Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Unik Masyarakat Sunda Menjelang Puasa, Masihkah Dilakukan?

31 Maret 2022   21:23 Diperbarui: 31 Maret 2022   21:27 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi makan bersama |Pexels.com/Nicole Michalou

Walaupun, untuk unsur kepraktisan, saya lebih memilih membeli bunga rampai yang biasa dijual tukang rampai saja. Itu karena, saya merasa sayang jika harus memetik bunga-bunga di halaman yang dengan susah payah dirawat.

Nyekar disebut juga nadran. Konon, nadran atau nyandaran berasal dari bahasa Arab yang berarti jarang atau langka. Masuk akal, ya sebab mengunjungi makam memang jarang dan langka dilakukan. Hanya pada saat-saat tertentu saja, mungkin sekali hingga dua kali saja dalam satu tahun.

ilustrasi menaruh bunga di atas pusara |Pexels.com/Ivan Samkov
ilustrasi menaruh bunga di atas pusara |Pexels.com/Ivan Samkov

Kegiatan yang dilakukan saat nadran, tidak hanya menaburkan bunga di atas pusara, ya. Tapi juga, membersihkan makam, mencabuti rumput, menyiramkan air yang sudah dibacakan doa, dan memanjatkan do'a dan pengampunan bagi ahli kubur. Hal ini patut dilakukan, agar seorang anak tidak begitu saja melupakan orangtuanya. 

Meskipun, hanya bisa bersua dengan menyentuh pusaranya dan melantunkan do'a. Namun, kegiatan tersebut akan membawa dampak yang besar secara psikologis. 

Pertama, ada rasa tenang dalam jiwa generasi-generasi tua, bahwa anak-anaknya nanti tidak akan melupakannya begitu saja saat mereka meninggal. Walau hanya sekali dua kali  saja dalam satu tahun mengunjungi pusara. 

Kedua, menyambungkan tali shilaturrahmi antar keluarga. Tradisi ini akan menjembatani dan meminimalisir istilah pareumeun obor (kehilangan riwayat asal-usul, dan informasi hubungan kekeluargaan). Saat bertemu di makam, kala berziarah. Maka, akan terciptalah komunikasi dan dialog, yang isinya merunut sistem kekerabatan. Anak dari siapa, kakeknya siapa, buyutnya siapa, lalu menikah dengan siapa, dan lain-lain. 

Orang Sunda menyebut kegiatan tersebut dengan istilah pancakaki. Menurut Ayip Rosidi -sastrawan dan budayawan Sunda, pancakaki merujuk pada istilah kekerabatan, pertalian hubungan antara seorang manusia dengan manusia lainnya, dalam kaitannya dengan tali keturunan dan hubungan persaudaraan. Jadi, jangan malas untuk nadran, ya. Banyak manfaatnya, lho.

Munggahan

Munggah dalam bahasa Sunda, memiliki arti naik atau meningkat. Maksudnya, bahwa saat akan memasuki bulan puasa, kita akan meningkatkan berbagai hal tentang kebaikan.

Baik ibadah secara vertikal kepada Allah SWT. berupa sholat wajib, sholat tarawih, tadarus, puasa, zakat, sodaqoh, dan lain-lain. Maupun ibadah secara horizontal, hubungannya dengan sesama manusia seperti berbicara yang baik, memaafkan, meminta maaf, berbagi makanan dan kebahagiaan, menuntut ilmu, dan lain-lain. 

Nah, peningkatan dalam hal ibadah ini disebut sebagai munggah darajat, artinya meningkatnya derajat ketakwaan seseorang saat memasuki bulan puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun