Mix and Match atau padu-padan biasa kita dengar dalam istilah fashion. Menurut kamus Thesaurus, makna mix and match adalah to put different things (such as pieces of clothing) together in different ways. Di artikel ini, istilah tersebut mengacu pada implementasi strategi komplementer dan pembelajaran Holistik Integratif saat pandemi.
Mengutip gorajuara.com, bahwa Kadisdik Sumedang, H. Agus Wahidin, S.Pd.,M.Si. telah berhasil merancang satu program nyata dan aplikatif, ketika sektor pendidikan di tanah air lumpuh dihantam pandemi. Program tersebut adalah strategi komplementer 7 metode pembelajaran.
Strategi ini lahir berawal dari kegalauan beliau, saat melihat persoalan yang ada di dunia pendidikan, terlebih kala pandemi. Dinamakan strategi komplementer, karena 7 metode pembelajaran ini bersifat komplementer, saling mengisi dan melengkapi antara satu dan lainnya. Bila 1 metode sulit diterapkan karena terkendala fasilitas, maka 6 metode lainnya dapat dijadikan pilihan.
Selain strategi komplementer, Disdik Sumedang juga menggagas pembelajaran Holistik Integratif (HI), yaitu materi kecakapan hidup (life skill) dengan menerapkan slogan 'Semua tempat adalah sekolah, setiap orang dewasa adalah guru'.
Teknis pelaksanaan HI adalah peserta didik dan guru dikelompokkan menurut alamat tempat tinggal dalam sebuah kelompok belajar (kober). Tiap hari Sabtu, guru pembimbing (gubing) berkunjung ke titik kumpul kober dan memberikan materi kecakapan hidup. Materi tersebut seperti membuat tangram, celengan dari kaleng bekas, video iklan makanan tradisional, dan lain-lain.
Nah, implementasinya di lapangan, ke-7 metode pembelajaran tersebut dapat di-mix and match dengan pembelajaran HI. Tentu saja, didasarkan pada kemampuan, fasilitas, kondisi pandemi, dan potensi yang dimiliki sekolah. Berikut adalah implementasi strategi komplementer 7 metode pembelajaran di beberapa sekolah di Sumedang :
Pertama, Guru memanfaatkan studio mini untuk mengajar virtual secara zoom meeting, upload rekaman mengajar ke youtube.com, agar peserta didik dapat menonton secara live streaming.
Kedua, Tematik virtual, menyatukan beberapa materi pelajaran dari beberapa mata pelajaran, dikemas dalam bentuk tema. Lalu, dibuat slide power point-nya, guru rekaman mengajar, dan di-upload ke youtube.com.
Ketiga, Guru membuat modul bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS), lalu diberikan kepada peserta didik saat pembelajaran. Baik hard copy-nya, maupun dibagikan di WAG (whatssapp grup) dalam bentuk soft copy.Â
Keempat, Pembelajaran home visit (guru kunjung), secara teknis peserta didik dibuatkan kelompok kecil, antara 5-10 orang yang rumahnya berdekatan. Guru datang ke tempat berkumpul kelompok tersebut, memberikan pelajaran secara tatap muka. Tentu saja, dengan patuhi protokol kesehatan.