Untuk hal-hal lainnya mereka akan tetap diam tak bergeming, fokus menunggu kail disambar ikan. Untuk satu kopi yang dipesan dapat dibanderol dengan harga Rp 2.000 per gelas, mie rebus tanpa telur Rp 5.000, mie rebus dengan telur Rp 7.000 untuk semua item ini.
Kita bisa survei di lapangan dengan cara membeli mie rebus di warung tetangga. Berapa kira-kira yang harus kita bayar, atau survei yang lebih murahnya, cukup dengan bertanya saja, sudah cukup.
Perlengkapan memancing
Pada umumnya, setiap pemancing memang sudah mempersiapkan semua perlengkapannya ketika akan memancing. Dari mulai joran, reel, kail, umpan dan sebagainya. Bahkan, untuk umpan mereka telah meracik umpan sedemikian rupa agar disukai ikan.Â
Tetapi, dalam pelaksanaannya di lapangan. Ada saja yang kurang dan di luar persiapan, umpama joran yang patah, kail rusak, umpan habis, dan lain-lain.Â
Tidak ada salahnya, jika kita sebagai pengelola usaha menyediakan perlengkapan tersebut. Dimulai dalam jumlah sedikit saja dahulu, sesuaikan dengan permintaan.Â
Bila banyak yang berminat, maka kita secara bertahap menyediakan dalam jumlah yang cukup. Tentu saja, untuk beberapa item yang sering diperlukan saja.Â
Soal harga, kita dapat menerapkan harga yang bersaing di pasaran, atau bisa juga dengan harga yang sedikit agak mahal. Mengingat barang tersebut kita sediakan di tempat, pemancing tidak harus jauh-jauh dan mengeluarkan ongkos untuk membelinya.Â
Bila pelanggan pemancingan kita masih dalam tahap permulaan, satu pegawai dengan sistem bagi hasil atau gaji, menurut saya masih bisa tertangani dengan baik, kok.Â
Coba kita lihat, untuk kasir di tiket masuk. Dia hanya bekerja, saat awal para pemancing masuk, disesuaikan dengan lapak yang ada tentunya.Â
Bila ada 35 lapak, maka tidak membutuhkan waktu lama untuk berjaga di sana. Apalagi, bila pemancing datang bersamaan.