Kedua, Seni dalam manajemen pengelolaan tim sepak bola. Dalam hal ini meliputi PSSI sebagai induk tertinggi sepak bola Indonesia. Pelatih sebagai peracik taktik dan strategi permainan, memberikan porsi latihan, dan memberikan instruksi di lapangan. Kemudian ada pemain sebagai ujung tombak yang menentukan berhasil tidaknya sebuah permainan.
Sebagaimana kita semua tahu bahwa manajemen adalah seni dalam mengatur suatu hal agar tersusun rapi dan terencana. Agar semua unsur menyadari tugas pokok dan fungsinya masing-masing, maka seni pengelolaan diperlukan di sini.
Bagaimana sikap PSSI sebagai induk tertinggi menyikapi saran dan masukkan dari pelatih atau dari pemain terkait strategi sepakbola.Â
Tentu saja, strategi ini disarankan dengan tujuan kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan. Bukan mengada-ada.
Sikap bijak dan mengedepankan kepentingan bersama bangsa dan negara sangat dibutuhkan dalam hal ini.Â
Tentu saja bila ada polemik, alangkah lebih baiknya bila dibicarakan dulu di forum tertutup.
Mengumbar polemik di media sosial tentu saja bukan hal yang terpuji. Karena akan membuat masalah menggelinding semakin liar dan tidak terkendali. Â Akhirnya, yang menjadi korban adalah sepak bola itu sendiri.
 Bagaimana pemain dapat bermain dengan tenang dan menghasilkan prestasi yang gemilang. Bila dalam otak mereka ada hal-hal yang mengganjal terkait manajemen.
Ketiga, seni dalam pengelolaan penonton. Ego para penonton harus diolah dengan seni yang indah. Karena tidak jarang bentrokan sesame penonton membuat pemain sepak bola tidak dapat bermain dengan maksimal. Karena ada rasa khawatir dan cemas. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Akibat kebrutalan penonton.Â
Beberapa kisah menunjukkan bagaimana penonton yang egois dapat menyebabkan kecelakaan, image sepak bola yang buruk, dan menimbulkan nyawa melayang. So, jadilah penonton yang artistik, mampu mengolah batin saat menonton.
Harus saling mendukung
Dibutuhkan kerja sama yang kompak antara PSSI, pelatih, pemain, dan penonton. Karena, sepak bola adalah satu kesatuan. Di dalamnya kita tidak dapat menonjolkan kualitas pribadi masing-masing untuk menjadi 'bintang lapang'.
Sejatinya sepak bola yang berhasil adalah yang mampu meredam dan mengolah ego masing-masing. Sehingga yang dikedepankan adalah kepentingan bersama. Bagaimana supaya iklim persepakbolaan terasa kondusif.Â
Pelatih dapat berpikir dengan tenang mengatur taktik dan strategi terbaik. Begitu pun juga pemain dapat dengan tenang mengasah skill yang indah dalam bermain bola. Yuk, kita sebagai penonton, jadilah penonton yang dapat bertepuk tangan dengan indah. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H