Drama di tempat kerja
Di tempat bekerja, otak seakan tidak pernah berhenti berfikir. Kerjakan administrasi pembelajaran, masuk kelas dan mengajar sesuai jadwal, memeriksa hasil pekerjaan peserta didik dan memasukkan angka sebagai nilainya ke daftar nilai. Istirahat sebentar, sholat, makan siang, dan sedikit bercengkrama dengan rekan kerja.Â
Sore menjelang, pulang ke rumah. Dua kali naik angkutan kota. Satu kali naik ojek. Perjalanan yang menantang.
Badan sudah mulai lelah. Ingin rasanya nyender di punggung tukang ojek. Membagikan lelah yang mendera. Tapi, ups! Entar bapa ojek baper lagi.
Drama sore hari di rumah
Tiba di rumah. Istirahat lima belas menit. Lalu mandi membersihkan badan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Wajib hukumnya membersihkan diri sepulang bekerja. Karena, di rumah ada anak-anak masih kecil-kecil. Kesehatan mereka sangat bergantung pada kedisiplinan saya dalam menerapkan protokol kesehatan. Sholat sebentar, sebagai bukti penghambaan kepada-Nya.Â
Si bungsu melongo-longo di pintu tidak sabar ingin bermain dengan ibunya.Â
Si tengah membawa buku dan pulpen minta dibimbing mengerjakan tugas daring.Â
Si sulung sudah lumayan mandiri, dia hanya berkata, "Ma, tugas sudah beres, sholat sudah, aku mau main."
Pukul lima rutinitas sore menanti. Memandikan anak, masak untuk makan malam, dan membereskan mainan, sapu-sapu sedikit, mengawasi anak makan sore.Â
Ketika mereka asyik dengan mainanya masing-masing. Baru deh, ibu dapat bernafas lega. Selonjoran di sofa sambil menikmati secangkir teh panas dan goreng pisang.Â