Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Spirit Fisika Sederhana dalam Film Semesta Mendukung

28 Desember 2021   20:46 Diperbarui: 28 Desember 2021   21:17 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Science Fiction Lokal

Anda penikmat film-film seri nostalgia? Atau film-film lawas Indonesia yang bertema science fiction? Seperti 'Semesta Mendukung', 'Rama Superman Indonesia', 'Manusia 6.000.000 Dollar', dan Darna Ajaib'. Tenang. Jangan minder dan merasa ketinggalan jaman. Kamu tidak sendirian, kok. 

Menurut penelitian mengenai perilaku penonton film bioskop di Indonesia yang diadakan pada tahun 2019. Hasilnya menyatakan bahwa 9,3 persen orang Indonesia lebih suka menonton film lokal. Tuh, bener kan. Jadi, kamu slow saja. Karena saya juga penyuka film-film lokal. Hihi. Mencari teman. Harap maklum. Bahasa Inggris saya, tidak good listening. 

Bila menonton film asing. Saya kadang bingung sendiri. Baca teks terjemahannya, malah migrain. Ya sudah. Pilih menonton film yang lokal saja. Bahasanya lebih mudah dimengerti, pesan dari film tersebut lebih bisa diterima. 

Jujur saja, saya suka film 'Semesta Mendukung'. Karena ada Revalina S.Temat dan Lukman Sardi. Setiap film yang dibintangi aktris dan aktor ini. Entah kenapa, saya merasa harus menontonnya. 

Karena menurut pengalaman. Film yang mereka bintangi akan seru, asyik, dan sarat hikmah. Ada saja pelajaran yang dapat saya petik. Baik itu sebagai motivasi, inspirasi, dan pelajaran hidup.

Film 'Semesta Mendukung'  dirilis pada 20 Oktober 2011. Lumayan jadul lah, ya. Tapi, saya suka. Ada rasa yang tertinggal dalam film ini. Yakni, rasa bahagia dan kagum atas pencapaian diri. Dapat keluar dari kungkungan masalah. Kemudian menjulang prestasi di negeri orang.

Film ini besutan John de Rantau. Sutradara film Indonesia, kelahiran Minangkabau, Alumni Institut Kesenian Jakarta. Beberapa film yang disutradarai John de Rantau adalah : Obama Anak Menteng, Generasi Biru, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, Denias, dan banyak lagi yang lainnya.

Revalina S. Temat dalam film ini berperan sebagai ibu guru, pengajar Fisika. Bernama Ibu Tari Hayat. Menurut saya, feel Revalina dalam film ini dapet banget. Gaya berbusana dan kerudungnya satu dua dengan Bu Mus dalam film 'Laskar Pelangi'. Lawan main Revalina adalah Lukman Sardi. Berperan sebagai ayahnya Arief bernama Muslat. Tokoh utama dalam film ini, Arief diperankan oleh Sayef Muhammad Billah. 

Sumenep, Madura menjadi latar tempat bagi film ini. Di scene awal, kita akan langsung tahu. lokasi yang menjadi latar film. Dari ikon karapan sapi, yang sedang dimainkan Arief. John de Rantau, dalam film ini ingin mengangkat keberhasilan Indonesia dalam mengantarkan putra terbaiknya di ajang lomba Fisika di Singapura. 

Kesuksesan adalah buah dari masalah

Arief hidup berdua dengan ayahnya. Bernama Muslat (Lukman Sardi). Profesi sebagai petani garam, tidak mampu mengantarkan keluarga ini pada kehidupan yang mapan. Adanya paceklik yang melanda. Akibat cuaca yang sulit diprediksi. Memaksa Muslat untuk alih profesi sebagai sopir truk serabutan. 

Keadaan semakin parah. Karena, ternyata Muslat hobi berjudi. Sehingga, uang yang didapat dengan susah payah itu, selalu saja ludes di meja judi. Salmah (Helmalia Putri) sebagai ibunya Arief, terpaksa mengambil alih sebagai pencari nafkah keluarga. Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Singapura. 

Setelah beberapa tahun, Salmah tidak memberi kabar. Tidak sekali pun pulang menemui Arief. Padahal, Arief begitu merindukannya. Anak mana yang tidak rindu pada ibunya. Apalagi ini ditinggal bertahun-tahun. Arief bertekad untuk mencari ibunya. Dia bekerja sebagai tukang di bengkel. Hal itu dilakukannya, sepulang sekolah.

 Arief berusaha mengumpulkan uang. Dia ingin mencari ibunya ke Singapura. Dalam perjuangan mengumpulkan uang dan mencari ibunya di Singapura. Arief dibantu Cak Lul (Sudjiwo Tedjo)

Pada saat menolong temannya, mengambil bola di atas pohon. Arief menggunakan kemampuan fisika yang dikuasainya. Yakni mengambil bola tersebut dengan konsep roket air. Yaitu roket model yang menggunakan air sebagai reaksi massa. 

Fungsi mesin roket sebagai wahana tekan terbuat dari botol plastik bekas minuman. Dalam hal ini, air dipaksa keluar oleh udara yang bertekanan, disebut juga kompresi udara. Ibu Tari Hayat (Revalina S. Temat) sebagai pengajar Fisika. Melihat bakat besar ini. Ibu Tari mendorong Arief ikut seleksi olimpiade sains yang berlokasi di Singapura.

 Arief seperti menemukan jalan. Dia sangat gembira. Ibarat kata pepatah, 'sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui' atau 'sambil menyelam minum air'. Ikut olimpiade sambil mencari ibunya.

Pada saat seleksi yang dilaksanakan di Jakarta. Arief menemukan sahabat, yakni Muhammad Thamrin (Angga Putra) dan Clara Annabela (Dinda Hauw). Pak Tio Yohanes (Ferry Salim) dibantu oleh Deborah Sinaga (Febby Febiola) bertugas sebagai tim seleksi. Akhir cerita, Arief berhasil lolos seleksi dan bertemu dengan ibunya.

Ketidakhadiran kaca mata tebal sebagai image jenius science pada tokoh utama

Menurut saya. Ada yang minus dari film bergenre science fiction lokal ini. Yakni kaca mata tebal. Meski masih menjadi perdebatan tentunya. Namun, menurut penelitian yang dilakukan Nature Communications mengungkap bahwa orang yang memakai kaca mata identik dengan sosok yang pintar, jenius dan berwawasan luas. 

merdeka.com
merdeka.com

Orang dengan kaca mata 30 persen lebih cerdas dari pada orang tidak berkaca mata. Penelitian lain mengungkap, bahwa orang yang menghabiskan waktu hidupnya untuk sekolah dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian berhasil sukses kuliah dan mudah mendapatkan pekerjaan, 53 persen didapati pada orang dengan kaca mata. Nah, lho. Sudahkah Anda berkaca mata hari ini? Mungkin ke depannya, Pak Sutradara harus lebih seleksi dalam memilih pemeran untuk tokoh utama. Maap ya, Pak Sut!.

Sedikitnya scene tentang Fisika

Film dimulai dengan suasana pertandingan karapan sapi. Menjadi penanda bahwa latar berada di Madura. Kita semua akan langsung tahu tentang hal itu. Seperti lagu dangdut dari Mas Yus Yunus yang berjudul 'Sapu Tangan Merah' . Pada tahu gak?Lagu itu berlatar Pulau Madura. Kalau penasaran, cek saja di you tube. Enak banget tuh lagunya. Hihi. 

Kurangnya scene tentang fisika dalam film ini menjadi bahan pertanyaan. Bukankah film ini bertujuan untuk mengangkat putra terbaik Indonesia yang berprestasi di ajang dunia melalui fisika? Scene tentang fisika yang ditampilkan secara penuh. Alias Fisika banget. Pada saat Arief menolong temannya mengambil bola diatas pohon dengan roket air. Setelah itu tidak ada lagi. 

Alternatif tontonan dengan genre science fiction

Terlepas dari beberapa faktor minus yang mempengaruhi keberhasilan film ini. Kita patut berbangga hati. Bahwa sebagai sutradara, John de Rantau telah berhasil menyuguhkan tontonan yang inspiratif dan penuh motivasi. 

Dia berani tampil out off the box. Mengangkat isu Fisika sebagai tontonan yang ringan dan menyenangkan. Dibalut dengan konsep kesederhanaan ala anak Madura yang hidup dengan balutan kemiskinan. Ternyata, science fiction tidak melulu tentang teknologi modern yang serba canggih. 

Mesin-mesin dengan berbagai inovasi mencengangkan. Visual film yang mengarah kepada energi yang futuristik dan imajinasi ilmiah yang belum ada sebelumnya, dan isu global yang menjadi tema film. Fisika dalam bentuknya yang amat sederhana pun dapat tampil memikat dan memiliki spirit yang dahsyat. 

Hal ini memberikan pembelajaran kepada kita. Bahwa, tidak harus mahal dan canggih untuk berhasil dan memiliki ilmu pengetahuan. Teknologi dalam kesederhanaan, akan sangat mudah dipraktekkan ketika kita berada dalam taraf serba kekurangan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun