Buah salak jeung dalima
Meulina di pasar lama
Lamun hayang jadi jalma
Kudu had jeung sasama
Cerita tentang Nini Anth akan diceritakan nenek, saat kami menjelang tidur. Bahwa, pada jaman dahulu, di Jawa Barat berdirilah sebuah kerajaan bernama Pakuan. Raja memiliki seorang putri bernama Putri Endahwarni.
Di dalam istana sang putri ditemani oleh dayang yang berusia sebaya dengannya bernama Anth. Nyai Anth dibesarkan dalam istana, dan disayangi oleh raja dan ratu. Meskipun, hanya anak dari seorang dayang bernama Nyai Dasti, yakni dayang kesayangan ratu yang meninggal saat melahirkan Anth.Â
Namun, raja dan ratu tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang. Anth sudah dianggap sebagai keluarga, bahkan diangkat sebagai dayang bagi putri Endahwarni.
Entah mengapa, dalam pemikiran kanak-kanak saya saat itu, selalu mengumpamakan diri sebagai tokoh utama dalam setiap cerita nenek. Saat mendengar dongeng Nini Anth pun, saya memposisikan diri sebagai Anth.
Saya selalu tergoda untuk bertanya, "Sekarang Nini Anth ada di mana?" sambil tersenyum merasa lucu, nenek akan menuntun saya ke luar rumah. Lalu, ia menunjuk bulan purnama, sambil berkata, "Dia sekarang berada di bulan, garis-garis itu kamu lihat kan, membentuk siluet seorang nenek-nenek, kucing, dan alat tenun? Itulah Nini Anth."
Nenek berkata, bahwa Anth memiliki rupa yang sangat cantik, sehingga calon suami putri Endahwarni, bernama Pangeran Anantakusumah tertarik kepadanya. Konflik bermula, saat putri Endahwarni merasa cemburu kepada Anth. Saat itu, sang putri melihat Pangeran Anantakusumah memandang Anth dari kejauhan dengan tatapan penuh cinta.
Karena, dibakar rasa cemburu, sang putri pun memutuskan untuk mengusir Anth dari istana. Ia merasa khawatir Anth akan merebut calon suaminya. Lalu, Anth pun pergi dari istana. Ia tiba di sebuah desa dan bertemu dengan adik dari ibunya, yaitu paman Dasta. Anth pun menetap di desa itu, dia menerima pesanan menjahit baju untuk membantu perekonomian dia dan pamannya.