Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Membaca Sirah Nabawiyah sebagai Langkah Awal Meneladani Sifat Mulia Rasulullah

13 April 2022   13:24 Diperbarui: 13 April 2022   13:37 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta menyebutkan bahwa masyarakat (baca : umat Islam) menunjukkan ketertarikan dalam membaca tulisan berbentuk biografi dan otobiografi orang-orang terkenal dan sukses. 

Baik dari dalam dan luar negeri. Mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan ingin mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan orang tersebut menjadi terkenal dan sukses, apa yang dilakukannya. 

Setelah itu, pembaca bertekad untuk meneladani, menerapkan hal yang didapatnya dari kisah biografi tersebut dalam kehidupannya. Dengan harapan, ia pun akan ikut sukses dan terkenal. 

Namun, berapa banyak dari kalangan umat Islam yang tertarik untuk membaca sirah nabawiyah. Bahkan, bukan tidak mungkin bila ada umat Islam, yang belum tahu seperti apa penampakkan buku sirah nabawiyah. 

Padahal, sirah nabawiyah merupakan rekaman dari perjalanan hidup Rasulullah, mata rantai sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. dari sejak lahir, kecil, remaja, dewasa, menikah, menyebarkan risalah kenabian, hingga wafat.

Manfaat mempelajari sirah nabawiyah

Apa manfaat yang akan kita dapat, ketika membaca dan mempelajari sirah nabawiyah? itu mungkin pertanyaan yang akan muncul. Mempelajari sirah ternyata banyak manfaatnya bagi kehidupan kita sebagai umat Islam. Karena, sirah bukanlah semata-mata bacaan ringan dan hiburan, ya. 

Membaca dan mempelajari sirah nabawiyah sama artinya dengan sedang mengkaji agama. Karena sirah merupakan penunjang memahami sumber pokok dari syariat agama Islam. Mempelajari sirah dengan baik, akan mampu meningkatkan semangat ubudiyah kita kepada Allah SWT. dengan cara-cara yang benar.

Ketika kita membaca sirah nabawiyah, maka kita akan diperkenalkan dengan sosok Nabi Muhammad SAW. dan keluarga beliau. Sehingga hal tersebut akan menumbuhkan mahabbah (rasa kecintaan) dalam hati kita kepada beliau. 

Selain itu, di dalam sirah pun kita akan mengetahui bagaimana cara-cara Rasulullah dalam membina rumah tangga, dan mengurus keluarga besarnya. Sirah nabawiyah juga memberikan informasi tentang bagaimana Rasulullah mendidik para sahabatnya.

Melalui sirah nabawiyah, pemahaman kita tentang dunia akan meningkat. Kita akan mendapat informasi tentang masyarakat, sistem, ideologi, pemerintahan, budaya, dan teknologi masa lalu dibangun. Bagaimana sebuah masyarakat melakukan kegiatan hidupnya, mengoperasikan alat-alat sederhana pada masa tersebut, dan bagaimana mereka berubah.

Kualitas kepemimpinan

Imam Murtadha Gusau -Imam kepala jumu'ah Nagazi Uvete dan masjid Al Haji Abdurahman Okene, menyatakan bahwa berdasarkan analisis beliau tentang sirah nabawiyah dan mengintegrasikannya dengan beberapa karya peneliti di seluruh dunia, utamanya Johna Adair -Profesor kepempinan pertama di dunia, yang menulis tentang kualitas kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. pada tahun 2011. Ditemukan bahwa ada lebih dari 50 daftar komprehensif kualitas kepemimpinan kenabian dari Nabi Muhammad.

Hal ini menjadi rujukan bagi para pemimpin di dunia, bagaimana mereka mengadopsi, meniru, dan menerapkan kualitas kepemimpinan ala Rasulullah di negara-negara yang mereka pimpin. Dari 50 kualitas kepemimpinan tersebut, disimpulkan ke dalam 11 kualitas. Di mana dalam 11 hal tersebut terkandung 4 sifat Rasulullah yakni sidiq, amanah, fatonah, dan tabligh.

Berikut adalah aplikasi dari 11 kualitas kepemimpinan tersebut. Pertama, integritas dan kepercayaan, ini terlihat pada saat ada perselisihan dalam meletakan hajar aswad, setiap kabilah merasa mereka paling berhak. Sifat nabi Muhammad SAW, dari kecil menunjukkan Al-Amin artinya dapat dipercaya. Sehingga, para pemimpin Makkah saat itu, meminta Nabi Muhammad SAW. untuk menyelesaikan konflik tersebut. 

Solusi yang ditampilkan Rasulullah SAW, saat itu benar-benar adil dan mengakomodir semua keinginan kaum yang berselisih. Nabi Muhammad menghamparkan sorbannya, lalu meminta setiap pemimpin kabilah yang ada di Mekkah untuk ikut memegang bagian sorban tersebut dan meletakan hajar aswad secara bersama-sama.

ilustrasi meletakkan hajar aswad | Umroh.com
ilustrasi meletakkan hajar aswad | Umroh.com

Kedua, visi strategis beliau tampak saat perjanjian Hudaibiyah, yakni kesepakatan gencatan senjata antara kaum muslimin dengan kaum kafir Qurais. Para pengikut Nabi Muhammad SAW, merasa kecewa karena perjanjian tersebut dalam jangka pendek sangat merugikan kaum muslimin. 

Isi perjanjian tersebut adalah, jika kaum muslimin datang ke Mekkah untuk melakukan umroh, maka mereka akan menjadi tawanan kaum kafir Qurais. Sementara bila ada kaum kafir Qurais datang ke Madinah, mereka tidak boleh ditahan, harus diijinkan kembali ke Mekkah. 

Sekilas memang tampak sangat merugikan kaum muslimin, ya. Namun, Rasulullah memiliki visi yang strategis terkait perjanjian Hudaibiyah ini. 

Beliau melihat hikmah yang akan menguntungkan Islam dalam jangka panjang. Yakni, saat kaum muslimin datang ke Mekkah dan menjadi tawanan, mereka akan menjadi duta umat Islam, memperlihatkan akhlak Islam yang sesungguhnya. Dari sini, kemungkinan akan banyak kaum kafir Qurais yang tertarik untuk masuk Islam. 

Begitu juga, saat kafir Qurais dibiarkan bebas datang ke Madinah, mereka akan melihat bagaimana kaum muslimin hidup di Madinah, seperti apa menjalankan syariat Islam. Dari perjanjian ini, banyak kafir Qurais yang berbondong-bondong masuk Islam.

Ketiga, keberanian Rasulullah terlihat suatu ketika, di malam hari dalam periode Madinah. Saat itu para sahabat terbangun oleh suara keras yang menakutkan, ternyata ada kuda yang mengamuk tanpa kendali. Namun, untungnya ada seseorang dengan cepat dan berani keluar untuk mengendalikan kuda tersebut. Siapakah pemberani itu? ternyata yang keluar dan mengendalikan kuda itu adalah Rasulullah SAW.

ilustrasi pedang Rasulullah | Umma.id
ilustrasi pedang Rasulullah | Umma.id

Keempat, kompeten dan cakap. Nabi Muhammad SAW. memiliki karunia Jawami'ul Kalim, beliau mampu berbicara dengan kata-kata yang puitis, menjelaskan banyak hal dengan hanya beberapa kata saja. Namun, dampaknya para sahabat mengerti dan pembicaraan tersebut epektif. 

Rasulullah juga dikenal sebagai pendekar pedang, ahli berkuda, memiliki keterampilan praktis sehari-hari dari mulai kontruksi hingga menjahit baju sendiri.

Kelima, adil. Banyak bukti yang menunjukkan sifat adil Rasulullah. Di sini hanya akan ditunjukkan satu contoh saja, yakni saat seorang wanita dari Bani Makhzum mencuri, para sahabat merasa enggan untuk menerapkan hukum potong tangan. 

Mereka melobi Rasulullah melalui Usamah bin Zaid agar Rasulullah mengurungkan hukuman tersebut. Saat Usamah menyampaikan hal tersebut. Rasulullah berkata, "Demi Alloh, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan kupotong tangannya."

Keenam, Nabi Muhammad memiliki kemampuan untuk fokus dan cepat dalam mengambil keputusan tentang suatu masalah yang menuntut diselesaikan secara cepat. Setelah mengambil keputusan, pemikiran beliau dengan cepat beralih kepada tindakan. 

Beliau juga ahli hukum yang bersinergi dan mampu mengembangkan dan memanfaatkan keahlian para sahabatnya. Beliau tahu kapan waktu untuk diskusi dan kapan waktu untuk bertindak.

Ketujuh, Rasulullah bijaksana dan mampu berpikir praktis dalam waktu yang sama. Bukti dari kualitas ini, tampak saat ada seorang Arab Badui kencing di dalam mesjid, semua sahabat marah dan akan memukulinya. Rasulullah turun tangan, mencegah para sahabat memukuli orang tersebut, membiarkannya menyelesaikan hajat. 

Lalu Rasulullah berkata, bahwa bukan karena ingin berbuat onar dan melakukan agresi dan penghinaan kepada umat Islam, apa yang dilakukan orang Badui tersebut, semata karena dia belum tahu tentang etika di masjid. Sehingga harus diberikan nasihat dan pengajaran.

Kedelapan, Kesabaran yang luar biasa. Selama tiga belas tahun, dalam periode Makkah. Beliau mengalami hal-hal yang tragis dan menyedihkan. 

Dari mulai dikucilkan, dijauhi, disiksa, dilecehkan, beberapa sahabat dan orang tercintanya dibunuh. Bahkan, mengalami hingga dilempari dengan tahi, ludah, dan kotoran unta. Namun, beliau tetap sabar, tidak sedikit pun memiliki niat untuk membalas perbuatan tersebut atau berdo'a kepada Allah SWT. untuk menimpakan azab yang pedih kepada orang-orang yang telah mendzaliminya. Tidak, Rasulullah malah menjenguk ketika orang yang setiap hari melempari beliau dengan kotoran itu sakit. Sungguh, kesabaran yang luar biasa.

Kesembilan, cerdas dalam berbagai hal. Secara kognitif, sosial, emosional, dan spiritual. Beliau mampu menyeimbangkan empat potensi tersebut. Mengarahkan diri sendiri dan menginspirasi orang lain dalam mencapai tujuan. Membahagiakan diri sendiri dan membuat orang lain bahagia. 

Kesepuluh, welas asih dan memiliki kasih sayang yang berlimpah. Hal itu, beliau terapkan kepada keluarga, sahabat, lingkungan, bahkan kepada orang-orang yang membenci dan mendzaliminya. Yaitu, saat seorang nenek selalu membuang sampah di  jalur yang dilewati Nabi saat pergi ke masjid. 

Suatu hari, Rasulullah tidak melihatnya, beliau pun bertanya kepada orang-orang di sekitar tempat itu. Ternyata, nenek yang rutin membuang sampah ke jalur yang dilewati nabi tersebut sedang sakit. Maka, dengan welas asihnya nabi menjenguk nenek tersebut dan menyiapkannya makanan.

Kesebelas, menyampaikan wahyu dari Allah SWT. kepada umat-Nya dan tentu saja secara sempurna, dan amanah. Oleh karena itu, meskipun berbagai rintangan, perlawanan, dan kesedihan datang silih berganti. Rasulullah SAW. tetap berada dalam jalan dakwah. Tidak sedikit pun ia berhenti dan gentar.

Allah SWT. telah menggabungkan sifat-sifat terbaik dan mulia kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan hal tersebut, menjadikan umat-Nya merasa yakin dan percaya. Bahwa, apa yang diajarkan oleh beliau adalah sebenar-benar risalah agama dan kebenaran.

Cara kita meneladani

Rasulullah SAW. diturunkan ke dunia membawa risalah kenabian, untuk menyempurnakan ahlak manusia, sebagaimana yang termaktub dalam hadits berikut :

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlak yang baik. (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Sebagai umat beliau di akhir jaman ini, kita seyogyanya dapat menerapkan sifat-sifat mulia tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja pengamalannya? Pertama, jujur dalam setiap perbuatan dan perkataan. Hal itu, kita lakukan kepada siapa saja. Jangan sedikit pun terbersit untuk melakukan kebohongan atau berkata dusta. 

Apalagi berbohong pada hal-hal yang remeh-temeh. Umpama, saat ditelpon ada yang bertanya, "Kamu di mana?" Maka, menjawab dengan jujur di mana tempat kita berada saat itu adalah sebuah upaya untuk menerapkan sifat sidiq. Karena, tidakkah akan mampu seseorang berkata jujur untuk sebuah masalah yang besar dan urgent, jika dalam masalah remeh saja dia berkata bohong.

Kedua, amanah atau dapat dipercaya. Saat seseorang menitipkan barang atau hal apapun kepada kita. Maka, jagalah kepercayaan tersebut. Jangan sampai ketika seseorang, menitipkan uang kepada kita. 

Uangnya malah kita pakai. Dengan alasan, "Pakai saja dulu, nanti kalau dia nanya baru mencari gantinya." Kita harus menjaga kepercayaan orang lain. Karena, sekali kita menghianati kepercayaan tersebut. Maka, seumur hidup kita tidak akan bisa mengembalikan lagi kepercayaan tersebut. 

ilustrasi menjaga amanah |Republika.co.id
ilustrasi menjaga amanah |Republika.co.id

Ketiga, Fathonah atau cerdas. Kita sepatutnya harus mensyukuri anugrah kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Dengan cara terus mencari ilmu, terus belajar, dan mengembangkan diri. Karena, mencari ilmu itu sebuah kewajiban bagi umat Islam, bahkan dari sejak lahir hingga liang lahat. Saking wajibnya mencari ilmu, ada hadits yang mengatakan, "Carilah ilmu sampai ke negeri Cina."

Keempat, tabligh artinya menyampaikan. Bisa juga diartikan sebagai dakwah, berbagi ilmu. Bila kita memiliki ilmu, jangan pelit. Sampaikanlah kepada orang lain. Agar ilmu kita berkah, dan orang lain tersebut dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita bagikan. Ada hadits yang mengatakan, "Sampaikanlah walau hanya satu ayat." Itu artinya, tabligh itu sangat utama dan penting bagi kita dan orang-orang di sekitar.

Selamat menunggu berbuka puasa, sambil membaca sirah nabawiyah. Semoga kita semua mendapat berkah dan hikmah dari puasa  hari ini. (*)

#samber thr

#samber 2022 hari 4

#sidiq

#amanah

#fathonah

#tabligh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun