Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Stop Kenakalan Remaja Sekarang Juga!

16 Juli 2022   21:09 Diperbarui: 17 Juli 2022   15:42 3466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak harus menutup mukanya karena menjadi korban bully dari teman-temannya (Sumber: Thinkstock)

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja saat ini, sudah mengarah kepada tindakan pidana dan kriminalitas. 

Ada banyak berita yang kita saksikan di TV maupun media online, bagaimana seorang remaja di bawah umur membegal seorang karyawati sebuah perusahaan, fenomena klitih di Yogyakarta hingga saat ini masih merajai trending topik, belum lagi masalah kecanduan narkoba, aborsi, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Bahkan tidak sedikit yang mengarah kepada tindakan menghilangkan nyawa orang lain. Wah, sungguh sangat berbahaya dan menghawatirkan, ya.

Kenakalan remaja merupakan tindakan menyalahi aturan, dan melanggar norma-norma masyarakat yang dilakukan oleh remaja. 

Batasan usia remaja, pada definisi ini adalah anak-anak yang berada pada usia antara 12-18 tahun. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan John W. Santrock --anggota dewan redaksi perkembangan anak dan psikologi perkembangan, bahwa usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.

Pada jaman dulu, kenakalan yang dilakukan oleh anak remaja biasanya merupakan kenakalan-kenakalan yang ringan, unik, dan lucu saja. Umpama, menyembunyikan lipstick atau sisir di dalam baju seragam, tidak memakai sabuk, memakai sepatu warna-warni, makan di kelas saat belajar, rambut dicat tapi ngakunya bawaan dari lahir, bolos ekskul pramuka satu kelas, dan lain-lain.

Jaman semakin canggih, teknologi dalam hal ini maraknya pengaruh gadget dan internet, telah mengantarkan remaja pada kenakalan yang brutal dan kriminal. Sebut saja narkoba, seks bebas, kecanduan alkohol, merokok, kabur dari rumah, bergabung dengan anak punk, menjambret, tawuran, bahkan aborsi dan bunuh diri.

Kenakalan remaja yang mengarah ke tindak pidana dan kriminal yang marak akhir-akhir ini. Jika tidak segera ditangani dengan cepat, tepat, terarah, dan terukur. Akan menyebabkan dampak negatif yang tidak main-main di masa depan. 

Baca juga: Pada-Mu Jua

Berikut beberapa kerugian yang akan dihadapi dunia pendidikan dan bangsa Indonesia, bila kenakalan remaja dibiarkan, dianggap sebagai suatu fase yang normal dan wajar dilalui oleh mereka.

Pertama, negara akan kehilangan generasi penerus yang berkualitas. Fenomena lost generation akan menjadi ancaman yang nyata di depan mata. Padahal, tahun 2022 ini, dinas kependudukan mencatat bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Artinya, meningkatnya jumlah generasi muda yang menjadi penghuni negara ini. Jika dimanfaatkan dengan baik, maka bonus demografi ini akan menjadi peluang untuk menggenjot kemajuan negara dalam berbagai bidang. Tapi, bila generasi muda kita sudah dimakan hama 'kenakalan remaja' sejak dini. Maka, bukan bonus yang akan didapat negara kita. Namun, justru malapetaka yang sangat besar akan datang.

Kedua, terganggunya ketenteraman masyarakat. Bila remaja kita banyak melakukan tindakan tawuran antar pelajar, menjadi begal, melakukan penjambretan, mencuri kendaraan bermotor, dan lain-lain. Akibatnya, masyarakat akan menghadapi kekhawatiran dan ketenangan masyarakat akan terganggu. Sehingga, kegiatan masyarakat untuk bekerja, melakukan kegiatan ekonomi, dan menjalani kehidupan sehari-hari mereka dalam keadaan ketakutan.

ilustrasi kenakalan remaja | Sumber: Tribunnews.com
ilustrasi kenakalan remaja | Sumber: Tribunnews.com

Ketiga, menimbulkan kerusakan dan merugikan negara. Dapat kita bayangkan, berapa banyak fasilitas negara yang rusak akibat kenakalan remaja. Umpama karena tawuran, geng motor, pembegalan, demonstrasi yang brutal, dan lain-lain. Jika hal itu terus-menerus terjadi dan dibiarkan begitu saja.

Bukan suatu hal yang tidak mungkin, jika negara kita akan terganggu sistem perekonomiannya. Karena, cadangan devisa dan keuangan negara banyak dihabiskan untuk mengganti dan memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat kenakalan remaja.

Penting bagi guru untuk memberikan edukasi dan sosialisasi tentang kenakalan remaja, jenis-jenis tindakan yang mengarah pada kenakalan remaja, faktor penyebab, dan cara mengatasi masalah tersebut. Agar tidak menimbulkan efek jangka panjang yang berbahaya dan merugikan.

Sebenarnya, faktor utama dan menjadi tonggak utama untuk dapat mengatasi masalah kenakalan remaja ini, harus dimulai dari orang tua. Karena, seperti yang dikatakan oleh Ustadz Abdul Somad, Lc. Bahwa sejatinya penyebab mengapa seorang remaja bisa nakal itu adalah karena makanan yang diberikan orang tuanya, mungkin secara agama kurang 'halal'.

Sehingga, saat makanan itu masuk ke dalam perut anak. Lalu mengalir melalui sel-sel darah. Ketika masuk ke dalam otak, akan menyebabkan sel otak diliputi gumpalan hitam. Dampaknya, anak akan sukar untuk dinasihati.

Faktor penyebab yang kedua adalah buruknya komunikasi antara orang tua dan anak menjadi penyebab lain dari timbulnya kenakalan remaja. 

Dilansir dari sebuah jurnal psikologi bahwa ada beberapa gaya komunikasi yang dilakukan orang tua, disinyalir menjadi penyebab anak terlibat kenalan remaja.

Gaya komunikasi pasif, pesan yang disampaikan tidak jelas, melakukan pembiaran atau cuek kepada anak, dan lebih senang mengalah untuk menghindari konflik dengan anak. Dampaknya anak akan sulit dikontrol dan cenderung melawan kepada orang tua.

Gaya komunikasi agresif, pesan yang disampaikan tidak menghargai perasaan dan pendapat pribadi anak. Orang tua lebih banyak memaksa dan memaki anak baik fisik atau verbal. Dampaknya, anak akan menjadi pribadi yang tertutup, pendiam, dan cenderung melampiaskan emosinya kepada orang lain.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh peserta didik agar mereka tidak melakukan tindakan yang mengarah pada kenakalan remaja.

Peserta didik dan orang tua secara bersama-sama membuat kesepakatan bersama, terkait penggunaan gadget. Berapa jam waktu untuk belajar, main game, dan beribadah. Kedua pihak harus taat, patuh, dan bertanggungjawab untuk melaksanakan kesepakatan tersebut.

Peserta didik di sekolah diarahkan untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang positif berupa sholat dhuha bersama, membaca Al-Qur'an, membaca, mengikuti ekskul dan menggunakan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat.

Batasi diri untuk bergaul, apalagi dengan lawan jenis. Agar tidak tenggelam dalam pergaulan bebas, narkoba, merokok, dan anak punk. Meskipun dalam berteman, kita harus berteman dengan siapa saja. Tapi, untuk lebih menyelamatkan diri sendiri, sekolah, keluarga, dan negara. Maka, peserta didik harus memilah dan memilih teman yang akan membawa kepada kebaikan atau tidak.

Lebih banyak menghabiskan waktu libur bersama keluarga, jalin komunikasi asertif bersama orang tua, artinya komunikasi yang dilakukan tegas, penuh rasa sopan santun, dan saling menghargai. Dengan begitu, maka akan memperbaiki kegagalan komunikasi yang selama ini dialami.

Tumbuhkan semangat berkompetisi, ikutlah berbagai perlombaan, dan kegiatan-kegiatan yang positif. 

Seperti kata pepatah, "Luangkanlah waktumu 15 menit saja dalam sehari, untuk mempelajari hobi yang kamu sukai. Lakukanlah secara konsisten setiap hari. Maka, dalam waktu lima tahun, kamu akan menjadi ahli dalam bidang itu.

Semangat, anak-anakku...peserta didik kelas VII Spensa sakola jawara sang juara. Kalian adalah generasi muda harapan bangsa. Di pundak kalianlah kami amanahkan estafet kepemimpinan bangsa ini. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun