Hai tsunami! kepakkan sayapmu
laksana malaikat pencabut nyawa
tiada memandang ara dan waktu
bak kapas terbang di tiup angin
Kau menghiasi ujung Sumateraku tercinta
dengan langkahmu yang mengandung racun berbisa
kau terjang apa yang ada
tanpa memilah nama...
Angkara murkamu menggema
kilatan genderang menguasai jiwa tanpa daya
seakan engkau ingin menelan alam semesta
Berserak mayat di latar pertiwi-ku
berselaras nada dalam nestapa sisa raga yang masih bernyawa meratapi
"mengapa ini terjadi?"
Tsunami...
Kau tinggalkan lara pada khatulistiwa-ku
________________________________________
Puisi ini pernah dimuat majalah Peduli terbitan Hongkong edisi September 2012
by : Liza Liztyanna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H