keluarga kita sudah mulai renggang, dingin, kaku, bahkan membeku seperti bongkahan es di kutub utara. Maka, hati-hati dan waspadalah. Pasti ada sesuatu yang salah nih dalam pola kehidupan kita selama ini.Â
Jika dirasa hubungan dalamBermula dari kesibukkan anggota keluarga
Entah karena kesibukkan semua anggota keluarga yang mulai beraktivitas di luar rumah. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja tidak kenal lelah, selalu cari lemburan untuk tambahan finansial. Kadang pulang di atas jam sembilan malam. Tiba di rumah dalam keadaan lelah. Hanya mampu mandi, makan, nonton tv, lalu tertidur di sofa.Â
Begitu juga dengan ibu, apalagi bila ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga. Dari pagi hingga sore, ia kuras tenaganya untuk bekerja. Selain sebagai sarana pengembangan diri. Bekerja bagi seorang ibu juga sebagai wahana untuk ibadah, membantu sang suami mencari nafkah.Â
Tahu sendiri, ya zaman sekarang ini mengandalkan penghasilan kepala keluarga saja, apalagi jika gaji terbatas. Rasa-rasanya tidak cukup, apalagi harga-harga bahan-bahan kebutuhan pokok, terus-terusan melonjak naik.
Meskipun tidak pulang malam hari seperti suaminya. Tetap saja, seorang ibu merasa kelelahan. Karena, sesampainya di rumah. Ia pun kembali bekerja mengurusi pekerjaan rumah tangga.Â
Terkadang, hingga tengah malam masih berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. Entah itu mencuci baju, mengepel lantai, memasak, dan menjemur pakaian. Agar keesokan harinya. Bisa pergi bekerja dengan tenang.Â
Dengan demikian, semua orang terlihat sibuk sendiri. Apalagi, bila anak-anak sudah beranjak dewasa. Mereka semua memiliki aktivitas hariannya masing-masing. Bertemu di rumah, mungkin hanya saat makan pagi atau saat mau tidur saja. Itu pun, kadang tidak saling menyapa. Setiap orang tenggelam dalam rutinitas dan tugasnya sendiri-sendiri.
Kalau sudah begitu, keadaan keluarga rasanya seperti kehilangan peran dan fungsinya. Rumah bukan lagi home, tapi hanya sekadar house saja. Tempat tidur, makan, mandi, dan aktivitas fisik lainnya. Tanpa ada keceriaan, senyum lembut, sapaan penuh kasih sayang, dan kebahagiaan.
Apa yang dapat kita lakukan? Jika hubungan antar anggota keluarga sudah terlanjur berjalan seperti itu? Peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu amat diperlukan di sini. Untuk mengobati kekakuan yang massif dan mengancam kehangatan keluarga.
Pillow talk sebagai sebuah solusi
Kata ini sepertinya sudah tidak asing lagi, ya. Jika pun belum tahu istilahnya, mungkin beberapa keluarga sudah menerapkan hal ini.Â
Dilansir dari healthline pillow talk disebut sebagai percakapan santai, intim, dan akrab yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri, atau antara orangtua dan anak sebelum tidur, saat leyeh-leyeh nonton tv.Â
Seperti arti secara harfiahnya yakni pillow yang berarti bantal dan talk adalah berbicara. Maka, pillow talk memiliki makna pembicaraan yang dilakukan untuk mendekatkan pasangan secara emosional.Â
Apa saja topik pembicaraan yang bisa kita bahas saat pillow talk. Mungkin tidak serius, atau to the point, kita berkata, "Pillow talk, yuk!" Tapi, secara alami saja. Saat suami sudah selesai mandi, makan, dan dia leyeh-leyeh di ruang tv. Ibu ambillah bantal dan ikutan berbaring di dekat suami. Atau suruh suami tidur di pangkuan ibu. Pijat-pijat bagian pundak dan kepalanya. Ajaklah suami berbicara dari hati ke hati.
Mulai dengan membicarakan hal-hal menyenangkan yang pernah dialami bersama
Mungkin berupa potongan cerita berisi kenangan-kenangan romantis. Saat suami melakukan pendekatan dulu. Atau bila terlalu kliseu, membicarakan romantisme. Kita bisa bahas tentang kelucuan dan tingkah nakal anak-anak di masa kecil. Bagaimana saat mereka begitu lekat dengan bapaknya, menggelendot manja, dan selalu ingin ikut kemana pun orang tua pergi.
Saat seperti itu, bila ada anak-anak lewat dari ruang makan menuju kamarnya. Ajaklah bergabung, "Sini, Kak! gabung, acara sepak bola lagi seru nih." Saya yakin, jika anak-anak melihat ibu dan ayahnya berdekat-dekatan seperti itu dan ngomong dari hati ke hati, serta suasana yang hangat. Maka, mereka pun akan tertulari kehangatan tersebut.
Jika pun menolak untuk bergabung bersama orangtua. Karena, ada tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Namun, setidaknya mereka tahu bahwa rumahnya adalah tempat yang pantas untuk pulang. Menyediakan ketulusan, senyuman hangat, dan kasih sayang. Hal itu harus dimulai dari orang tua. Dan ibu adalah faktor utama dari perbaikan suasana tersebut.
Lakukan pillow talk secara konsisten
Butuh perjuangan dan konsistensi ekstra, agar suasana rumah tangga yang beku kembali hangat. Tentu saja, efek dari pillow talk tidak akan berdampak signifikan, bila hanya dilakukan sekali saja.Â
Oleh karena itu, seorang ibu dituntut untuk meluangkan waktu dan menyediakan tenaga yang kuat agar bisa mempersiapkan mental dan emosi yang stabil untuk melakukan pillow talk.Â
Jika dibutuhkan, sewalah asisten rumah tangga yang dibayar harian untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang menguras tenaga, seperti menyeterika dan membersihkan rumah. Untuk menghemat biaya, jasa ART bisa disewa hanya satu kali seminggu, di hari Sabtu saja.
Aktivitas pillow talk akan optimal saat pasangan tidur dalam satu ruangan
Ketika usia perkawinan menginjak usia puluhan tahun, sepuluh hingga dua puluh, bahkan tiga puluh tahun. Saat anak-anak sudah beranjak dewasa, kuliah, bahkan sudah ada yang berkeluarga. Pada umumnya, pasangan suami istri ada yang memilih untuk tidur terpisah. Suami di kamar depan, istri di kamar belakang.Â
Hal itu dikarenakan oleh rutinitas perkawinan telah berlangsung secara monoton dan tidak menarik lagi. Hubungan yang ada hanya sebatas hidup bersama dalam satu rumah, mempertahankan status, dan anak. Dengan demikian, salut sekali bagi pasangan suami istri di usia tua yang masih bersedia tidur bersama dalam kamar yang sama.
Bila kita ingin aktivitas pillow talk berlangsung secara optimal, dan dampaknya terasa lebih signifikan. Maka, sebaiknya lakukan pillow talk saat hendak tidur.Â
Nah, itulah langkah-langkah melakukan aktivitas pillow talk untuk kembali hangatkan romantisme dalam keluarga. Selamat mencoba, semoga berhasil ya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H