hati sang pangeran, kembali bergejolak. Ia bahkan tidak segan-segan untuk meminta Anth hidup bersamanya. Tentu saja, Anth menolak. Namun, sang pangeran terus saja mengejar Anth.

Cerita ditutup secara anti-klimaks, dimana Anth bersama Candramawat kucingnya, dan alat tenun yang sedang dipakainya untuk menyulam, tetiba saja saat Anth mencoba melarikan diri dari kejaran Pangeran Anantakusumah, ada kekuatan gaib dari rembulan yang sedang bersinar terang menarik mereka ke langit.

Nini Anth di-citra-kan sebagai perempuan dengan fisik yang rupawan, berhati mulia, istri, dan ibu yang baik, membantu mencari nafkah keluarga dengan menjahit, mandiri, tidak mendendam, dan menjaga harga diri serta kesuciannya sebagai perempuan.

Adanya dongeng Nini Anth yang men-citra-kan perempuan dalam fisik nenek-nenek yang menghuni bulan. Maka, hal itu merefresentasikan mengapa tetua, orang tua kita pada jaman dahulu disebut nenek moyang, bukan kakek moyang. Hal ini, mungkin berasal dari sistem sosial matriarkhi yang dikenal dan dipakai oleh beberapa suku yang ada di Indonesia.

Lebih dari itu, sebagai sebuah apresiasi dan penghargaan bagi perempuan. Karena, dari rahim mereka lah terlahir generasi-generasi, penghuni nusantara hingga sekarang ini. Sehingga lagu nenek moyangku pun terasa indah dan menyerap ke dalam sanubariku, saat dinyanyikan di golodog (pintu masuk menuju ke rumah). Sambil duduk selonjor, kaki berayun-ayun, ngabungbang menikmati bulan purnama dan tawa riang anak-anak.

Nenek Moyangku

Uwa and Friend

Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai

Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun