Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Marak Penipuan Secara Online dengan Berbagai Modus, Hati-hati dan Waspadalah!

8 Februari 2022   14:50 Diperbarui: 13 Februari 2022   12:00 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penipu online. Sumber: Kompas.com

Maraknya penipuan online saat ini, tidak terlepas dari situasi pandemi yang kita hadapi. Mungkin, Kompasianer pernah mendengar tetangga, rekan kerja, keluarga, dan tetangga yang mengeluh karena tertipu. Bahkan, mungkin Kompasianer sendiri, ada yang pernah menjadi korbannya. Tertipu mentransfer sejumlah uang dari mulai nominal ratusan ribu, hingga jutaan rupiah.

Alasan munculnya penipu 'online'

Sebenarnya, ada beberapa alasan yang mendasari, mengapa saat ini penipuan secara online banyak terjadi. Pertama, dalam situasi pandemi yang berkepanjangan seperti sekarang. Diakui atau tidak, masyarakat sedang berada dalam kesulitan finansial, banyaknya perusahaan yang bangkrut dan terpaksa memberhentikan karyawannya membuat perekonomian masyarakat berada pada titik nadir. 

Daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa amat rendah sekali. Hari ini, masih bisa makan tiga kali sehari saja masyarakat sudah termasuk kategori beruntung. Oleh karena itu, maka untuk sekedar bisa makan tersebut, banyak orang yang nekat mencari uang dengan melakukan praktik penipuan.

Kedua, kemajuan teknologi yang sangat pesat nyaris menghilangkan semua batasan, baik ruang maupun waktu. Ditambah lagi dengan fakta di lapangan, bahwa hampir 60 juta masyarakat Indonesia memiliki telepon seluler. 

Semua hal tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab untuk memanipulasi dan menipu. Hal ini, mereka gunakan untuk tujuan akhir berupa uang. Tentu saja, uang yang didapat tersebut akan mereka pakai untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Ketiga, ethics loss atau learning loss yang diakibatkan oleh berpindahnya pembelajaran dari sekolah ke rumah menyebabkan masyarakat kehilangan pendidikan, jati diri, kebenaran, dan etika dalam hidup. 

Oleh karena itu, keyakinan mereka akan sesuatu yang harus dilakukan secara benar, menjadi bias. Setelah itu, karena tekanan ekonomi. Akhirnya, mereka menghalalkan segala cara.

Kondisi psikologis masyarakat yang dimanfaatkan oleh penipu

Ada dua kondisi psikologis masyarakat yang dimanpaatkan oleh jaringan sindikat para penipu secara online, ketika mereka melancarkan aksinya. 

Pertama, rasa bahagia, ketika seseorang menerima kabar bahagia, baik itu menerima transfer sejumlah uang, maupun pemberitahuan memenangkan undian. Maka, saat itu kontrol terhadap diri dan kewaspadaannya akan berkurang. Bahkan hilang sama sekali. 

Orang yang sedang bahagia, akan mudah diarahkan untuk mengikuti langkah-langkah yang diarahkan oleh si penipu. Umpamanya: langkah-langkah untuk transfer sejumlah uang, diminta verifikasi data pribadi, dan lain-lain. 

Kedua, rasa takut, cemas, sedih, dan khawatir. Karena, ketika seseorang dalam kondisi tersebut, misalnya : sedih dan khawatir karena mendapat kabar sanak keluarga kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, dan cemas karena saudara kena tilang di jalan raya. 

Maka, orang tersebut pikirannya akan merasa kalut, bingung, dan mandeg alias tidak bisa berpikir secara jernih. Sehingga dengan mudah si penipu akan menguasai alam bawah sadar korban. Penipu akan mengarahkan korban untuk melakukan sejumlah transaksi perbankan, transfer uang kepada rekening pelaku.

ilustrasi telepon dari penipu online (pexels.com/Mikky K)
ilustrasi telepon dari penipu online (pexels.com/Mikky K)

Lima jenis modus penipuan secara online

Dalam melancarkan aksinya, para penipu ini menggunakan 5 jenis modus. Hal tersebut dilakukan secara rapih dan sistematis. Sehingga, korban akan merasa bahwa hal tersebut benar-benar terjadi kepada dirinya, bukan skenario pelaku. Apa saja kelima modus tersebut? Berikut akan saya paparkan satu persatu. Disimak, ya.

1. Bukti transfer palsu

Modus berupa bukti transfer palsu, biasanya menggunakan bukti transfer virtual yang sudah dimodifikasi. Pelaku berpura-pura menelepon korban sebagai seorang pembeli atau pengguna jasa. 

Mereka melakukan transaksi dengan korban, berupa membeli barang, memesan kontrakkan, pesan katering, dan sebagainya. Lalu, pelaku meminta nomor rekening, dengan dalih akan transfer kepada korban untuk membayar transaksi tersebut. 

Benar saja, pelaku mengirimkan bukti transfer ke whatssapp korban. Biasanya, dalam bukti transfer tersebut, pelaku akan melebihkan uang dari sejumlah yang harus dibayarkan. Umpama, jika jual beli deal harga satu juta, maka pelaku akan transfer dengan jumlah lebih dari itu, umpamanya dua juta bahkan tiga juta. 

Setelah itu, pelaku akan meminta korban untuk melakukan transfer balik sejumlah uang yang dianggap lebih tersebut. Pelaku akan terus menghubungi korban, melalui panggilan biasa atau video call. Bila anda mengikuti arahan dari pelaku, maka berhati-hatilah. 

Sebelum uang transfer tersebut benar-benar masuk ke rekening anda, pastikan anda untuk tidak melakukan transfer balik. Bila anda transfer,  maka uang anda di rekening akan hilang. Karena, bukti transfer tersebut palsu. Sebenarnya tidak ada uang yang masuk ke rekening anda dari pelaku.

2. Telepon pemberitahuan tilang dari kantor polisi

Pelaku memilih korban secara random dari kontak di nomor ponselnya. Dia akan menelepon korban dengan dalih, bahwa ada keluarga korban yang ditilang oleh polisi. Cerdiknya si pelaku ini, dia akan mampu membuat korban menyebutkan nama dari anggota keluarganya tersebut. 

Padahal, pelaku tidak mengetahui hal tersebut. Setelah itu, pelaku akan mengarahkan korban untuk menjadi penjamin bagi saudaranya yang terkena tilang tersebut. Dalam hal ini, pelaku akan mengintimidasi korban, dengan cara meminta korban untuk tidak memberitahukan hal tersebut kepada siapa pun. 

Pelaku berpura-pura mengaku bahwa dirinya adalah pihak kepolisian yang memiliki jabatan. Agar korban percaya, maka pelaku akan mengaktifkan video call. Selama dia belum mendapatkan apa yang diinginkannya berupa transfer uang jaminan, maka video call tersebut akan terus menyala dan merekam semua aksi korban.

Jika korban hanya dapat transfer sebagian pada rekening. Karena, saldo korban di rekening minus. Maka, pelaku akan mengarahkan korban untuk mencari pinjaman. Setelah uang tersebut tersedia, pelaku mengarahkan korban melakukan transaksi isi ulang pulsa, saldo DANA, dan Gopay di minimarket terdekat. 

3. Telepon pemberitahuan keluarga kecelakaan dari rumah sakit

Pelaku penipuan dengan modus ini, mengaku bahwa dirinya dari pihak rumah sakit. Dia mengabarkan kepada korban bahwa ada anggota keluarga korban yang menjadi korban kecelakaan, dan sedang dirawat di rumah sakit. 

Biasanya, pelaku akan meminta korban mengisi pulsa untuk nomer telpon seluler pelaku, di mini market. Dengan dalih untuk biaya menghubungi keluarga korban. Setelah itu, pelaku juga akan meminta korban melakukan transfer sejumlah uang ke rekening pelaku. Kata pelaku, uang tersebut akan digunakan untuk biaya administrasi, dan pengobatan korban kecelakaan tersebut.

4. Telepon dari bank meminta verifikasi data

Korban akan mendapatkan panggilan yang mengatasnamakan pihak bank. Biasanya, pelaku sudah dapat memastikan jika korban adalah benar-benar nasabah di bank tersebut. Kemudian pelaku akan meniru gaya admin bank dalam meminta verifikasi data. Dia akan meminta nomor rekening, nama ibu kandung, dan nomor PIN.

Ketika semua data penting tersebut disebutkan oleh korban. Maka, otomatis semua uang milik korban yang berada di bank tersebut akan hilang digondol oleh pelaku tersebut. 

5. Telepon pemberitahuan hadiah dari program tertentu

Bibi saya pernah menerima sms dan telepon. Isi dari telepon tersebut mengabarkan bahwa bibi menjadi pemenang dari gebyar sebuah undian. Bibi saya berhak atas sebuah mobil, entah jenis Avanza atau Xenia. Bibi diminta untuk transfer sebesar lima juta, katanya untuk pajak undian. 

Bibi dipandu oleh pelaku untuk datang ke bank terdekat dan melakukan transfer sejumlah lima juta rupiah. Pelaku mengatakan, dalam jangka waktu satu minggu. Mobil tersebut akan diantar ke alamat rumah bibi saya.

Saat itu, saking bahagianya bibi langsung melakukan apa yang diperintahkan pelaku. Ada beberapa orang yang menasihati beliau, terkait khawatir tertipu. Namun, bibi tidak percaya dan tidak mengindahkan nasihat tersebut. Setelah berhasil transfer lima juta ke rekening pelaku. Seminggu itu, bibi harap-harap cemas. 

Naas, saat dihubungi untuk menanyakan perihal kejelasan tentang mobil tersebut, nomor pelaku sudah tidak aktif. Bibi saya hanya bisa mengelus dada, menyesal, dan menangis.

Cara menghadapi penipuan online

Ada beberapa cara yang dapat sahabat Kompasianer lakukan, bila anda saat ini mengalami indikasi ke arah penipuan tersebut. Yuk! disimak.

1. Bersikap tenang, jangan terbawa emosi, baik kabar bahagia, maupun kabar duka. Usahakan agar pikiran tetap fokus dan dapat berpikir jernih, realistis, dan rasional.

2. Bila ada telepon dari nomor tidak dikenal, maka pastikan agar anda hati-hati dan waspada. Jangan mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh penelepon tersebut.

3. Lakukan konfirmasi, cek dan ricek. Usahakan agar anda menghubungi nomor telepon saudara atau sanak keluarga yang diberitakan melalui percakapan telepon tersebut. Tanyakan pada yang bersangkutan, apakah benar peristiwa yang diberitakan tersebut, dan bagaimana kondisi saat itu.

4. Bila ada intruksi-intruksi dan ancaman dari pelaku penipuan, abaikan saja. Jangan dituruti, apalagi bila mengarahkan untuk segera transfer sejumlah uang.

5. Berdo'a agar anda terhindar dari hipnotis dan perbuatan dzolim para penipu.

Nah, itulah beberapa tips cara menghadapi indikasi penipuan secara online. Semoga di masa yang serba tidak menentu ini, anda semua selalu berkelimpahan rejeki, sehat, dan dijauhkan dari segala hal yang akan menimbulkan kerugian. (*)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun