Ibu yang bersikap tenang adalah kunci utama bagi kesembuhan anak.
Ibu mana yang tidak hancur mentalnya, saat mengetahui buah hati kesayangannya divonis terkena kanker oleh dokter.Â
Pasti sangat down sekali, dunia bahkan terasa seperti berhenti untuk berputar. Menyalahkan diri sendiri adalah hal kemudian sebagai fase kedua yang dilakukan oleh seorang ibu.
Pikirannya terus menganalisis dan bertanya, Â mencari akar permasalahan yang menjadi penyebab semua itu bisa terjadi kepada buah hatinya.Â
Mengapa dia tidak ekstra hati-hati dalam menjaga asupan makanan anaknya. Apa saja yang dilakukan anak sehari-hari? Pada akhirnya seorang ibu akan bersikap protektif dan membatasi aktivitas yang bisa dilakukan oleh buah hatinya.
Padahal, sikap tersebut justru akan membebani fsikis anak. Karena, ketika melihat ibunya tampak murung, sedih, dan serba melarang. Anak akan terpengaruh kejiwaannya dan meniru bersikap seperti yang dilakukan ibunya.Â
Anak akan merasakan kekhawatiran dan rasa stres yang dipancarkan oleh ibunya. Hal itu sangat wajar terjadi, sebab perasaan seorang ibu biasanya akan menular kepada anaknya.
Nah, bagaimana agar seorang ibu bisa bersikap tenang, berpikir jernih, fokus pada solusi, dan tetap merahasikan penyakit yang diderita anak. Sembari ibu sendiri mempersiapkan hati dan mental agar dapat memberitahukan penyakit tersebut di kemudian hari kepada anak.
Yuk, intip 5 hal apa saja yang harus ibu lakukan.
Boleh menangis, sekedar meluapkan perasaan yang berkecamuk
Saat pertama kali, ibu menerima kabar dari dokter, bahwa buah hati tercinta divonis kanker. Tentu saja, menangis adalah hal yang akan dilakukan oleh semua ibu bahkan ayah di dunia ini. Hal tersebut sangat normal dan manusiawi.
Bagaimana tidak? Vonis akan suatu penyakit mematikana, apalagi pada anak. Dampak emosinya tidak main-main. Oleh karena itu, kita sebagai ibu hilangkan rasa gengsi dan jaim. Menangislah dengan kencang, luapkan semua kesedihan melalui air mata.
Dilansir dari health.com bahwa menangis adalah sarana untuk membersihkan perasaan, melalui pelepasan emosi yang sehat. Dengan menangis beberapa saat, setelah reda kita akan merasa lega. Kita akan melepaskan semua perasaan tertekan dalam dada diakibatkan vonis tersebut.
Bersikap menerima
Tahap selanjutnya, kita buka hati seluas-luasnya untuk bersikap menerima. Bahwa, vonis kanker untuk si buah hati adalah takdir dan sebagai bagian dari perjalanan hidup.Â
Tutuplah akses bagi keluhan dan ratapan, serta bertanya mengapa. Bersikap tegar adalah hal utama yang harus ditampakkan di depan anak.
Ingatlah hadits Nabi yang berbunyi :
Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, apabila mendapatkan kesenangan dia bersyukur, sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. (H.R. Muslim)
Dengan bersikap menerima, kita akan dapat berpikir dengan jernih dan rasional. Untuk mengambil langkah selanjutnya bagi proses pengobatan buah hati tercinta.
Konsultasi dengan dokter
Ajaklah si kecil berkonsultasi ke dokter spesialis anak langganan kita. Biarkan ia menikmati proses pemeriksaan dokter seperti biasa, saat ia datang ke dokter tersebut.Â
Setelah beres pemeriksaan, bawa anak ke luar. Minta suami atau pengasuh untuk mengajaknya jalan-jalan di luar.
Kita konsultasikan masalah vonis kanker tersebut dengan dokter. Mintalah saran yang baik dari dokter tentang cara pengobatan seperti apa, dimana, berapa perkiraan biayanya, dan berapa persen estimasi tingkat kesembuhan, jika terpaksa harus dilakukan operasi.
Hal tersebut penting sekali untuk diketahui, agar segala hal yang berkaitan dengan proses pengobatan dapat dipersiapkan dengan optimal. Karena, biaya pengobatan untuk kanker, biasanya memerlukan dana yang cukup besar.
Cari second opinion
Bukan berarti kita tidak percaya dan menafikan diagnosa dokter yang pertama tentang penyakit sang buah hati.Â
Tidak ada salahnya kok, mencari second opinion dari dokter lain. Agar kita merasa lebih yakin, atau bisa saja ada diagnosa lain yang lebih ringan tentang penyakit buah hati kita.
Terkadang dalam diagnosa suatu penyakit yang cukup berat, second opinion itu mutlak diperlukan, lho. Hal ini, dimaksudkan untuk mencari solusi dan jalan pengobatan terbaik.Â
Karena, isi dua kepala akan berbeda dengan satu kepala. Manusia kan tidak ada yang sempurna. Dengan bersinergi dan kolaborasi, akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pengobatan non-medis berupa kebahagiaan dan keceriaan
Peneliti kanker pada anak di rumah sakit Dr. Sardjito, Prof. Sutaryo menjelaskan bahwa selain berikhtiar dengan medis berupa pengobatan di rumah sakit, kemoterapi, operasi, konsumsi obat, dan sebagainya.
Ada ikhtiar non-medis yang amat penting dilakukan. Kabar baiknya, ikhtiar non-medis ini sangat berpengaruh dan dinilai epektif bagi proses penyembuhan kanker pada anak.
Apakah yang dimaksud dengan upaya pengobatan non-medis tersebut? Jawabannya adalah kebahagiaan dan keceriaan.
So, Mom and Dad yang buah hatinya divonis menderita kanker, jangan khawatir dulu, ya. Lima langkah di atas dapat kalian coba dipraktekan.Â
Meski sangat berat, tapi kamu harus menghadapinya. Nikmatilah takdir yang telah diberikan kepada keluarga kita. Sikapi dengan tetap ceri dan bahagia, agar buah hati kita lupa pada penyakitnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H