Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Manfaat Mix and Match SK-7 dan HI (Holistik Integratif) bagi Peserta Didik

8 Mei 2022   16:12 Diperbarui: 11 Mei 2022   18:45 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mix and Match atau padu-padan biasa kita dengar dalam istilah fashion. Menurut kamus Thesaurus, makna mix and match adalah to put different things (such as pieces of clothing) together in different ways. Di artikel ini, istilah tersebut mengacu pada implementasi strategi komplementer dan pembelajaran Holistik Integratif saat pandemi.

Mengutip gorajuara.com, bahwa Kadisdik Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd.,M.Si. telah berhasil merancang satu program nyata dan aplikatif, ketika sektor pendidikan di tanah air lumpuh dihantam pandemi. Program tersebut adalah strategi komplementer 7 metode pembelajaran.

Strategi ini lahir berawal dari kegalauan beliau, saat melihat persoalan yang ada di dunia pendidikan, terlebih kala pandemi. Dinamakan strategi komplementer, karena 7 metode pembelajaran ini bersifat komplementer, saling mengisi dan melengkapi antara satu dan lainnya. Bila 1 metode sulit diterapkan karena terkendala fasilitas, maka 6 metode lainnya dapat dijadikan pilihan.

Selain strategi komplementer, Disdik Sumedang juga menggagas pembelajaran Holistik Integratif (HI), yaitu materi kecakapan hidup (life skill) dengan menerapkan slogan 'Semua tempat adalah sekolah, setiap orang dewasa adalah guru'.

Teknis pelaksanaan HI adalah peserta didik dan guru dikelompokkan menurut alamat tempat tinggal dalam sebuah kelompok belajar (kober). Tiap hari Sabtu, guru pembimbing (gubing) berkunjung ke titik kumpul kober dan memberikan materi kecakapan hidup. Materi tersebut seperti membuat tangram, celengan dari kaleng bekas, video iklan makanan tradisional, dan lain-lain.

Nah, implementasinya di lapangan, ke-7 metode pembelajaran tersebut dapat di-mix and match dengan pembelajaran HI. Tentu saja, didasarkan pada kemampuan, fasilitas, kondisi pandemi, dan potensi yang dimiliki sekolah. Berikut adalah implementasi strategi komplementer 7 metode pembelajaran di beberapa sekolah di Sumedang :

Pertama, Guru memanfaatkan studio mini untuk mengajar virtual secara zoom meeting, upload rekaman mengajar ke youtube.com, agar peserta didik dapat menonton secara live streaming.

Kedua, Tematik virtual, menyatukan beberapa materi pelajaran dari beberapa mata pelajaran, dikemas dalam bentuk tema. Lalu, dibuat slide power point-nya, guru rekaman mengajar, dan di-upload ke youtube.com.

Ketiga, Guru membuat modul bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS), lalu diberikan kepada peserta didik saat pembelajaran. Baik hard copy-nya, maupun dibagikan di WAG (whatssapp grup) dalam bentuk soft copy. 

Keempat, Pembelajaran home visit (guru kunjung), secara teknis peserta didik dibuatkan kelompok kecil, antara 5-10 orang yang rumahnya berdekatan. Guru datang ke tempat berkumpul kelompok tersebut, memberikan pelajaran secara tatap muka. Tentu saja, dengan patuhi protokol kesehatan.

Kelima, Bekerjasama dengan Sumedang TV dan Radio eRKaEs FM. Guru perwakilan dari MGMP setiap mata pelajaran siaran mengajar melalui radio dan televisi. Peserta didik dapat berpartisipasi, bertanya dan menjawab. Bagi peserta didik yang terkendala kuota, dapat menontonnya secara live streaming.

Keenam, Pembelajaran grup media sosial, peserta didik dibuatkan WAG setiap kelas. Bila sekolah terdiri dari 32 kelas, maka akan ada 32 grup whatssapp. Nah, guru dari 11 mata pelajaran masuk dalam setiap grup kelas yang diampunya. Saat daring, guru membagikan slide power point, voice note, dan video pembelajaran melalui WAG tersebut.

Ketujuh, Pembelajaran tugas berkala dan terukur adalah tugas proyek yang diberikan kepada peserta didik, dalam kurun waktu tertentu, umpama dua minggu. Minggu ke-1 mempersiapkan alat dan bahan, melakukan uji coba, dan mencatat hasil penelitian. Minggu ke-2, mereka mengerjakan LKPD dan pelaporan dari proyek tersebut, lalu mengumpulkannya.

Mix and match dari 7 metode pembelajaran tersebut mudah dilakukan. Sekolah yang memiliki fasilitas studio mini, dapat melaksanakan pembelajaran virtual, di-mix dengan tematik virtual. Bila di sekolah tidak ada fasilitas studio mini, hand phone dan minus internet, metode modul/LKS dan home visit dapat dijadikan pilihan.

Selain mix and match internal antar 7 metode pembelajaran. Mix and match juga dapat dilakukan eksternal antara 7 metode pembelajaran dengan pembelajaran HI. Caranya, saat kasus Omicron naik, maka HI dapat dilaksanakan secara virtual zoom meeting, tugasnya di-share di media sosial tiktok, instagram, dan lain-lain. Ada 3 manfaat yang akan diperoleh peserta didik dari mix and match tersebut, diantaranya :

Pertama, Meningkatkan semangat belajar, dilansir dari databoks.katadata.co.id, berdasarkan survey yang diadakan oleh Media Survey Nasional (Median) terhadap orang tua peserta didik, diperoleh hasil bahwa orang tua melihat anaknya mulai bosan mengikuti pembelajaran daring (dalam jaringan).

databox-6277888fef62f63c3030ff12.png
databox-6277888fef62f63c3030ff12.png
                                                                                                        Sumber : Databoks.katadata.co.id.

Oleh karena itu, mix and match antara 7 metode pembelajaran dan pembelajaran HI, akan menjadi solusi bagi masalah tersebut. Metode yang bervariasi dan tidak itu-itu saja akan meningkatkan semangat belajar peserta didik.

Kedua, Meningkatkan kreativitas, tugas-tugas yang bersifat meng-explore daya kreatif peserta didik dalam pembelajaran proyek dan holistic integratif, umpama membuat power point, eco-enzyme, tangram, hasta karya celengan, video iklan makanan tradisional, menanam kangkung dan lele dalam ember, membuat bongsang tahu, tabulampot, dan lain-lain, akan merangsang imaji, dan kreativitas mereka. Peserta didik akan bersaing dan menampilkan karya terbaiknya.

Ketiga, Inovatif, jangan overthinking dengan peserta didik generasi zillenial, mereka terkadang bisa berfikir out of the box alias anti mainstream. Sedikit saja, guru memberikan sentuhan, maka mereka akan menghasilkan sebuah kreasi baru yang luar biasa

Itulah, 3 manfaat yang akan diperoleh peserta didik, jika strategi komplementer 7 metode pembelajaran di-mix and match dengan pembelajaran holistic integratif. Sebagai insan pendidikan, kita tentu berharap agar seluruh daya upaya yang dilakukan oleh dinas pendidikan ini, mampu meminimalisir dampak Learning Loss (kemunduran belajar) pada peserta didik kita. Semoga.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun